Bab 6. Diguyur Genangan Air Jalan

Namun, matanya tiba-tiba membola saat melihat sesuatu yang dipegang sang gadis.

'Oh … jadi anak Bu Ayu ini seorang mahasiswa toh, kirain cuma gadis nganggur doang. Berarti aku bisa jodohin anakku sama anaknya Bu Ayu. Toh dia bukan gadis bodoh seperti menantu pertamaku yang taunya hanya foya-foya dan ke Salon. Kayaknya aku harus nyari waktu untuk bicara sama Bu Ayu.’

Wanita paruh baya itu terlena sesaat memikirkan ide brilian yang bercokol di kepalanya. Selama ini putranya sudah terlalu sering disakiti perempuan, padahal anaknya seorang pria tampan dan mapan bahkan sudah memimpin sebuah rumah sakit besar.

“Bu …!”

"Ibu ...!" Syifa memanggil berulang karena wanita itu masih asik dengan lamunannya.

"Ibu, maaf … semuanya Rp25.000, Bu." Syifa dengan lembut menepuk pelan lengan si pembeli yang terlihat sedikit kaget. Syifa pun hanya bisa tersenyum seiring tangan yang menyerahkan bungkusan milik pembeli.

“Oh, ya-ya kamu cocok kok, maaf tadi saya sedikit melamun. Ini uangnya,” timpal perempuan itu menyerahkan uangnya.

Syifa menerima uang Rp50.000 tersebut dengan senyum ramah kepada pelanggannya.

"Terima kasih," ucap Syifa sambil memberikan kembalian uang sang pembeli.

"Sama-sama, Dek. Saya suka dengan es dawetnya, makanya saya berencana sewaktu arisan nanti, ingin mengorder es dawet ibumu," ucap sang pelanggan bercerita tentang acara yang akan berlangsung di rumahnya.

Wanita itu terlihat begitu bersemangat saat menyampaikan keinginannya. Tidak ada raut wajah jijik sedikit pun walau akan memesan minuman kampung bagi kebanyakan orang.

"Maa syaa Allah … yang bener, Bu? Kapan rencananya? Ternyata Ibu sangat baik sekali sama kami. In syaa Allah dengan senang hati kami akan bersedia," jawab Syifa sambil menundukkan kepala dengan senyuman ramah di bibirnya.

Binar bahagia langsung terpancar di kedua matanya saat mendapatkan berita seseorang yang akan membeli es dawet milik bundanya.

"Iya, benar kok, saya memesan ini nanti karena memang es dawet buatan bundamu sangat enak di lidah dan saya juga yakin kalau para ibu arisan juga bakalan suaka. Kalau begitu, senin depan saya akan datang lagi ke sini untuk memberikan kepastian berapa cup yang saya butuhkan untuk arisan nanti. Sekarang saya permisi," pungkas wanita itu membawa kantong putih kresek berisi lima cup es dawet.

"Hati-hati di jalan, Bu!" seru Syifa pada wanita paruh baya yang ramah dan masih terlihat sangat cantik.

Wanita itu tersenyum dengan anggukan kepala sebelum masuk ke dalam mobilnya. Kaca terlihat dibuka lagi untuk memberikan senyuman hangat pada si gadis penjual dawet sambil melambaikan tangannya dari atas kaca jendela mobil yang sengaja diturunkan. Syifa pun membalas lambaian tangan sang pembeli dengan sunggingan senyum.

‘Apanya yang cocok menurut ibu tadi ya?’ pikirnya bingung

Gadis itu kembali masuk ke dalam kiosnya dan menceritakan kepada sang bunda yang baru saja masuk warung, tentang orderan yang akan dilakukan perempuan paruh baya tadi.

"Oh ya, Bunda, Gimana dengan orderan ibu-ibu paruh baya tadi? Apa bakal kita terima atau kita tolak saja?" tanya Syifa dengan yang aktif membereskan bekas gelas yang diminum beberapa pelanggan.

Kadang lebih banyak pembeli yang meminum es dawet mereka di warung kecil miliknya tetapi juga ada beberapa apa kendaraan yang lewat sengaja membeli untuk dibungkus dan dibawa pulang.

"Kalau kita sampai menolaknya, itu berarti kita menolak rezeki yang akan datang. Mau itu sedikit atau pun banyak, maka kita harus menerima rezeki yang diberikan Allah subhanahu wa ta'ala dengan rasa syukur," jawab Bunda sambil tersenyum dengan binar mata yang memancarkan cahaya penuh kelembutan.

"Baiklah, Bunda, berarti kita harus menyiapkan stok untuk bahan baku pembuatan es dawetnya, apakah menurut Ibu uang kita akan cukup jika menerima permintaan ibu kaya tadi?" tanya Syifa setelah mendengar keterangan dari bundanya.

