Bima menyandarkan tubuhnya di bagian sisi meja sehingga dirinya sekarang persis berada di hadapan Syifa. Pria itu bahkan sama sekali tidak mempersilahkan gadis yang sedang di introgasi nya untuk duduk, padahal di dalam ruangan itu tersedia kursi sofa nan empuk yang bisa mereka gunakan untuk bicara.
“Sekali lagi, saya minta maaf sama Bapak. Saya akan bertanggung jawab dan nggak bakalan lari kok, tapi saya benar-benar nggak pernah yang namanya membawa Kartu Keluarga setiap bepergian, karena itu kan tidak dibutuhkan. Kalau Bapak mau nanya KTP dan SIM saya, sebentar saya ambil dulu!”
Gadis itu terpaksa merogoh tasnya dan mengambil dompet, lalu mengeluarkan KTP dan SIM milik nya. Syifa benar-benar tidak mengerti kenapa pria itu harus memeriksa sampai sedetail itu
"Ini KTP dan SIM saya, Pak. Lengkap dengan alamat rumah saya jika Anda tidak percaya," jelas Syifa masih dengan menundukkan kepala sambil menyerahkan kartu identitasnya.
Dalam ucapannya terkandung nada sedikit ejekan akibat tingkah Bima yang seolah menempatkan dirinya sebagai seorang pencuri yang baru tertangkap.
Bima mengambil KTP itu sambil memperhatikan wajah gadis yang sedang menunduk. Dia merasa gadis di hadapannya sedang memberikan perlawanan dan tidak menghormatinya.
"Angkat wajahmu! Jangan-jangan KTP ini bukan punyamu lagi, melainkan malah KTP palsu. Kalau kamu menunduk terus saya tidak bisa melihat wajah orang yang telah memecahkan kaca mobil dan juga membuat tangan saya jadi cacat gara-gara sifatmu yang barbar kemarin," ucapnya santai mulai dengan sengaja menikmati cara bicara perempuan yang terlihat berani di depannya.
‘Astaghfirullah kenapa orang kaya ini banyak amat perintahnya? Ngapain coba mesti angkat wajah segala. Apa dia mengira kalau aku ini seorang *******? Tapi apa benar aku sudah membuat tangannya cacat? Kapan?’ Syifa terus saja bertanya di dalam hati. Dengan sedikit jengkel gadis itu terpaksa menaikkan wajahnya, menatap laki-laki arogan yang sedang berusaha menindasnya.
Mata mereka saling ber sirobok pandang, beberapa detik kemudian dengan cepat Syifa mengalihkan tatapannya pada netra bak elang yang terasa mengintimidasinya.
“Seharusnya kamu merawat kulit saya hingga sembuh kembali karena seumur hidup tangan saya ini tak pernah mengalami luka sampai berdarah sedikit pun, tapi sekarang jadi cacat akibat pecahan kaca yang kamu lempar pada mobil saya kemarin! Dasar gadis barbar!”
‘Astaghfirullahaladzim … ini orang kok bisa lebay kayak gitu, ya?’ Syifa membatin merasa tidak percaya dengan ucapan yang baru saja meluncur dari bibir seorang laki-laki dengan ruangan yang sempat tadi dibacanya sebagai seorang direktur perusahaan ini.
‘Apa memang pria ini punya sifat lebay kayak begini … atau dia memang sengaja mengerjaiku saja?’ Kembali Syifa bertanya di dalam hati dengan mata yang kali ini diluruskan pada wajah lelaki yang membuatnya semakin kesal.
"Sekali lagi saya minta maaf sama Bapak, karena tanpa sengaja telah melukai kulit Anda sampai berdarah. Jika Anda maunya saya rawat maka saya akan bertanggung jawab untuk merawatnya. Saya mau tahu dulu, memangnya luka yang Bapak alami separah apa?"
Bima pura-pura tidak mengindahkan apa yang baru saja ditanyakan oleh Syifa. Pria itu sudah bertekad di dalam hati akan membuat gadis yang bernama Syifa Salsabila takluk terhadap nya. Ya itu tidak mungkin memperlihatkan lukanya yang hanya tergores secuil dan berdalih ingin meminta pertanggungjawaban dengan cara merawat dirinya, bukankah Bima nanti dikatakan sebagai seorang pimpinan yang sangat keterlaluan?
"Sekarang mana uang untuk mengganti kaca mobil saya? Kamu pasti punya kan uang sekitar 65 juta?" tanya Bima dengan santai tanpa melihat karena dia akhirnya berfokus memperhatikan KTP yang ada di tangannya.
“What? 65 juta … banyak amat, Pak. Maaf … saya tidak punya uang untuk mengganti kaca mobil Anda sampai sebanyak itu, lagian kemarin yang salah kan supir Bapak sendiri. Masa mengendarai mobil dengan seenak jidatnya melintas di genangan air yang menciprat ke seluruh tubuh saya!"
