Bab 19. Apa Kakakmu Punya Pacar?

“Percuma aku menggajimu tinggi kalau aku yang jadi supirmu! Dasar sekretaris jahara!” ketus Bima selaras kakinya turun dan pindah ke bagian jok Belakang.

‘Aku harus punya cara agar gadis itu terikat dan tak bisa menolak semua perintahku. Hemm apa kupaksa nikah aja, ya?’ Bima seolah punya ide baru tapi bagaimana kalau gadis itu malah lebih memilih masuk penjara?

"Hahaha mana tau aja, Bos mau menyupiriku sekali-kali. Terus apa yang harus kita lakukan sekarang, biar perempuan itu mau membayar utangnya dalam waktu dekat? Apa mungkin kita akan melepaskannya begitu saja? Bukankah Bos mengatakan semuanya hanyalah hal sepele yang tidak penting untuk diurus?" tanya sekretaris Kenzi, sambil melihat atasannya lewat kaca spion mobil bagian dalam.

Kenzi memindai dengan netranya untuk mengetahui reaksi dari mimik wajah atasannya, biasanya Bima akan langsung mengatakan 'lupakan itu tak penting!' tetapi saat ini, Kenzi harus sedikit bersabar untuk mendapatkan jawaban dari seorang Bima.

Kenzi ingat betul waktu tadi melihat ada segurat kegelisahan dari wajah atasannya setelah memandang kepergian Syifa dari gedung perusahaan. Sekretaris itu sangat yakin bahwa kali ini Bima benar-benar akan jatuh cinta dan bisa tergila-gila terhadap seorang perempuan yang mampu melawannya tanpa ada rasa takut sama sekali.

"Jadikan kuasaku untuk membuat perempuan itu datang lagi padaku! Dia harus sadar dengan status yang dimilikinya, agar ke depan tidak ada lagi orang yang semena-mena terhadap seorang Bima Saputra. Perempuan itu harus diberi pelajaran secepatnya agar dia bisa menyadari kesalahan yang telah diperbuat dengan sengaja ingin melawan ku!"

Pria arogan itu berkata dengan nada perintah seolah semua orang mampu ditaklukkannya, padahal sudah jelas dia tidak menginginkan seorang perempuan selama ini berada di sisinya. Lalu kenapa dia ingin sekali agar Syifa bertekuk lutut di hadapannya? Peristiwa langka yang terekam jelas di dalam kepala Kenzi, bisa diartikan bahwa laki-laki itu sekarang sedang terobsesi untuk menaklukkan kegarangan dari seorang Syifa, si gadis pemberontak yang dianggapnya orang miskin dan juga barbar.

‘Loh kok Bima malah berubah kesal hahaha, jelas-jelas tadi udah ketangkap basah selalu saja mengatai gadis itu, sekarang malah sok wibawa lagi. Bima … Bima, kapan lo bakalan laku kalo selalu menggunakan ego dan gengsi!’

Kenzi merutuk atasannya itu seiring gelengan kepala, dia yakin kalau sebenarnya Bima sudah mulai masuk perangkap yang bakal diciptakannya sendiri.

"Tenang saja, Bos. Semua bisa diatur dengan beribu-ribu alasan yang akan aku gunakan untuk menyeretnya ke hadapanmu," ungkap sekretaris Kenzi dengan penuh keyakinan, apalagi dia sudah sangat mengenal dengan siapa dirinya akan berhadapan.

.

.

.

Hari sudah mulai petang, matahari juga terlihat merangkak ke arah barat menuju tempat peraduannya yang begitu empuk nan nyaman, sambil menunggu datangnya malam dengan senyuman. Seorang anak kecil sedang berjalan di trotoar. Ridho baru saja pulang dari sekolahnya yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal yang keluarganya tempati.

Ridho berjalan kaki sambil bersenandung ria tanpa melihat adanya lubang yang ternganga di bagian salah satu pijakan kakinya. Tanpa sadar anak kecil itu terperosok jatuh masuk ke dalam lubang, sehingga membuatnya jatuh tersungkur yang menyebabkan beberapa luka di bagian kaki dan juga siku tangannya.

