Seruni Bab 9

Seruni tersenyum hangat pada gadis itu. "Siapa namamu?"

"Shanum." jawab perempuan itu dengan singkat dan terlihat segan.

"Panggil aku, Kak Seruni saja. Kita langsung ke dalam. Hari ini banyak yang kita kerjakan." Seruni masuk ke dalam rumah.

Keduanya lalu bergegas membersihkan ruangan dengan menggunakan alat yang dibawa oleh Shanum yang diberikan oleh Pak Camat. Debu dan kotoran yang tadinya melekat kini sudah hilang. Butuh hampir empat jam untuk membuat ruangan itu sebersih sekarang. Untung saja tidak banyak barang-barang, sehingga mempercepat proses penataan.

"Num, kamu bisa naik motor tidak?" tanya Seruni.

"Tidak bisa, Kak. Shanum tidak punya motor," jawab gadis itu, masih malu-malu.

"Kalau ada motornya, mau belajar tidak?"

Shanum tersenyum dan mengangguk malu-malu. Perempuan itu sepertinya memang sangat tertutup. Selama ini, dia jarang sekali bergaul. Selain membantu orangtua, tidak ada hal lain yang dilakukan Shanum selain berdiam diri di rumah.

"Baiklah! Minggu depan kalau motornya sudah ada, kamu saya ajari. Biar kalau kita ada perlu-perlu bisa cepat."

"Selain bersih-bersih, tugas saya apa lagi, Kak?" Setelah menganggukkan kepala untuk menanggapi perkataan Seruni tadi, Shanum memberanikan diri untuk bertanya.

"Nanti saya akan mengajarkan cara memeriksa suhu dan mengecek tekanan darah pasien. Kamu bisa datang ke rumah pak Camat, kan?"

"Bisa, Kak."

Lama kelamaan pembicaraan keduanya semakin akrab dan mengalir. Mereka bahkan sesekali terdengar tertawa lepas saat saling bercerita.

"Shanum ... Shanum ... Keluar kamu! Jangan sembunyi!" teriak suara laki-laki dari luar.

Seketika tubuh Shanum gemetaran, wajahnya memucat. "Kak, tolong saya ... saya takut."

Seruni memicingkan kedua matanya. "Memangnya kamu ada masalah apa?"

"Abahnya Shanum memiliki hutang pada Bang Suga. Tapi Abah belum bisa mengembalikan. Bang Suga tidak sabar, dia meminta Shanum menjadi istri keempatnya."

Jawaban Shanum seketika membuat Seruni tercengang. Matanya melotot sempurna dan mulutnya pun menganga sangat lebar. Sementara laki-laki di luar itu terus berteriak memanggil nama Shanum. Kali ini juga ditambah serentetan caci maki, umpatan dan juga ancaman.

"Tolong, Kak, Tolong! Saya, takut. Saya tidak mau menikah dengan pria banyak istri." Gadis itu begitu mengiba. Suaranya benar-benar bergetar saking takutnya.

Seruni berpikir dan berdiam diri sejenak. "Kita hadapi bersama. Kamu jangan takut. Tetap berdiri di sampingku. Jangan menghindar dari masalah. Hari ini kamu tidak bertemu dengannya, masih ada waktu besok dan lusa. Menyelesaikan lebih baik daripada menunda."

Dengan ragu-ragu dan tubuh yang masih gemetaran, Shanum mengapit tangan Seruni. Keduanya berjalan perlahan ke luar dari rumah yang tadinya memang sengaja mereka kunci dari dalam.

"Bagus, akhirnya kamu ke luar juga. Ayo! kamu harus menikah denganku besok." Laki-laki itu mencoba mendekat dan menarik tangan Shanum. Tapi Seruni segera melindungi gadis itu.

"Maaf, apa hak Bapak memaksa Shanum?" tanya Seruni dengan tatapan tajam. Laki-laki itu sebenarnya tidak terlalu tua. Mungkin hanya lima tahun di atas Shakala.

"Siapa kamu mau ikut campur, hah? Ini urusanku dengan dia dan keluarganya," bentak laki-laki itu dengan pandangan tak kalah tajam dan bengis.

"Jika memang masalahnya hanya berhubungan dengan uang, harusnya diselesaikan dengan uang juga, bukan? Anda pikir harga seorang perempuan semurah dan serendah pikiran Anda?" hardik Seruni.

"Jangan banyak mulut, kamu. Di sini kamu hanya tamu. Dokter di sini tidak akan laku. Kami sudah mempunyai dukun yang sangat hebat. Pulang saja kamu ke kota. Jangan mencemari pikiran murni warga di sini. Dengan otak orang kota macam kalian yang licik." Laki-laki bernama Suga itu nampak sangat sinis dan tidak senang dengan Seruni.

"Sebentar, Anda bilang saya licik? apa buktinya kalau saya seperti itu? Bukankah Anda yang licik? Orang berhutang uang, tapi Anda malah menagihnya dengan badannya. Itu tidak hanya Licik, Bapak. Tapi juga kejam." Seruni dengan berani berbicara dengan keras.

Beberapa orang yang kebetulan lewat tidak berani berhenti. Mereka paham benar siapa Suga. Dia adalah anak seorang Dukun yang di anggap sakti di Desa ini.