Syifa berusaha membela pendapatnya karena memang dirinya merasa tak bersalah tetapi bagaimanapun juga Gadis itu masih berpikiran waras kalau dirinya sekarang sedang berada di ruangan seseorang yang berkuasa. Gadis itu akhirnya memilih kembali diam untuk mendengarkan apalagi yang akan diucapkan pria di hadapannya.
"Kamu bayar dulu dengan uang seberapapun yang ada dalam dompetmu! Saya tidak suka memberikan perintah lebih dari sekali!" perintah Bima seolah tak mau mengerti dengan apa yang dikatakan gadis di depannya.
‘Waah, parah. Orang kaya ini ternyata sangat hitungan, dasar pelit bin medit, apa dikiranya aku seorang tukang boong?’ umpat Syifa di dalam hatinya sambil menggerakkan bibir ke kiri dan ke kanan sebagai protes dalam diamnya.
Gimana mau tak mau menari garis bibir ke arah atas merasa sangat gemas dan ingin sekali menarik bibir gadis yang terlihat komat kamit seperti sedang membaca mantra.
Syifa akhirnya melepas tas ransel yang berada di punggungnya, lalu memberikan dengan rasa kesal, hatinya bertambah jengkel ketika melihat wajah pria di hadapannya dengan ekspresi dingin main perintah sesuka hati.
"Nih, saya itu gak punya uang, Pak. Gak percayaan banget sih jadi orang! Palingan uang saya juga hanya cukup untuk beli nasi goreng di kantin kampus sama beli bensin," celoteh Syifa tanpa ada rasa malu mengatakannya sambil memberikan tasnya.
Bima langsung memeriksa tas gadis itu, lalu mendapatkan apa yang dicarinya. Dia mengeluarkan isi dompet Syifa tanpa ada rasa ragu sama sekali. Pria itu mengeluarkan satu persatu dari dalam dompet butut punya Syifa.
"Padat juga isi dompetmu, ada SIM, STNK, Kartu Tanda Mahasiswa, Kartu Pustaka dan uang … dua puluh tujuh ribu ...? Parah sekali orang tuamu yang hanya memberikan uang jajan segitu. Apa kau begitu miskinnya hingga cuma dapat jatah dua puluh tujuh ribu rupiah setiap hari?" cela Bima dengan nada datar, bagai bicara tanpa dosa di hadapan gadis yang matanya mulai berkaca.
Sungguh pria yang tidak punya perasaan sama sekali. Memang benar tak bisa dipungkiri bahwa apa yang dikatakan Bima itu kenyataan. Namun, menghina kehidupan seseorang terasa sangat menyakitkan. Hal itu membuat darah Syifa seolah mendidih di atas ubun-ubun kepala Tapi dirinya tak mampu lagi untuk melawan orang nomor satu di perusahaan itu saat ini. Dengan bersusah payah gadis itu tidak memperlihatkan kelemahannya yang hampir saja mengeluarkan air mata.
Dia tidak ingin kemiskinan nya menjadi sebuah kelemahan bagi orang lain, apalagi di depan laki-laki yang sama sekali tidak punya hati layaknya seorang manusia.
"Maaf Bapak yang terhormat nan kaya raya seisi dunia. Anda bicara begitu karena orang tua Anda sudah punya segalanya. Tidak ada manusia satu pun yang Menginginkan takdirnya menjadi orang miskin. Asal Anda tahu saja, walaupun kami miskin tetapi kami selalu bahagia. Apakah Anda juga memiliki kebahagian itu? Apakah Anda menikmati ketajiran dengan membanggakan orang tua? Satu lagi, bagaimana kalau kita bertukar posisi saja, sanggupkah Anda menjadi orang miskin seperti saya?”
Bima langsung terdiam tak mampu lagi berbicara. Iya itu benar-benar merasa mati kutu mengingat semua yang dikatakan Syifa memang benar adanya, mampukah dirinya hidup jika keadaan kehidupan itu dipindah letakkan dengan dirinya?
Sementara Syifa langsung segera membalikkan tubuh mungilnya, melangkahkan kaki menuju pintu ruang kerja Bima dengan mata yang sudah basah, bahkan gadis itu lupa hingga membiarkan tasnya sampai tinggal dengan semua isinya.
Brakk!
Gadis itu membanting pintu ruangan direktur dengan sangat keras tanpa ada rasa takut dan parahnya, ternyata tanpa dia sadari di depan pintu ada lima karyawan yang sedang menguping pembicaraannya bersama Bima.
Wadidaw.
Jangan lupa beri komentarnya ya, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sunarty Narty
aduh bim2 makin jauh lah jodohmu,ini ne bisa aja Nerima d jodohin ma pak dokter
2022-11-23
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
hayoloh Bima...
gimana mw rebut hati Syifa,blm apa" udah nylekit amat tuh mulut
2022-11-11
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
gimana Syifa bisa luluh sama kamu Bima kl mulut kamu pedes nya kaya tetangga lg gibah
2022-11-10
0