Follow IG@putritanjung2020.
Happy reading semoga terhibur dan bermanfaat, maaf jika ada typo.
Tak lama kemudian, mobil itu telah berbelok dan langsung berhenti di depan ruang gawat darurat sebuah rumah sakit swasta yang berada di pusat kota. Tanpa ada rasa canggung, Arka langsung kembali menggendong tubuh mungil anak laki-laki seperti adiknya sendiri, padahal antara mereka tidak mengenal satu sama lain sebelumnya.
Dengan cekatan Arka langsung menerobos masuk ke dalam ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit tersebut tanpa memperdulikan tawaran beberapa perawat yang memberikan brankar dorong untuk mempermudah dirinya.
“Tuan Arka, biar kami yang melakukannya,” tawar seorang perawat laki-laki.
“Gak perlu, segera panggil dokter! Biar saya langsung masuk ke dalam!” sergahnya cepat.
Pria itu segera membaringkan tubuh Rhido ke atas brankar yang masih kosong dengan sangat lembut.
“Segera tangani anak ini terlebih dahulu, jangan sampai terjadi infeksi!” titahnya pada salah seorang dokter jaga.
Ridho merasa bingung melihat Arka begitu santai memberikan perintah pada dokter dan juga perawat di rumah sakit itu.
Arka juga menemani Ridho saat seorang dokter memberikan lima jahitan di betis kirinya, bocah tersebut terlihat sedikit meringis saat jarum dengan paksa menindas kulitnya, menembus sedikit daging agar ikatan benang bisa menjadi lebih kuat saat jahitan demi jahitan menjadi pemersatu luka robek yang ada di kakinya.
"Apa ada tubuhmu yang terasa sakit selain kaki dan tangan ini, Nak?" tanya dokter wanita yang sedang menanganinya.
Dokter tersebut sengaja bertanya karena dia melihat bahwa anak laki-laki itu sedang meringis merasakan sakit padahal kakinya telah selesai dijahit.
Dengan polosnya, Ridho mengalihkan mata ke arah perut sambil memegangnya. Dengan sigap sang dokter langsung menyibakkan baju Ridho ke arah atas dan melihat ada lebam sedang bersembunyi di sana. Dokter itu dengan teliti memeriksa memar yang ada di perut bocah kecil yang dibawa oleh Arka — sang pemilik rumah sakit.
Bahkan dokter bisa melihat jika Arka sangat lembut dalam memperlakukan anak kecil itu, membuat Ridho merasakan nyaman walau rasa sakit sedikit menyerang.
“Anak ganteng nggak boleh nangis ya … kamu pasti kuat! Nanti abang janji bakal membelikan mainan baru untukmu, kamu mau mainan apa?” hibur Arka mengusap kepala Ridho dengan sayang.
“Siapa juga yang sedang menangis! Aku juga gak perlu mainan kok, Bang. Terima kasih karena telah menolongku, tapi gimana caraku membayar biaya rumah sakit ini, Bang? Aku kan masih kecil,” lirihnya dengan nada sedikit khawatir.
“Hahaha, kamu ini lucu ya, Abang kan gak minta dibayar biaya rumah sakitnya. Sekarang yang paling penting itu, kamu segera ditangani dan cepat sembuh. Biar nanti bisa sekolah lagi.” Arka tersenyum merasa gemas dengan ucapan anak sekecil Ridho yang sudah bijak diajak bicara.
Saat ini seorang perawat tengah membersihkan luka lecet yang ada di tangannya, setelah itu Ridho terlihat sedikit cemas memikirkan sesuatu yang berada dalam pikirannya. Anak itu gelisah memikirkan keluarganya yang sudah pasti sedang panik mencari keberadaannya.
“Tuan, bisa kita bicara sebentar!” ajak sang dokter wanita yang tadi menangani Ridho.
“Tentu, Dok.” Arka mengalihkan pandang dan tersenyum pada bocah yang baru saja diselamatkannya.
“Ridho … abang bicara sama dokter sebentar ya, kamu jangan takut! Semua jadi tanggung jawab abang di sini jadi kamu nggak perlu memikirkan biaya apa pun, bukankah sekarang kita sudah bersahabat, hemm?”
Arka memang sangat suka sama anak-anak, jadi pembawaan itu membuat siapa pun anak kecil akan merasa nyaman bersamanya.
“Terima kasih banyak, Bang … tapi kata bunda kita ndak boleh menerima sesuatu dari orang lain tanpa melakukan kerja dulu, jadi Ridho nggak bisa menerimanya begitu saja!"
