Perpect Love
Cahaya matahari sudah mulai meredup di tengah desiran ombak yang kian terdengar jelas. Hembusan angin ikut meramaikan suasana di tepi pantai Whitehaven--Australia. Para pengunjung yang sedang berada di sana, tampak menikmati keindahan matahari terbenam sembari merasakan hembusan angin sejuk. Sebagian dari mereka ada yang sedang mengabadikan pemandangan nan indah itu. Ada pula yang hanya berjalan di pinggir pantai dengan merentangkan kedua tangan dan membiarkan hembusan angin menerpa tubuhnya.
"Wah ini sangat menyejukkan," ucap seorang gadis cantik yang tengah menikmati hembusan angin. Ia merupakan salah satu pengunjung pantai WhiteHaven.
Namanya adalah Sorn Akarin--Seorang mahasiswa di salah satu Universitas ternama di Australia. Usianya baru menginjak 19 tahun. Ia merupakan pertama dari pasangan tuan Dallen Akarin dan nyonya Samantha. Wajah cantik yang di milikinya di turunkan oleh sang mama. Sorn sendiri memiliki sifat yang di dominasi sifat kedua orang tuanya. Terlebih lagi sosoknya begitu hangat yang membuat siapapun akan mudah menyukainya. Apalagi Sorn terkenal akan kepintarannya dalam bidang pendidikan, maupun bermusik dan bernyanyi yang merupakan hobinya. Tentu banyak orang yang menyukainya. Terkecuali beberapa orang yang tidak menyukainya karena beberapa alasan.
Setiap kali liburan tiba, Sorn pergi berlibur ke mana pun yang membuat hatinya senang. Keluarganya termasuk dalam keluarga kelas menengah. Ada beberapa usaha yang kedua orang tuanya dirikan dengan sukses. Sehingga untuk liburan seperti itu bukanlah hal yang tidak mungkin. Kali ini tujuan liburan Sorn adalah pantai Whitehaven--Salah satu pantai di Australia. Pantai Whitehaven terkenal akan airnya yang jernih dan pasir putih. Sudah beberapa kali dirinya liburan ke sana, tetapi tidak pernah merasa bosan.
"Gak salah sih aku selalu datang ke sini. Tempatnya gak membosankan," sambungnya di sela terus berjalan menyisiri pinggiran pantai.
Sorn melihat ke segala arah dengan perasaan senang. Pemandangan Whitehaven tidak pernah mengecewakan. Setiap kali datang ke sana, matanya selalu di suguhkan pemandangan yang indah. Dimana pasir putih tampak indah menyatu dengan laut berwarna biru. Di bagian ujung utara pantai Whitehaven terdapat teluk nan indah karena air pasang menggeser pasir dan air untuk menciptakan perpaduan warna. Saat yang tepat untuk datang ke sana adalah di waktu sore hari. Dimana matahari mulai terbenam, desiran ombak semakin terdengar bersamaan hembusan angin kencang. Seperti yang tengah para pengunjung lain dan Sorn lakukan sekarang.
Gadis itu senang berjalan di pinggir pantai sembari menikmati pemandangan sekitar dan membiarkan hembusan angin menerpa wajah, serta tubuhnya. Sesekali ombak pantai mengenai kedua kakinya. Itu benar-benar menyenangkan. Sorn mudah lupa waktu saat sedang berada di pantai. Kakinya terus berjalan sampai matahari benar-benar terbenam. Setelah sang surya terbenam, ia akan berjalan kembali menuju penginapannya. Namun hari ini tampak sedikit berbeda. Entah kenapa, Sorn terus berjalan menuju ujung pantai padahal matahari sudah terbenam.
Di saat sedang melihat pemandangan sekitar, tanpa sengaja matanya tertuju pada sesuatu di pinggir pantai yang berada tidak jauh darinya. Rasa penasaran pun mendorong Sorn untuk mendekati sesuatu itu. Tetapi alangkah terkejutnya, saat ia melihat bahwa sesuatu itu bukan benda. Melainkan seorang laki-laki yang tergeletak tidak sadarkan diri dengan keadaan cukup mengenaskan.
"Astaga! Apa yang terjadi pada laki-laki ini?" pekik Sorn sembari menutup mulut saking terkejut.
Sorn berusaha menetralkan keterkejutannya itu. Sebelum perlahan berjongkok di dekat laki-laki itu. Lalu segera memeriksa keadaannya untuk memastikan masih hidup atau tidak. Beruntung laki-laki itu masih bernafas, meski bagian denyut nadinya sangat lemah. Sorn menghela nafas lega.
"Huffft... Syukurlah dia masih bernafas. Tetapi, keadaannya ini begitu mengenaskan. Jika tetap di biarkan di sini, takutnya dia tidak selamat. Aku harus segera membawanya pergi untuk mendapatkan perawatan," sambungnya
Sejenak Sorn melihat ke arah sekitar, tidak ada siapa pun di sana. Suasana pantai sudah sepi. Bagaimana bisa ia mendapatkan bantuan sekarang, sedangkan laki-laki itu harus segera di bawa pergi.
