Namun, matanya tiba-tiba membola saat melihat sesuatu yang dipegang sang gadis.
'Oh … jadi anak Bu Ayu ini seorang mahasiswa toh, kirain cuma gadis nganggur doang. Berarti aku bisa jodohin anakku sama anaknya Bu Ayu. Toh dia bukan gadis bodoh seperti menantu pertamaku yang taunya hanya foya-foya dan ke Salon. Kayaknya aku harus nyari waktu untuk bicara sama Bu Ayu.’
Wanita paruh baya itu terlena sesaat memikirkan ide brilian yang bercokol di kepalanya. Selama ini putranya sudah terlalu sering disakiti perempuan, padahal anaknya seorang pria tampan dan mapan bahkan sudah memimpin sebuah rumah sakit besar.
“Bu …!”
"Ibu ...!" Syifa memanggil berulang karena wanita itu masih asik dengan lamunannya.
"Ibu, maaf … semuanya Rp25.000, Bu." Syifa dengan lembut menepuk pelan lengan si pembeli yang terlihat sedikit kaget. Syifa pun hanya bisa tersenyum seiring tangan yang menyerahkan bungkusan milik pembeli.
“Oh, ya-ya kamu cocok kok, maaf tadi saya sedikit melamun. Ini uangnya,” timpal perempuan itu menyerahkan uangnya.
Syifa menerima uang Rp50.000 tersebut dengan senyum ramah kepada pelanggannya.
"Terima kasih," ucap Syifa sambil memberikan kembalian uang sang pembeli.
"Sama-sama, Dek. Saya suka dengan es dawetnya, makanya saya berencana sewaktu arisan nanti, ingin mengorder es dawet ibumu," ucap sang pelanggan bercerita tentang acara yang akan berlangsung di rumahnya.
Wanita itu terlihat begitu bersemangat saat menyampaikan keinginannya. Tidak ada raut wajah jijik sedikit pun walau akan memesan minuman kampung bagi kebanyakan orang.
"Maa syaa Allah … yang bener, Bu? Kapan rencananya? Ternyata Ibu sangat baik sekali sama kami. In syaa Allah dengan senang hati kami akan bersedia," jawab Syifa sambil menundukkan kepala dengan senyuman ramah di bibirnya.
Binar bahagia langsung terpancar di kedua matanya saat mendapatkan berita seseorang yang akan membeli es dawet milik bundanya.
"Iya, benar kok, saya memesan ini nanti karena memang es dawet buatan bundamu sangat enak di lidah dan saya juga yakin kalau para ibu arisan juga bakalan suaka. Kalau begitu, senin depan saya akan datang lagi ke sini untuk memberikan kepastian berapa cup yang saya butuhkan untuk arisan nanti. Sekarang saya permisi," pungkas wanita itu membawa kantong putih kresek berisi lima cup es dawet.
"Hati-hati di jalan, Bu!" seru Syifa pada wanita paruh baya yang ramah dan masih terlihat sangat cantik.
Wanita itu tersenyum dengan anggukan kepala sebelum masuk ke dalam mobilnya. Kaca terlihat dibuka lagi untuk memberikan senyuman hangat pada si gadis penjual dawet sambil melambaikan tangannya dari atas kaca jendela mobil yang sengaja diturunkan. Syifa pun membalas lambaian tangan sang pembeli dengan sunggingan senyum.
‘Apanya yang cocok menurut ibu tadi ya?’ pikirnya bingung
Gadis itu kembali masuk ke dalam kiosnya dan menceritakan kepada sang bunda yang baru saja masuk warung, tentang orderan yang akan dilakukan perempuan paruh baya tadi.
"Oh ya, Bunda, Gimana dengan orderan ibu-ibu paruh baya tadi? Apa bakal kita terima atau kita tolak saja?" tanya Syifa dengan yang aktif membereskan bekas gelas yang diminum beberapa pelanggan.
Kadang lebih banyak pembeli yang meminum es dawet mereka di warung kecil miliknya tetapi juga ada beberapa apa kendaraan yang lewat sengaja membeli untuk dibungkus dan dibawa pulang.
"Kalau kita sampai menolaknya, itu berarti kita menolak rezeki yang akan datang. Mau itu sedikit atau pun banyak, maka kita harus menerima rezeki yang diberikan Allah subhanahu wa ta'ala dengan rasa syukur," jawab Bunda sambil tersenyum dengan binar mata yang memancarkan cahaya penuh kelembutan.
