“Ma-maaf, saya benar-benar tidak sengaja menabrakmu. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Bima saat melihat gadis berhijab warna biru itu hanya menunduk memijat kakinya yang berbalut kaos berwarna hitam.
“Aku nggak apa-apa kok, makasih sudah peduli,” cicit Syifa tanpa menoleh sedikit pun, membuat Bima merasa heran karena biasanya seorang perempuan akan terpana melihat ketampanannya tapi kenapa gadis berhijab ini sama sekali tak tertarik.
‘Menarik!’ gumamnya dalam hati.
“Oh ya, bagaimana kalau saya antarkan ke rumah sakit sekarang?” tawar Bima ramah.
Pria itu memindai wajah Syifa Agar bisa langsung melekat di dalam benaknya untuk mengingat wajah lembut milik pemilik gadis yang ditabraknya.
“Gak usah, Tuan. Insha Allah ini hanya tinggal diurut di rumah sama balsem bakal baik-baik saja,” sahut Syifa mulai berdiri walau terlihat sedikit kesusahan.
Bima terus saja menatap sang gadis yang selalu menundukkan wajah seolah dirinya yang telah menabrak tanpa sengaja, merupakan manusia menjijikkan di dekatnya.
Laki-laki itu dengan cepat membantu Syifa kembali membuat motor maticnya berdiri dengan baik. Dia tahu kalau dirinya yang bersalah hingga tanpa diminta sama gadis yang ditabraknya, Bima dengan cepat memasukkan uang lembaran berwarna merah ke dalam saku motor maticnya.
Tubuh gadis itu langsung membeku, melihat tangan sang pria sudah kembali masuk ke dalam saku nya dan ingin membalikkan badan melangkah menuju mobilnya. Dengan sigap, Syifa mengambil uang merah segepok yang baru saja dimasukkan Bima ke jok depan motor matic nya dan mengejar langkah kaki pria yang sudah hampir membuka pintu mobilnya.
Baru saja Bima membuka daun pintu mobilnya, tiba-tiba saja uang merah yang tadi sempat dimasukkan ke dalam saku kendaraan perempuan itu sudah duluan terbang masuk ke dalam mobilnya.
“Maaf, saya benar-benar terjatuh akibat gesekan mobil Tuan tapi saya sama sekali bukan manusia yang suka memanfaatkan keadaan!!” sarkas Syifaa menahan sesak di dada, sembari membalikan tubuhnya dengan cepat dan berlalu pergi menaiki motornya.
‘Ternyata mulutnya saja yang lembut tapi hatinya sama dengan orang kaya lainnya, selalu memandang rakyat jelata dengan sebelah mata dan menganggap kami ini menjadikan uang sebagai Tuhan. Menjijikkan!’
❤️❤️❤️
Saat ini dalam ruangan meeting perusahaan Bimasakti Group, presiden direktur datang dengan seorang pemuda berwajah tampan, tinggi dan juga terlihat sangat cool. Rahang tegas dengan alis tebal nan hitam mampu membuat seluruh wanita yang melihat akan terpesona, tapi jangan salah karena Bima tak pernah sekali pun tertarik sama para gadis. Sang kakek memperkenalkan laki-laki berpakaian serba hitam dengan setelan tiga potong bergaya rambut konvensional sisir ke belakang, sebagai cucu kesayangannya yang bernama Bima Saputra.
Asisten Arjuna mulai membuka rapat dan langsung dilanjutkan oleh sang kakek nan wibawa untuk bicara.
"Mulai saat ini kursi kepemimpinan sebagai seorang direktur, akan saya berikan kepada cucu saya yang baru saja menyelesaikan pendidikan pasca sarjananya di Harvard University, silakan perkenalkan dirimu, Bima!" perintah sang Presiden Direktur kepada cucunya.
Kakek Arjuna menoleh pada sang cucu selaras dengan anggukan kepala mengisyaratkan agar pemuda itu mulai berbicara. Saat semua karyawan berdiri memberikan hormat, aura dingin langsung memenuhi ruangan meeting yang memang telah diprediksikan dari jauh hari sebagai wadah dalam perkenalan cucunya dengan para petinggi perusahaan pagi ini.
"Selamat pagi semuanya, saya Bima Saputra berharap kita semua bisa bekerja keras dengan lebih baik agar perusahaan ini semakin berkembang di masa yang akan datang, sehingga bisa menjamin kesejahteraan semua dalam bidang perekonomian dan juga kesehatan."
Bima berbicara dengan sangat singkat, padat tetapi penuh dengan tekanan. Matanya terlihat sangat tajam dan juga menakutkan saat memberikan pandangan dengan menyapu setiap wajah karyawan yang hadir mengelilingi meja oval di hadapan mereka.