Syifa bukannya tidak tahu kalau mereka jualan seperti Gali Lobang Tutup Lobang setiap hari. Jika cuaca panas maka Insha Allah semua dagangan ibunya akan habis dan mereka pun bisa mengisi perut dengan tenang dan sedikit lebihan jualan ditabung oleh ibunya untuk pendidikan Ridho.

"Kita akan selalu mencoba yang terbaik ketika ada pelanggan yang menginginkan dagangan yang kita jual. Kamu tidak usah khawatir tentang modal yang akan kita dapatkan. Kapan perlu, bunda akan meminta DP terlebih dahulu jika memang itu diperlukan apabila permintaan orang tersebut melampaui batas perekonomian kita," jawab Ibu Ayu dengan sangat bijaksana memberikan kelegaan yang langsung terpancar di mata anak gadisnya.

"Ya sudah, sekarang lebih baik kamu pergi membeli beras dulu untuk dimasak ke warung Ahong, soalnya beras kita sudah habis," pinta bunda menyuruh Syifa untuk pergi ke warung yang berada tidak jauh dari rumahnya.

Bu Ayu menyerahkan uang Rp100.000 untuk membeli beberapa kilo gram beras sebagai persediaan di rumahnya. Buat mereka, tidak ada istilah membeli beras karungan, karena ekonomi yang menyangga kehidupan mereka sehari-hari hanya bisa menghasilkan sedikit uang.

"Baiklah Bunda, aku akan berangkat sekarang."

Akhirnya Syifa berjalan kaki ke arah warung yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah mereka. Ketika Syifa berjalan, tiba-tiba ada mobil melaju tidak terlalu kencang, melindas genangan air hujan sehingga membuat tubuh Syifa basah kuyup termasuk wajahnya.

Astaghfirullah … dasar orang kaya tak punya perasaan! Memangnya dia tidak bisa melihat bekas genangan air yang ada di jalan, orang ini benar-benar harus diberi pelajaran.

Syifa merasa sangat kesal melihat mobil itu sama sekali tidak berhenti setelah mengguyur tubuhnya dengan air kobokan hujan yang ada di jalan. Dengan tatapan kemarahan, gadis itu mencari batu yang bisa dilemparkan ke mobil mewah yang sudah menyebabkan dirinya bau air genangan, tanpa berpikir panjang apa akibat yang akan terjadi setelahnya gadis itu pun melempar dengan sekuat tenaga.

Prang!

Batu yang dilemparkan Syifa tepat mengenai sasaran kaca mobil berwarna hitam. Kaca itu pecah sehingga membuat supir yang mengendarai mobil mewah tersebut langsung berhenti sesaat, seolah sedang berpikir tentang apa yang harus dilakukannya sebelum keluar dari dalam mobil.

Syifa melihat mobil mewah itu memundurkan jalannya dan berhenti tepat di depannya yang terlihat menyedihkan. Pakaian gadis itu sudah basah dengan sedikit bau bahan bakar kendaraan yang melekat di antara air genangan pada tubuhnya akibat roda mobil yang tiada pernah berpikir.

Syifa menatap laki-laki yang sedang memberikan tatapan tajamnya ke arah gadis bermata sejuk. Namun jangan salah, karena pandangan itu bukan tatapan penuh cinta, melainkan pancaran penuh kemarahan akibat ulah pengendara mobil yang menyebabkan genangan air hujan menyapa seluruh tubuhnya. Basah kuyup dan bau, sungguh sesuatu yang membuat Syifa sangat emosi.

Pandangan mereka berdua terlihat bagaikan Elang yang terbang menukik hingga masuk ke dalam jantung, dan bias emosi yang sama-sama akan keluar tanpa batas perasaan, akan mengguncang peperangan di antara keduanya.

Terpopuler

Comments

Sunarty Narty

Sunarty Narty

apa si Bima,Bim udh dapat saingan aja sebelum berperang.dokter jg kayanya

2022-11-23

0

candra rahma

candra rahma

siapa tuh yg di dlm mobil

2022-11-09

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

si Kenzi nich yg nyetir khan...
ayo Syifa jewer aja telinganya kapan kalo perlu sama Bossnya sekalian
hehehheheheheehe