"Baiklah, Bunda, berarti kita harus menyiapkan stok untuk bahan baku pembuatan es dawetnya, apakah menurut Ibu uang kita akan cukup jika menerima permintaan ibu kaya tadi?" tanya Syifa setelah mendengar keterangan dari bundanya.
Syifa bukannya tidak tahu kalau mereka jualan seperti Gali Lobang Tutup Lobang setiap hari. Jika cuaca panas maka Insha Allah semua dagangan ibunya akan habis dan mereka pun bisa mengisi perut dengan tenang dan sedikit lebihan jualan ditabung oleh ibunya untuk pendidikan Ridho.
"Kita akan selalu mencoba yang terbaik ketika ada pelanggan yang menginginkan dagangan yang kita jual. Kamu tidak usah khawatir tentang modal yang akan kita dapatkan. Kapan perlu, bunda akan meminta DP terlebih dahulu jika memang itu diperlukan apabila permintaan orang tersebut melampaui batas perekonomian kita," jawab Ibu Ayu dengan sangat bijaksana memberikan kelegaan yang langsung terpancar di mata anak gadisnya.
"Ya sudah, sekarang lebih baik kamu pergi membeli beras dulu untuk dimasak ke warung Ahong, soalnya beras kita sudah habis," pinta bunda menyuruh Syifa untuk pergi ke warung yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Bu Ayu menyerahkan uang Rp100.000 untuk membeli beberapa kilo gram beras sebagai persediaan di rumahnya. Buat mereka, tidak ada istilah membeli beras karungan, karena ekonomi yang menyangga kehidupan mereka sehari-hari hanya bisa menghasilkan sedikit uang.
"Baiklah Bunda, aku akan berangkat sekarang."
Akhirnya Syifa berjalan kaki ke arah warung yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah mereka. Ketika Syifa berjalan, tiba-tiba ada mobil melaju tidak terlalu kencang, melindas genangan air hujan sehingga membuat tubuh Syifa basah kuyup termasuk wajahnya.
Astaghfirullah … dasar orang kaya tak punya perasaan! Memangnya dia tidak bisa melihat bekas genangan air yang ada di jalan, orang ini benar-benar harus diberi pelajaran.
Syifa merasa sangat kesal melihat mobil itu sama sekali tidak berhenti setelah mengguyur tubuhnya dengan air kobokan hujan yang ada di jalan. Dengan tatapan kemarahan, gadis itu mencari batu yang bisa dilemparkan ke mobil mewah yang sudah menyebabkan dirinya bau air genangan, tanpa berpikir panjang apa akibat yang akan terjadi setelahnya gadis itu pun melempar dengan sekuat tenaga.
Prang!
Batu yang dilemparkan Syifa tepat mengenai sasaran kaca mobil berwarna hitam. Kaca itu pecah sehingga membuat supir yang mengendarai mobil mewah tersebut langsung berhenti sesaat, seolah sedang berpikir tentang apa yang harus dilakukannya sebelum keluar dari dalam mobil.
Syifa melihat mobil mewah itu memundurkan jalannya dan berhenti tepat di depannya yang terlihat menyedihkan. Pakaian gadis itu sudah basah dengan sedikit bau bahan bakar kendaraan yang melekat di antara air genangan pada tubuhnya akibat roda mobil yang tiada pernah berpikir.
Syifa menatap laki-laki yang sedang memberikan tatapan tajamnya ke arah gadis bermata sejuk. Namun jangan salah, karena pandangan itu bukan tatapan penuh cinta, melainkan pancaran penuh kemarahan akibat ulah pengendara mobil yang menyebabkan genangan air hujan menyapa seluruh tubuhnya. Basah kuyup dan bau, sungguh sesuatu yang membuat Syifa sangat emosi.
Pandangan mereka berdua terlihat bagaikan Elang yang terbang menukik hingga masuk ke dalam jantung, dan bias emosi yang sama-sama akan keluar tanpa batas perasaan, akan mengguncang peperangan di antara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sunarty Narty
apa si Bima,Bim udh dapat saingan aja sebelum berperang.dokter jg kayanya
2022-11-23
0
candra rahma
siapa tuh yg di dlm mobil
2022-11-09
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
si Kenzi nich yg nyetir khan...
ayo Syifa jewer aja telinganya kapan kalo perlu sama Bossnya sekalian
hehehheheheheehe
2022-11-07
0