"Satu lagi, saya paling tidak suka dengan seorang penjilat!" serunya dingin membuat kerongkongan seluruh petinggi perusahaan yang sedari rileks tiba-tiba saja mulai merasa tercekat.
Pria itu kembali memandang dengan menyapu tatapan ke semua wajah-wajah para kepala divisi satu persatu. Memberikan tatapan penuh mendominasi dan kuasa diri yang mumpuni, mampu membuat mata yang berserobok langsung merasa ciut nyali.
Ruangan seketika berubah menjadi hening, aura dingin serasa menyelimuti seluruh tubuh karyawan yang hadir saat itu. Tak ada yang berani berucap sedikit pun atau sekedar saling berbisik karena aura yang dipancarkan oleh pemimpin baru mereka begitu menegangkan dan juga menakutkan.
Ruangan yang sejuk dengan AC yang telah memberikan rasa nyaman tanpa kegerahan kepada setiap insan yang berada di dalamnya, tapi rasa itu seolah hilang dengan hadirnya sosok Bima di antara mereka. Laki-laki itu mampu menciptakan kegelisahan bagi setiap karyawan yang pernah melakukan sebuah kecurangan atau pun kecerobohan.
“Apa ada yang ingin bertanya sebelum saya sendiri menanyai kalian semua, hmm?” Pria itu bertanya dengan sedikit senyum tapi di mata seluruh peserta rapat hari ini merupakan seringaian menakutkan.
“Saya akan memastikan kalau tidak akan ada seorang karyawan pun yang melakukan kecurangan bisa ke luar dari perusahaan ini dengan selamat! Jadi pastikan diri kalian semua bukan seorang pecundang yang berani main curang di belakang. Jika ada yang sudah melakukan lalu merasa itu tak benar … maka segera berubah sebelum saya sendiri yang turun tangan menghapus jejak kecoa berdasi di perusahaan ini!”
Mereka sedang merasakan aura membunuh yang sangat melekat di dalam bola mata bening yang dipancarkan dengan cahaya kematian, saat berserobok pandang dengan pimpinan baru yang tak lain adalah ahli waris tunggal dari seorang Arjuna Sanjaya.
Semua wajah karyawan fokus mengarah kepada pimpinan baru mereka tanpa ada yang bersuara, penuh konsentrasi mendengarkan setiap kata demi kata yang disampaikan oleh Bima Saputra dengan penuh gaya yang sangat berkharisma.
Baru hari pertama Bima bekerja di sini semua karyawan terlihat sangat takut dan juga patuh kepadanya, hal ini membuat kakek Arjuna benar-benar merasa bangga sebab cucunya sungguh sangat dihormati karyawan perusahaannya.
‘Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan dengan lancar dan saya bisa tenang meninggalkan perusahaan ini ditangan cucu sendiri,’ batin kakek Arjuna bicara sambil tersenyum dan juga menahan haru melihat sang cucu begitu berwibawa di depan seluruh karyawannya.
Sebenarnya perusahaan Bimasakti saat ini tidak mengadakan rapat para karyawan melainkan hanya memperkenalkan Bima dengan seluruh petinggi perusahaan.
“Baiklah, agar saya lebih mengerti tentang tugas kalian masing-masing, maka serahkan rincian laporan masing-masing divisi dan antarkan pada sekretaris Kenzi!" perintah Bima kepada seluruh kepala divisi.
"Baik, Pak," jawab seluruh karyawan yang merasa sebagai kepala divisi serempak di hadapannya.
Tak ada satu pun yang berani melawan titah seorang Bima Saputra yang selama ini baru bisa teridentifikasi lewat dunia maya. Namun saat ini, sosok nyata seorang Bima telah hadir dengan nyata di antara mereka. Berada dalam perusahaan yang sama, akan selalu memantau kegiatan mereka tanpa adanya sedikit celah untuk berpesta dalam berbuat curang.
Setelah meeting selesai, Bima langsung pergi bersama kakeknya menuju ruangan yang sengaja dipersiapkan untuk cucu tersayangnya. Ruangan itu terlihat begitu luas, lengkap dengan sebuah kamar di dalamnya beserta satu set kursi sofa untuk menyambut jika ada tamu yang datang ke sana.
Kakek Arjuna duduk di sofa dan menyeruput kopi yang baru saja diantar oleh office boy. Aroma kopi yang terpancar dari gelas yang ada di hadapannya, menyeruak memenuhi ruangan Bima Saputra. Membuat penciuman menjadi tertarik walau hanya sekedar mengendus wanginya.
Kakek tua itu menatap sang cucu penuh makna dan juga rasa bangga atas pencapaian prestasi yang sangat gemilang, tapi di sisi lain ada rasa ketakutannya akan sikap sang cucu yang selalu menolak setiap dirinya melakukan acara perjodohan.