2022-11-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Rencana Magang
3 Bab 3. Direktur Baru
4 Bab 4. Lanjutkan Keturunan
5 Bab 5. Galau Nikah
6 Bab 6. Diguyur Genangan Air Jalan
7 Bab 7. Lelaki Tak Beretika
8 Bab 8. Lamunan Bima
9 Bab 9. Bertanggung Jawab
10 Bab 10. Ke Bimasakti Group
11 Bab 11. Lapor Polisi
12 Bab 12. Bertukar Posisi
13 Bab 13. Penjual Es Dawet
14 Bab 14. Bos Payah
15 Bab 15. Tentang Dia
16 Bab 16. Ingin Membuktikan
17 Bab 17. Terpukau?
18 Bab 18. Apa Dipaksa Nikah Saja?
19 Bab 19. Apa Kakakmu Punya Pacar?
20 Bab 20. Namaku Arka
21 Bab 21. Kepanikan Bunda
22 Bab 22. Punya Utang Lagi
23 Bab 23. Ayo Berteman
24 24. Ingin Selalu Dekat
25 Bab 25. Gadis berbeda Kelas
26 Bab 26. Kondisi Ibunya Bima
27 Bab 27. Galak Dewa
28 Bab 28. Awas Kemakan Sumpah
29 Bab 29. Bersaing Secara Jantan
30 Bab 30. Harapan Arka
31 Bab 31. Mengajak Ridho bekerja Sama.
32 Bab 32. Apa Dia Jomblo?
33 Bab 33. Nama Saya Bima
34 Bab 34. Ketinggian Gengsi
35 Bab 35. Pura-pura Benci
36 Bab 36. Bagaimana Kalau Kuberi Maskawin?
37 Bab 37. Kedok Arka Terbongkar
38 Bab 38. Perasaan Aneh
39 Bab 39. Nomor Telepon
40 Bab 40. Ijin Berkunjung
41 Bab 41. Ide Bima
42 Bab 42. Nikah Yuk!
43 Bab 43. Permintaan Arka
44 Bab 44. Tunangan Saya
45 Bab 45. Godaan Bima
46 Bab 46. Ayo Kita Bekerjasama
47 Bab 47. Kejujuran Bima
48 Bab 48. Perkenalan Mulut
49 Bab 49. Dia Pacarmu?
50 Bab 50. Pertemuan Dengan Kakek Arjuna
51 Bab 51. Rencana Tuan Arjuna
52 Bab 52. Ini harusnya bab 51 ya.
53 Bab 53. Sumpah Bima
54 Pengumuman
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Rencana Magang
3
Bab 3. Direktur Baru
4
Bab 4. Lanjutkan Keturunan
5
Bab 5. Galau Nikah
6
Bab 6. Diguyur Genangan Air Jalan
7
Bab 7. Lelaki Tak Beretika
8
Bab 8. Lamunan Bima
9
Bab 9. Bertanggung Jawab
10
Bab 10. Ke Bimasakti Group
11
Bab 11. Lapor Polisi
12
Bab 12. Bertukar Posisi
13
Bab 13. Penjual Es Dawet
14
Bab 14. Bos Payah
15
Bab 15. Tentang Dia
16
Bab 16. Ingin Membuktikan
17
Bab 17. Terpukau?
18
Bab 18. Apa Dipaksa Nikah Saja?
19
Bab 19. Apa Kakakmu Punya Pacar?
20
Bab 20. Namaku Arka
21
Bab 21. Kepanikan Bunda
22
Bab 22. Punya Utang Lagi
23
Bab 23. Ayo Berteman
24
24. Ingin Selalu Dekat
25
Bab 25. Gadis berbeda Kelas
26
Bab 26. Kondisi Ibunya Bima
27
Bab 27. Galak Dewa
28
Bab 28. Awas Kemakan Sumpah
29
Bab 29. Bersaing Secara Jantan
30
Bab 30. Harapan Arka
31
Bab 31. Mengajak Ridho bekerja Sama.
32
Bab 32. Apa Dia Jomblo?
33
Bab 33. Nama Saya Bima
34
Bab 34. Ketinggian Gengsi
35
Bab 35. Pura-pura Benci
36
Bab 36. Bagaimana Kalau Kuberi Maskawin?
37
Bab 37. Kedok Arka Terbongkar
38
Bab 38. Perasaan Aneh
39
Bab 39. Nomor Telepon
40
Bab 40. Ijin Berkunjung
41
Bab 41. Ide Bima
42
Bab 42. Nikah Yuk!
43
Bab 43. Permintaan Arka
44
Bab 44. Tunangan Saya
45
Bab 45. Godaan Bima
46
Bab 46. Ayo Kita Bekerjasama
47
Bab 47. Kejujuran Bima
48
Bab 48. Perkenalan Mulut
49
Bab 49. Dia Pacarmu?
50
Bab 50. Pertemuan Dengan Kakek Arjuna
51
Bab 51. Rencana Tuan Arjuna
52
Bab 52. Ini harusnya bab 51 ya.
53
Bab 53. Sumpah Bima
54
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!