Arka tertegun mendengar kalimat bijak yang diungkapkan seorang bocah kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pria itu pun tersenyum, "Kamu tenang saja, nanti jika Ridho udah sehat baru kerjakan sesuatu untuk abang. Kamu mau membantu abang, kan?"
"Tentu saja aku mau melakukan apa pun agar kita tidak punya hutang budi," sahutnya dengan senyum senang.
‘Ya Tuhan … anak sekecil ini saja sudah bisa mengerti akan arti dari sebuah tanggung jawab, padahal aku sendiri terkadang masih suka lalai menjalankan kewajibanku sebagai anak pada orang tua. Sungguh ini hanya akan terjadi pada anak yang mendapatkan didikan terbaik dari orang tuanya.
"Ya sudah, abang bicara dulu sama dokter ya."
“Baiklah, Bang Arka tapi jangan lama-lama karena aku nggak kenal siapa pun di sini,” jawabnya mengijinkan.
Dokter berbicara serius dengan Arka menggunakan suara yang sangat pelan, agar tidak menimbulkan rasa khawatir saat didengar oleh bocah laki-laki kecil tersebut.
Dokter menjelaskan bahwa sebaiknya Ridho di rawat inap untuk memulihkan luka bagian dalam dan juga memberikan waktu kepada para medis untuk melakukan observasi tentang apa yang terjadi pada perutnya selain hanya lebam akibat jatuh. Arka pun langsung menyetujuinya.
Setelah berbincang dengan dokter, Arka melihat dengan jelas wajah bocah itu memancarkan kegelisahan, entah apa yang sedang dipikirkannya.
Arka bisa menangkap dengan jelas jika ridho sedang dilanda kekhawatiran pasti memikirkan keluarga yang ditinggalkan nya tanpa pemberitahuan.
Arka kembali melangkah mendekati tempat berbaring nya Ridho. Pria itu sengaja mengusap lembut rambut bocah laki-laki yang langsung membuatnya jatuh hati. Entah perasaan apa yang hinggap di tubuhnya sehingga langsung merasakan getaran sayang menyelubungi hati.
'Siapa sebenarnya bocah ini hingga mampu membuat hatiku benar-benar tak ingin jauh darinya? Kenapa juga aku terlalu ingin melindunginya padahal sama sekali tidak mengenalnya? Apa mungkin ini hanya suatu perasaan sebagai seorang manusia yang tidak tega melihat kesusahan orang lain? Apa jangan-jangan aku malah berjodoh dengan kakaknya?'
Entah kenapa Arka merasa ada kemistri tersendiri dengan bocah yang baru saja dikenalnya walau hanya baru dalam hitungan jam. Memang diakui kalau dirinya sangat menyayangi anak-anak tapi belum pernah merasa begitu dekat seperti Ridho.
“Baiklah, Ridho … sekarang kita akan pindah ke ruang rawat karena lukamu masih basah dan perutmu juga harus diperiksa lagi secara menyeluruh sama dokter esok hari, jadi kamu Abang gendong lagi, ya?”
“Nggak mau, aku sudah terbiasa luka kecil begini, Bang. Kata kakak, seorang laki-laki itu harus bisa melindungi diri saudara perempuannya … jadi aku selalu merasa kuat demi kakakku!” Bocah itu memaksakan diri untuk turun dari brankar tapi Arka dengan sigap tetap menggendongnya cepat.
“Tuan, pasiennya biar naik kursi roda saja,” ujar salah seorang perawat perempuan.
“Nah bener itu, Bang. Bagusan aku didorong pakai kursi roda daripada digendong seperti ini. Ridho malu, Bang!” bujuk anak kecil itu agar segera dipndahkan ke kursi roda.
Tanpa keduanya sadari, ada sepasang mata mengenakan pakaian putih memerhatikan dari jauh dan mulai mendekati mereka.
“Arka! Siapa anak ini?”
Info up buku ini, in syaa Allah setiap pukul 1 siang dan pukul 7 malam. Jangan lupa tinggalkan jejak anda dengan like komen dan vote ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sunarty Narty
wah pas bgt,mamanya mau jodohin arkaa Syifa lah arkanya g sengaja nolong adeknya.saingan SM temen sendiri LG,bearti arka duren y uni.
2022-11-23
0
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
asiaaap uni Mksih infonya 👍👍👍💪💪💪🥰
2022-11-15
0
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
siapa tdi yg liat arka pcar atau mntan uni???
2022-11-15
0