“Agghh! Bundaa … ya Allah kok kakiku bisa salah jalan begini sih?” Ridho bicara sendiri sambil mencoba untuk berdiri.

Saat yang bersamaan, Arka sedang mengendarai mobilnya dengan sangat pelan dengan sengaja menghirup udara segar di petang hari menuju rumah Bima, karena mereka telah berjanji akan bertemu di sana. Saat matanya menoleh ke arah samping bagian mobil, matanya langsung terpatri pada sesosok anak laki-laki yang terlihat sedang meringis menahan kesakitan, akibat luka sobek di bagian kakinya yang terlihat terbuka mengeluarkan darah.

“Astaga, kasihan anak itu, pasti dia sangat kesakitan,” monolognya dengan rasa kasihan.

Perasaan ingin menolong akibat sifat penyayangnya terhadap anak-anak, langsung saja menggerakkan kaki panjangnya untuk menginjak pedal rem mobil. Laki-laki itu terlihat sangat tergesa-gesa untuk turun dan menghampiri Ridho yang sengaja duduk sebentar untuk menghilangkan rasa nyeri di kakinya saat melangkahkan kaki nanti menuju pulang ke rumah.

Arka melihat lebih jelas ketika dirinya telah mendekati tubuh mungil Ridho dan dia sangat kaget melihat luka yang sedikit menganga di bagian betis kaki kanan bocah yang sedang meringis.

"Astaghfirullah, kamu tidak apa-apa, Dek? Sekarang aku akan membawamu ke rumah sakit dan kamu harus menurut," ujarnya dengan nada yang sangat cemas melihat darah yang merembes keluar tanpa berhenti.

Sekilas mata Arka melihat ke arah lubang yang berbentuk sedikit lancip dengan patahan besi runcing sehingga menimbulkan luka koyakan di betis anak laki-laki yang sekarang sudah berada dalam gendongannya menuju mobil.

“Eh aku nggak apa-apa kok, tolong turunin aku saja, Tuan!” pinta Ridho dengan wajah pias.

Tatapan mata yang sedikit ketakutan seolah menyiratkan sebuah kecemasan yang terkirim jelas saat mereka beradu pandang. Itu semua menuntut sebuah jawaban dari seorang Arka yang sedang menggendongnya.

Tanpa mengeluarkan kata-kata apa pun, seorang Arka akan bisa menyadari bahwa anak yang sekarang digendongnya sedang merasa waspada akibat bantuan yang diberikannya secara tiba-tiba oleh orang yang tidak dikenal.

‘bocah ini pasti mengira kalau aku ini seorang penculik! Astaga … ada-ada aja,’ gumamnya dalam hati.

Arka langsung membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Ridho di bagian jok penumpang depan persis di sampingnya. Laki-laki itu langsung memasangkan sabuk pengaman agar anak kecil tersebut lebih aman ketika dirinya mengendarai mobil dengan tujuan sedikit kencang menuju rumah sakit terdekat.

"Aku bukanlah seorang penjahat, namaku Arka. Jadi kau bisa memanggilku Abang ataupun Om Arka!" tekannya untuk memastikan agar bocah yang baru saja ditolongnya bisa mengerti dan tidak merasa takut lagi.

Arka menoleh ke samping, melihat ekspresi yang akan dikeluarkan oleh wajah anak kecil yang sekarang dibantunya. Dia mengulum senyum setelah menyadari bahwa anak yang menggemaskan itu sudah terlihat sedikit nyaman saat duduk di sampingnya karena dia tidak melakukan apa pun gerakan yang bisa membuat Ridho merasa cemas.

‘Kata Kak Syifa, kita ndak boleh buruk sangka dulu sama orang. Mudah-mudahan aja orang ini memang baik dan tulus menolongmu, bukan penculik anak kecil,’ ucap Rhido di dalam hati berharap orang yang sedang menyetir itu bukan lah orang jahat.

Ridho masih diam, dia tidak tahu harus mengatakan apa terhadap orang yang baru saja menolongnya kecuali ingin mengucapkan terima kasih.

"Jangan gerakkan kakimu jika tidak mau darahnya akan kembali menyembur!" seru Arka saat melihat Ridho yang mulai dengan sengaja berusaha ingin menggerakkan kaki menjuntai ke arah bawah setelah disengaja oleh Arka agar pendarahan bisa berhenti sementara dengan cara sederhana yang bisa dilakukannya.

Sepertinya Ridho langsung menuruti kata-kata yang diperintahkan oleh Arka, bocah tersebut langsung menyunggingkan seulas senyum penuh ketulusan ke arah orang yang telah menolongnya.

"Terima kasih, Bang Arka, tetapi Abang akan membawaku ke mana? Soalnya rumahku telah terlewati sedari tadi, bahkan sebuah klinik kesehatan pun sudah Abang abaikan, Kenapa tadi nggak di klinik saja?" tanya Ridho dengan polosnya khas seorang anak kecil yang ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh laki-laki membawanya saat ini.

"Aku telah memberitahukan namaku dari tadi padamu, tetapi kenapa kau tidak memperkenalkan diri, agar aku bisa memanggilmu dengan sebutan apa untuk kedepannya. Bukankah sebuah persahabatan dimulai dari perkenalan?" Bertanya selembut mungkin agar bocah tersebut menghilangkan keraguan dalam menyampaikan identitasnya.

"Namaku Muhammad Ridho. Bang Arka bisa memanggilku dengan sapaan Ridho seperti orang kebanyakan saat mereka menyapa namaku," jawab Ridho sambil menundukkan kepala sedikit, sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua dari umurnya.

Tak lupa Rhido memberikan seulas senyum.

"Karena kamu telah memberitahukan identitas mu, maka akan kujawab bahwa kita akan pergi ke rumah sakit untuk menangani luka yang ada di kakimu," jelas Arka sambil memberikan isyarat dagu ke arah kaki Ridho yang masih mengeluarkan darah, sehingga mengotori kursi mobilnya dan juga mengeluarkan bau anyir, sedikit menusuk sampai ke hidung.

“Maaf … mobil mewahnya Bang Arka jadi kotor. Kalau begitu … nanti biar aku minta tolong sama kakak untuk membersihkannya,” sahutnya dengan senyum menggemaskan.

“Kamu punya kakak? Apa dia sudah bekerja?”

“Ya, kakakku sangat cantik, tapi belum kerja … dia masih kuliah,” sahutnya singkat.

“Oh, sudah kuliah. Jadi kakakmu seorang perempuan?” tanya Arka lagi, padahal Ridho sudah mengatakan kalau dia memiliki seorang kakak cantik.

“Hehehe, Bang Arka ini lucu, yang namanya cantik sudah pasti perempuan, masa ada laki-laki cantik. Berarti bencong dong, hahaha. ”

“Hahaha! Bener juga, ya? Abang kok salfok gini.” Arka menimpali kebodohannya sendiri.

“Apa kakakmu sudah punya pacar?”

Terpopuler

Comments

Sunarty Narty

Sunarty Narty

aduh Bim saingan Ama temen sendiri,klu g gercep alamat kehilangan calon istri kamu Bim😂😂😂😂

2022-11-23

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

do kmu plih yg mna pnya kakak ipar narsis yg smbong atau baik hti srta pnyayang ayo do ??🤣🤣

2022-11-15

0

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🤣🤣🤣....saingan Bima dtg wkwkwk