Setiap ada kesempatan baik, Arjuna selalu melakukan dengan cara halus agar cucunya bisa bersatu dengan seorang perempuan, berharap akan memberikannya seorang garis keturunan yang tidak akan pernah terputus hingga menjadi generasi selanjutnya.
Namun, apa yang dia dapatkan selalu kekosongan seolah kalah dari sebuah perjuangan sengit dalam mencarikan seorang cucu menantu. Wanita yang akan dijadikannya istri dari laki-laki yang keras kepala dalam mempertahankan prinsipnya setelah peristiwa yang terjadi pada ibu kandungnya.
"Mulai saat ini, maju tidaknya perusahaan kita ada di tanganmu, kakek juga berharap bahwa kamu juga mau membuka diri untuk seorang perempuan, kamu bisa segera memberikan seorang cicit yang lucu untukku," ujar sang kakek sambil menaikkan satu kaki ke atas kaki lainnya. Dia mencoba menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya sebagai seorang kakek yang semakin hari akan semakin menua dan akhirnya pergi meninggalkan dunia.
"Kakek sudah tahu jawabanku seperti apa, jadi tidak usah mempertanyakan hal yang sama secara berulang-ulang," jawab Bima dengan nada datar, tapi terdengar tajam untuk menolak permintaan yang disampaikan oleh kakeknya.
"Bima! Umurmu itu sekarang sudah hampir 30 tahun, teman sebayamu rata-rata sudah punya anak satu sampai dua atau tiga orang, bahkan kakek yakin ada yang lebih. Sampai kapan kamu akan memenjarakan hatimu hanya karena kejadian yang menimpa ibumu, hah? Apakah kau akan menyandang gelar Bujang Lapuk Internasional sedunia?"
Kakek Juna sudah habis cara untuk membuka mata hati cucunya sejak beberapa tahun terakhir, tapi semua cara yang dilakukannya selalu gagal, karena Bima pasti menolak siapapun perempuan yang mendekatinya dengan alasan yang sama. Bima bahkan pernah mendapatkan seorang perempuan yang sengaja datang menggoda di tempat kediamannya saat menempuh pendidikan pascasarjana.
Bukan kenikmatan yang diterima oleh wanita tersebut. Namun, malah menerima tatapan jijik penuh emosi mengusirnya secara paksa dan juga kasar untuk menjauh dari lingkaran kehidupannya di masa datang. Tidak hanya sekali dua kali Bima mendapatkan hal yang sama, seorang perempuan akan mudah terpukau dan terpesona setelah melihat ketampanan wajah yang dimiliki oleh seorang Bima Saputra.
"Sebelum aku bisa menyembuhkan ibu, Kakek jangan pernah berharap kalau aku akan menikahi seorang perempuan. Wanita itu semuanya sama saja, hatinya baik ketika dikasih uang belanja, jika perlu seisi dunia berada dalam genggamannya, tapi suatu hari akan berubah menjadi busuk jika dia mendapatkan laki-laki yang lebih kaya."
Jawaban yang begitu datar namun menghantarkan penolakan penuh penekanan tentang apa yang diinginkan laki-laki tua di hadapannya. Hal itu tidak akan pernah terwujud sebelum perempuan yang telah melahirkannya bisa sembuh dari depresi yang selama ini mendera ibundanya.
"Kamu harus percaya yang namanya takdir, Bima. Takdir yang sudah ditetapkan oleh Tuhan … tidak ada yang bisa menggapai dan menolaknya, ibumu mengalami depresi itu memang sudah menjadi jalannya sendiri dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan nasib yang akan kamu terima. Kamu tidak boleh menyalahkan takdir!"
Suara kakek Arjuna terdengar meninggi untuk menyadarkan sang cucu yang sudah merasa sangat trauma dengan seorang perempuan yang telah membuat ayahnya pergi dan meninggalkan luka terdalam untuk wanita yang telah melahirkannya — Ibu Safitri.
“Bullshit! Kakek tidak perlu membawa-bawa nama takdir di sini karena dari kecil takdirku selalu menyakitkan! Sekarang Kakek Memintaku untuk segera memberikan seorang cicit sebagai penerus keturunan keluarga kita. Oke … aku akan menikah sekarang juga asalkan ibu juga sembuh saat ini!”
“What? Apa kamu gila?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
kanaya
semangat pagi kak, dan semangat up nya yahh 😗💐
2022-12-17
0
Umi Silvia
aduh_mbk syifa,,, jgn suudzon dl, tp klw di beri uang segebok, karena hanya ke sengol mah,,, aji mumpung &kayak songong sih si penabrak👻👻👻✌🏻🙏🏻
2022-11-23
1
Sunarty Narty
hadeh maaf y bim,g semua perempuan kaya gitu.
2022-11-23
0