Laki-laki dengan tatapan bengis mendekati Seruni yang terus melindungi Shanum di balik punggungnya. "Serahkan dia atau kamu akan merasakan akibatnya! Jangan main-main dengan Suga!" lagi-lagi dia memberikan ancaman sambil berusaha menarik tangan Shanum.

Sungguh Seruni heran, kenapa orang-orang yang lewat hanya melihat sekilas, menunduk dan berlalu begitu saja. Tidakkah di benak mereka ada keinginan ingin menolong? Seruni tidak habis pikir.

"Berapa hutang abahmu, Num?" tanya Seruni. Matanya begitu tajam menatap Suga.

"10 juta ,Kak," jawab Shanum dengan lirih.

"Kami akan membayarnya malam ini. Uang 10 juta ingin Anda tukar dengan masa depan seorang gadis? Orang demam pun tahu, siapa yang lebih licik di sini," tekan Seruni.

"Cuihhh ... kamu pikir mereka sanggup mengumpulkan uang 10jt dalam waktu beberapa jam. Upah berkebun mereka dua tahun pun tidak akan terkumpul," ucap Suga, begitu merendahkan.

"Kita lihat saja nanti malam. Kalau uang itu tidak ada. Anda boleh membawa Shanum."

"Kak ... Jangan, Kak. Abah tidak mungkin mempunyai uang itu." Shanum menarik-narik tangan Seruni.

"Baiklah, Aku tunggu nanti malam. Kalau sampai uang itu tidak ada. Jangan sampai kamu ingkar janji." Suga meninggalkan Shanum dan Seruni dengan sangat kesal, dia bahkan menderu-derukan gas motornya hingga asap hitam ke luar dari motor lawas yang dikendarainya.

"Kak bagaimana ini?" Shanum masih sangat panik.

"Tenanglah! ikut aku ke rumah pak Camat sekarang. Kita cukup untuk hari ini, tinggal menunggu pesenanku di bang Shaka. Kita pulang saja,yuk!" Seruni mengunci terlebih dahulu pintu tempat yang kini akan dinamai Seruni sebagai rumah sehat.

Keduanya berjalan kaki dengan santai di bawah matahari yang agak sedikit terik. Lagi-lagi di tengah jalan masalah mengintai Shanum.

Seorang laki-laki bernama Sagala, melajukan motornya dengan pelan. Membuntuti Seruni dan Shanum dengan jarak hanya lima meter saja.

Tepat di daerah yang agak sepi, di mana kanan kiri hanya ada tanaman tebu. Sagala melajukan kendaraannya lebih kencang dan mendahului kedua perempuan tersebut. Lalu dia menghentikan motor tepat di depan Seruni dan Shanum.

"Bang Sagala." Shanum tampak sangat gugup. Lagi-lagi dia mengamit lengan Seruni untuk mencari perlindungan. Langkah keduanya berhenti seketika.

"Iya, ini aku." jawab pria itu dengan santai sembari mematikan mesin motor dan turun dari jok yang di dudukinya.

"Aku pulang, Num. Aku menyadari kesalahanku. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Kembalilah padaku. Kita bisa memulai hubungan kita dari awal." Sagala membujuk Shanum sembari menggenggam tangan perempuan berparas lembut tersebut.

Seruni memperhatikan Shanum. Baru menyadari, gadis itu memang sangat cantik. Mungkin Shanum bisa dikatakan bunga Desa di Desa ini. Tidak heran banyak pemuda yang mendekatinya. Kulitnya bersih, rambut hitam lurus dengan bola mata hitam yang cukup lebar.

"Tidak, Bang! Shanum tidak bisa!" tolak Shanum dengan sedikit lantang, karena di hatinya kini memang sudah ada pria lain.

"Kenapa? bukankah kamu dulu sangat mencintaiku? kamu harus kembali padaku, Num. Harus!" Sagala hendak menarik paksa Shanum, lagi-lagi Seruni melindungi gadis itu.

Namun, sial bagi Seruni, Pria itu malah mendorong tubuhnya hingga perutnya menabrak sepeda motor di depannya. Seruni terhuyung jatuh, karena Sagala menambah satu dorongan lagi dengan cepat. Maksud hati ingin berpegangan pada motor, Nyatanya motor itu malah terguling menimpa bagian kaki Seruni.

"Kak!" pekik Shanum.

Sagala tidak peduli dengan nasib Seruni, dia hanya mengembalikan sepedanya pada posisi semula dan segera mengendarainya kembali, kemudian berlalu meninggalkan Shanum dan Seruni tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Shanum buru-buru berjongkok menolong Seruni yang tampak kesakitan. "Tolong!" teriaknya pada seseorang yang terlihat sedang membawa sekeranjang rumput pakan kambing di kepalanya. Karena jarak agak jauh, Shanum menambah dengan melambaikan tangannya.

Seruni meringis kesakitan, tapi begitu melihat laki-laki yang diteriaki Shanum, mendadak Seruni melupakan sakitnya. "Keren," batinnya tanpa mengedipkan mata sekali pun.

Terpopuler

Comments

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

Iyah bener masalah uang harus di selesaikan dengan uang bukannya menjalur ke pernikahan

2023-01-06

1

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

wahh parahh si Suga cowok hidung bilang mau jadiin shanum istri ke 5🤣

2023-01-06

1

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄

kenapa namanya harus Suga , namanya kyak mem BTS , 😭😭😭

2023-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!