"Baiklah. Sekarang aku hanya bisa membawa laki-laki ini sendiri,"
Terpaksa Sorn memapah laki-laki itu seorang diri. Badan laki-laki itu begitu kekar dan berat membuatnya sedikit kesulitan untuk memapahnya. Perlu beberapa menit sampai akhirnya ia berhasil memapah laki-laki itu.
"Laki-laki ini sangat berat. Aku hampir saja tidak bisa memapahnya," keluh Sorn di sela memapah laki-laki itu.
Dengan langkah berat, Sorn memapah laki-laki itu menuju ke penginapan. Sepanjang pantai tidak ada satu orang pun terlihat di sana. Di tambah penerangan di pantai itu cukup redup. Sehingga Sorn tidak dapat melihat wajah dari laki-laki yang tengah di papahnya. Saat sampai di penginapan pun, Sorn langsung meminta tolong pelayan di penginapan untuk membawa laki-laki itu ke kamar yang kosong. Ia sudah tidak sanggup untuk memapahnya sendiri.
"Apa ada Dokter di sini?" tanya Sorn, usai seorang pelayan menggantikannya untuk membawa laki-laki tadi ke kamar kosong dan membaringkannya di kasur yang ada di sana.
"Maaf, nona! Di sini sedang tidak ada Dokter bertugas," jawab pelayan itu dengan berat hati.
"Lalu bagaimana sekarang? Laki-laki ini perlu perawatan. Apa tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk masalah ini? Nyawa seseorang sedang di pertaruhkan," cetus Sorn tidak habis pikir dengan keadaan yang sedang terjadi. Laki-laki itu bisa saja kehilangan nyawanya kalau tidak segera mendapatkan perawatan.
"Mohon tunggu, nona! Saya akan mencoba mencari bantuan," seru pelayan itu yang langsung bergegas pergi untuk mencari bantuan.
Sorn masih berada di kamar itu. Matanya terus menatap laki-laki yang tengah terbaring di ranjang. Sekarang keadaannya jauh lebih jelas terlihat. Terdapat banyak luka di sekujur tubuh laki-laki itu. Miris.
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Luka di sekujur tubuhnya ini jelas karena goresan benda. Apa mungkin dia tenggelam dan hanyut sampai ke sini?" gumamnya memikirkan kemungkinan terbesar yang terjadi pada laki-laki itu.
Tidak berselang lama, pelayan tadi kembali ke ruangan itu bersama seorang laki-laki paruh baya. Kedatangan mereka membuyarkan tatapan Sorn pada laki-laki itu. "Nona--Saya sudah menemukan bantuan. Tuan ini seorang Dokter,"
"Bagus. Kalau begitu tolong segera periksa dia!" seru Sorn pada laki-laki paruh baya yang di sebut sebagai seorang Dokter oleh pelayan tadi.
"Baik, nona!"
Dokter tersebut bergegas memeriksa keadaan laki-laki itu. Selama Dokter itu melakukan pemeriksaan, Sorn hanya diam di tempat. Ia ingin tahu keadaan laki-laki itu terlebih dulu. Setelah memastikan keadaannya baik-baik saja, Sorn pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara pintu kamar di ketuk. Sorn segera membukanya dan menemukan pelayan yang tadi membantunya.
"Ada apa? Apa laki-laki itu sudah sadar?" Sorn langsung menanyakan keadaan laki-laki yang tadi di tolongnya.
"Benar, nona. Tuan itu sudah sadar,"
Mendengar itu, Sorn pun bergegas pergi menemui laki-laki itu. Ia cukup penasaran dengan apa yang terjadi, sampai laki-laki itu pingsan dalam keadaan mengenaskan. Sorn rasa hal itu bukan sesuatu yang berlebihan. Ia hanya penasaran.
Setibanya di sana, laki-laki sudah berganti pakaian karena sebelumnya basah kuyub. Beberapa luka yang terdapat di tubuhnya juga telah di perban. Kecuali luka kecil yang hanya di berikan salap.
"Kau sudah sadar?" Sorn berjalan menghampiri laki-laki itu, di sebelahnya juga masih terdapat Dokter tadi.
Laki-laki itu menatap bingung ke arah Sorn. "Kau, siapa?"
"Aku yang tadi menolongmu. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sorn balik.
"A--Aku tidak ingat apa pun," jawab laki-laki itu sembari memegang kelapanya.
Sorn mengernyitkan dahinya. "Bagaimana dengan namamu?"
"Namaku? Aku juga tidak ingat," sahut laki-laki itu dengan raut wajah kebingungan.
Sorn terkejut mendengarnya. Laki-laki itu tidak ingat apapun. Dari raut wajahnya, sepertinya ia tidak sedang berbohong. Apa yang terjadi pada laki-laki itu? Sorn hanya bisa mendapat jawabannya dari Dokter. Ia menatap ke arah Dokter yang langsung mengerti.
"Tuan ini mengalami amnesia akibat luka di kepalanya. Saya belum bisa memastikan amnesia ini bersifat sementara atau permanen,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments