Setelah sampai di depan ruangan Bima, pegawai perempuan itu pun langsung memberitahukan Syifa kalau mereka sudah berada di depan pintu ruangan orang yang sedang dicarinya.
“Maaf ya, Mbak. Saya tak bisa ikut sampai ke dalam, soalnya tadi pesan Pak Kenzi hanya boleh mengantar Anda sampai di sini saja,” terang sang pegawai resepsionis sembari menganggukkan kepala.
“Oh iya, gak masalah. Nanti saya akan mengetuk pintunya sendiri. Terima kasih ya, Mbak sudah mengantar saya ke sini,” balas Syifa dengan ikut menganggukkan kepalanya.
“Sama-sama, Mbak.”
Setelah kepergian pegawai yang mengantarnya, Syifa langsung memejamkan mata untuk mengatur napas yang tiba-tiba seperti kuda yang akan berpacu.
‘Bismillah, aku pasti bisa menghadapi Pak Kenzi,” gumamnya menyemangati diri sendiri/
Gadis itu hanya tau kedatangan ke kantor Bimasakti untuk bertemu dengan orang bernama Kenzi, bukan lelaki dingin yang ada di ruangan saat ini.
Syifa menatap pintu yang ada di depannya dengan perasaan gugup bercampur takut.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Bima mengira bahwa yang datang adalah sekretaris Kenzi. Jadi dia tetap fokus pada laptop yang ada di hadapannya karena ada beberapa email yang harus dibalasnya.
Ceklek!
Syifa masuk dan berjalan mendekati meja kerja Bima dengan perasaan campur aduk. Jantungnya semakin berdebar kala melihat seorang pria yang masih fokus pada monitor di hadapannya.
‘loh, kok orangnya bukan Pak Kenzi yang kemarin. Apa jangan-jangan ini adalah bosnya Pak Kenzi. Kenapa dia tidak mau menoleh sedikit pun saat aku masuk ya. Sombong sekali orangnya! Ya Allah, sepertinya aku berurusan dengan orang yang salah,’ batinnya sendu.
"Ngapain lo berdiri di situ? Kayak kurang kerjaan aja lo! Apa lo udah mengcancel jadwal gue seminggu ke depan? Kalau udah lanjutkan apa yang bisa lo kerjain! Nggak usah pake acara menunggu perintah dari gue terus, gaya lo kayak orang belum pernah datang ke ruangan gue aja lo!" Bima Berbicara tanpa menoleh ke arah orang yang sedang berdiri di hadapannya.
‘Ya Tuhan, ngelirik aja ndak, gimana caranya minta maaf? Sepertinya dia sedang sibuk sekali,” gumam Syifa kembali melihat pria itu.
"Assalamu'alaikum, Pak. Maaf … saya memang belum pernah datang ke sini, bahkan saya tidak kenal dengan Anda," tutur Syifa sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat pada orang yang belum dikenalnya, apalagi kemungkinan besar orang ini adalah pemilik mobil yang dipecahkan kacanya.
Mendengar suara perempuan dan pengakuannya, Bima langsung menoleh. Saat itu dia baru teringat akan perkataan sekretarisnya tentang drama perseteruan genangan hujan yang menyebabkan kaca mobilnya menjadi tumbal kekesalan seorang gadis.
Lelaki bermata kelam itu langsung memindai keseluruhan dari tubuh perempuan yang ada di depannya, lalu dia tiba-tiba menyeringai dan menyadari bahwa gadis itu tak lebih dari pion kecil lemah dari golongan orang susah. Benarkah?
'Hemm ternyata ini gadis yang kemarin melempar kaca mobilku dengan batu, menurut sekretaris Kenzi cewek ini bar-bar dan pemberani.’ Bima membatin sambil menatap tajam wajah gadis yang ada di hadapannya.
‘Tunggu-tunggu … bukankah ini cewek yang kemarin ku serempet?’ pikirnya memejamkan mata untuk mengingat kejadian kemarin.
“Bagaimana motormu? Apa ada yang rusak?” tanya Bima spontan karena mengira gadis itu mengingat kejadian dirinya yang akibat melamun mengendarai mobil malah tanpa sengaja menyerempet motor gadis itu, sayangnya Syifa tidak mengenal wajahnya.
“Hah? Motor …?” Syifa memperlihatkan raut wajah cengo karena tidak mengerti.
‘Astaga … aku lupa kalau kemarin gadis ini sibuk ngeliat aspal karena di matanya aspal jauh lebih tampan dari wajahku. Baiklah karena kamu terlalu sombong dan gak mau melihat ketampananku maka ayo kita bermain dan membuatmu tak akan pernah lagi melupakan wajahku!’ tekadnya di dalam hati.
‘Hemm, kalau aku langsung ngajak dia nikah kayaknya nggak sopan banget tapi asli, gadis ini gak ada keliatan bar-bar sama sekali seperti yang dikatakan Kenzi.’
Bima terus saja bicara di dalam hati, ‘Kira-kira apa yang harus kulakukan agar dia mau ku ajak kerjasama eh bukan ku ajak menikah dan juga mau merawat ibu ya?’
Hanya saja apa yang ada di dalam hati tidak mungkin diucapkan Bima langsung pada gadis di hadapannya.
"Siapa namamu?" tanya Bima dengan suara datar tanpa ekspresi, wajahnya menoleh sedikit, sekedar memindai tangkapan sempurna dari sang sekretaris.
"Nama saya, Syifa, Pak, saya ke sini untuk meminta maaf atas insiden yang terjadi kemarin sore di depan rumah saya. Saya hanya emosi sesaat tanpa berpikir panjang makanya langsung melempar mobil anda dengan batu kecil."
Syifa bicara dengan kepala tetap menunduk tanpa berani menatap wajah laki-laki yang terasa sangat mengintimidasi. Apalagi gadis itu merasa jantungnya semakin menghentak-hentak berdebar kencang tak karuan akibat rasa takut dengan suara datar lelaki yang santai duduk di hadapannya.
Padahal biasanya orang akan berdebar saat bertemu lelaki tampan pujaan hati tapi Syifa berdebar malah saking merasa kekhawatiran.
Sementara itu Kenzi terus saja memantau pertemuan Bima bersama Syifa lewat layar ponselnya yang sudah tersambung dengan kamera CCTV. Dia mengoceh tak jelas melihat Bima yang arogan saat bertemu tamu spesial yang sudah sengaja didatangkannya.
“Kamu mau minta maaf sama siapa? Sama lantai ruang kerja saya?” tanya Bima menyindir gadis yang sedari tadi hanya melihat pada granit berwarna hitam bermotif biru muda sebagai lantai ruang kerjanya.
“Ma-maaf, bukan sama lantai, Pak. Tentu saja saya ke sini ingin meminta sama Anda, gak mungkin minta maaf sama benda mati,” sahut Syifa dengan suara semakin kecil karena merasa malu dan hal itu mampu membuat sudut bibir Bima semakin terangkat merasa gemas.
“Kalau begitu tatap lawan bicaramu saat bicara karena saya bukan benda mati seperti yang kamu bilang barusan!” titahnya semakin mengintimidasi.
Entah kenapa sejak pertemuan pertama kali dengan Syifa, gadis yang tanpa sengaja diserempetnya itu, Bima merasakan hal aneh yang membuat jantungnya berdebar kuat seolah-olah sedang berlari maraton mengelilingi lapangan bola.
Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya, melihat sekilas pada pria yang ternyata begitu memesona, penuh wibawa dengan alis tebal bak semut hitam berjalan beriringan, jangan lupakan tatapan matanya bagai elang yang mampu menghujam hingga ke jiwa.
“Astaghfirullah ….” ucapnya cepat, dengan kembali menundukkan wajah karena tak ingin matanya menatap pria dingin tapi bersuara datar nan sangat tampan.
“Hey … apa maksudmu setelah melihat wajah saya langsung beristighfar seperti itu? Apa kamu mengira wajah saya ini mirip dengan setan atau hantu?” Bima menggeser kursinya ke belakang, bangkit dan berdiri melangkahkan kaki mendekati tubuh gadis yang terlihat sedikit gemetar.
‘Hahaha, sepertinya gadis ini semakin takut saja. Apa sekalian ku kerjain aja kali, ya? Kayaknya kalau dia tiap hari di sini … hari-hariku bakal punya warna dan pasti aku nggak bakalan bosan lagi setiap hari!’ Bima tersenyum menyeringai, membayangkan kejahilan kejahilan aneh yang ingin diperintahkannya agar dilakukan Syifa di hari esok. Tentu saja setiap hari dia akan membuat Gadis itu melakukan seluruh yang diperintahkan-nya dengan aturan-aturan yang mungkin tak masuk akal nantinya.
“Maaf Pak, saya istighfar karena nggak mungkin saya menatap wajah Bapak terus, kita kan bukan saudara, apalagi Bapak bukan mahram saya juga,” cicit Syifa menyahuti pertanyaan Bima dengan perlahan karena tidak ingin menimbulkan masalah baru, sementara masalah permintaan maaf nya saja belum tentu diterima.
"Jadi kamu hanya akan menatap wajah laki-laki yang menjadi saudaramu saja? Sombong sekali kau! Sekarang cepat perlihatkan KTP, SIM, KK dan juga identitas lain milikmu!" Perintah Bima sembari menggerak-gerakkan telapak tangannya meminta Syifa agar segera memberikan apa yang dia inginkan.
Gadis itu langsung melotot dengan mata seperti hendak keluar dari lubangnya, karena tak mengira dirinya dimintai identitas lengkap itu.
‘Idih, kok aku ngerasa kayak penjahat tukang tipu deh. Dasar orang kaya gak percayaan, bukannya menerima maafku dengan baik malah tak peduli sama sekali,’ batin Syifa mulai merasa kesal.
“Untuk apa ya, Pak? Memangnya Bapak polisi lalu lintas dan pegawai sipil sampai nanya identitas lengkap segala?” Tanya Syifa merasa heran karena laki-laki itu meminta seluruh identitas yang dimilikinya, padahal itu kan tidak penting dalam memberikan sebuah kata maaf. Entah untuk apa pria itu menanyakan dan memintanya.
“Tentu saja biar saya mengenalmu dengan jelas, karena bisa saja kamu nanti kabur sebelum bertanggung jawab! Mobil saya itu bukan mobil receh yang gampangan didapatkan, jadi kamu harus ganti rugi agar saya bisa memperbaiki kacanya. Atau akan saya laporkan kamu ke polisi dengan tuduhan merusak harta kekayaan milik orang lain!”
IG@putritanjung2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sunarty Narty
Bim itu cara mau gaet perempuan belajar dr mana,gimana mau nikah sama kamu galak begitu😂😂😂
2022-11-23
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
yang sabar ya Syifa,menghadapi pria macam Bima yg lagi modusin kamu tuh
2022-11-11
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
wah kl Syifa jadi magang di kantor Bima bisa" Syifa di suruh" terus ni sama bima
2022-11-10
0