2022-11-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Rencana Magang
3 Bab 3. Direktur Baru
4 Bab 4. Lanjutkan Keturunan
5 Bab 5. Galau Nikah
6 Bab 6. Diguyur Genangan Air Jalan
7 Bab 7. Lelaki Tak Beretika
8 Bab 8. Lamunan Bima
9 Bab 9. Bertanggung Jawab
10 Bab 10. Ke Bimasakti Group
11 Bab 11. Lapor Polisi
12 Bab 12. Bertukar Posisi
13 Bab 13. Penjual Es Dawet
14 Bab 14. Bos Payah
15 Bab 15. Tentang Dia
16 Bab 16. Ingin Membuktikan
17 Bab 17. Terpukau?
18 Bab 18. Apa Dipaksa Nikah Saja?
19 Bab 19. Apa Kakakmu Punya Pacar?
20 Bab 20. Namaku Arka
21 Bab 21. Kepanikan Bunda
22 Bab 22. Punya Utang Lagi
23 Bab 23. Ayo Berteman
24 24. Ingin Selalu Dekat
25 Bab 25. Gadis berbeda Kelas
26 Bab 26. Kondisi Ibunya Bima
27 Bab 27. Galak Dewa
28 Bab 28. Awas Kemakan Sumpah
29 Bab 29. Bersaing Secara Jantan
30 Bab 30. Harapan Arka
31 Bab 31. Mengajak Ridho bekerja Sama.
32 Bab 32. Apa Dia Jomblo?
33 Bab 33. Nama Saya Bima
34 Bab 34. Ketinggian Gengsi
35 Bab 35. Pura-pura Benci
36 Bab 36. Bagaimana Kalau Kuberi Maskawin?
37 Bab 37. Kedok Arka Terbongkar
38 Bab 38. Perasaan Aneh
39 Bab 39. Nomor Telepon
40 Bab 40. Ijin Berkunjung
41 Bab 41. Ide Bima
42 Bab 42. Nikah Yuk!
43 Bab 43. Permintaan Arka
44 Bab 44. Tunangan Saya
45 Bab 45. Godaan Bima
46 Bab 46. Ayo Kita Bekerjasama
47 Bab 47. Kejujuran Bima
48 Bab 48. Perkenalan Mulut
49 Bab 49. Dia Pacarmu?
50 Bab 50. Pertemuan Dengan Kakek Arjuna
51 Bab 51. Rencana Tuan Arjuna
52 Bab 52. Ini harusnya bab 51 ya.
53 Bab 53. Sumpah Bima
54 Pengumuman
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Rencana Magang
3
Bab 3. Direktur Baru
4
Bab 4. Lanjutkan Keturunan
5
Bab 5. Galau Nikah
6
Bab 6. Diguyur Genangan Air Jalan
7
Bab 7. Lelaki Tak Beretika
8
Bab 8. Lamunan Bima
9
Bab 9. Bertanggung Jawab
10
Bab 10. Ke Bimasakti Group
11
Bab 11. Lapor Polisi
12
Bab 12. Bertukar Posisi
13
Bab 13. Penjual Es Dawet
14
Bab 14. Bos Payah
15
Bab 15. Tentang Dia
16
Bab 16. Ingin Membuktikan
17
Bab 17. Terpukau?
18
Bab 18. Apa Dipaksa Nikah Saja?
19
Bab 19. Apa Kakakmu Punya Pacar?
20
Bab 20. Namaku Arka
21
Bab 21. Kepanikan Bunda
22
Bab 22. Punya Utang Lagi
23
Bab 23. Ayo Berteman
24
24. Ingin Selalu Dekat
25
Bab 25. Gadis berbeda Kelas
26
Bab 26. Kondisi Ibunya Bima
27
Bab 27. Galak Dewa
28
Bab 28. Awas Kemakan Sumpah
29
Bab 29. Bersaing Secara Jantan
30
Bab 30. Harapan Arka
31
Bab 31. Mengajak Ridho bekerja Sama.
32
Bab 32. Apa Dia Jomblo?
33
Bab 33. Nama Saya Bima
34
Bab 34. Ketinggian Gengsi
35
Bab 35. Pura-pura Benci
36
Bab 36. Bagaimana Kalau Kuberi Maskawin?
37
Bab 37. Kedok Arka Terbongkar
38
Bab 38. Perasaan Aneh
39
Bab 39. Nomor Telepon
40
Bab 40. Ijin Berkunjung
41
Bab 41. Ide Bima
42
Bab 42. Nikah Yuk!
43
Bab 43. Permintaan Arka
44
Bab 44. Tunangan Saya
45
Bab 45. Godaan Bima
46
Bab 46. Ayo Kita Bekerjasama
47
Bab 47. Kejujuran Bima
48
Bab 48. Perkenalan Mulut
49
Bab 49. Dia Pacarmu?
50
Bab 50. Pertemuan Dengan Kakek Arjuna
51
Bab 51. Rencana Tuan Arjuna
52
Bab 52. Ini harusnya bab 51 ya.
53
Bab 53. Sumpah Bima
54
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!