"Amnesia?" ulang Sorn memastikan pendengarannya tidak salah.
Dokter tersebut mengangguk. "Benar, amnesia. Tuan ini tidak mengingat apapun tentang dirinya,"
Raut wajah Sorn tampak sangat terkejut. Ia tidak menyangka hal itu terjadi. Lalu sekarang apa yang harus ia lakukan pada laki-laki itu? Ia sendiri bingung.
"Apa tidak ada yang bisa di lakukan untuk membuat ingatannya kembali, Dok?"
"Maaf, nona. Ini di luar kemampuan saya. Kemungkinan besar ingatannya bisa kembali seiring berjalannya waktu. Itu pun jika amnesianya tidak bersifat permanen," terang Dokter tersebut. Sekarang Sorn makin kebingungan untuk bertindak.
"Baiklah, Dok. Terima kasih," ungkap Sorn di tengah kebingungannya.
"Sama-sama, nona. Saya permisi dulu!" Dokter tersebut pamit pergi dari kamar itu, meninggalkan Sorn bersama laki-laki yang baru saja di nyatakan amnesia.
Sorn bersedekap dada, memikirkan tindakan selanjutnya terhadap laki-laki itu. Sekian lama berpikir, akhirnya terbesit suatu hal di pikirannya. Sorn langsung mengambil pakaian yang tadi laki-laki itu pakai saat pertama kali di temukannya. Ia menggeledah saku pakaian itu tapi tidak menemukan apa pun.
"Apa yang sedang kau cari?" tanya laki-laki, sedari tadi ia memperhatikan Sorn.
Sorn menoleh ke arahnya. "Barang milikmu. Ku pikir aku bisa mengetahui identitasmu dari sana. Tetapi, aku tidak menemukan apapun Sepertinya barang milikmu hilang karena hanyut atau memang kau tidak membawanya,"
Laki-laki itu tampak mengangguk mengerti tanpa banyak bicara. Keadaannya masih sangat lemah. Jadi mungkin saja itu penyebabnya iri bicara.
"Ah sudahlah. Kau beristirahatlah sekarang. Nanti kita bicara lagi, oke!?" ucap Sorn yang sudah lelah dengan hari ini dan perlu istirahat juga. Ia bisa memikirkan lagi nanti soal nasib laki-laki itu.
Sekali lagi, laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Sorn pun segera pergi ke kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar laki-laki itu. Dengan kasar ia menjatuhkan dirinya ke ranjang.
"Astaga. Aku bingung harus bertindak apa pada laki-laki itu. Apa sebaiknya ku tinggalkan saja dia di sini dan meminta pihak penginapan untuk merawatnya sampai sembuh? Tidak. Sepertinya itu bukan ide yang bagus. Aku tidak punya cukup uang untuk membayar sewa penginapan ini dalam waktu yang lama. Huh bagaimana ini? Jika ku biarkan laki-laki itu pergi dari sini, takutnya dia menjadi orang tidak jelas hendak kemana dan ada orang yang berniat jahat padanya. Secara sekarang dia kehilangan ingatannya," gumam Sorn sembari menatap langit-langit kamar.
Sorn berpikir keras soal laki-laki itu. Perasaan kasihannya membuat ia harus susah payah untuk mempertimbangkan beberapa hal. Apalagi laki-laki itu tidak ingat apapun. Keadaan yang bisa saja di manfaatkan orang dengan niat jahat.
"Huffft... Ini sangat memusingkan. Sebaiknya aku tidur sekarang dan memikirkan hal ini lagi nanti," Sorn menghela nafasnya. Ia benar-benar perlu istirahat sekarang.
Perlahan Sorn mulai memejamkan matanya. Bersamaan dengan menenangkan pikirannya yang tengah pusing memikirkan soal laki-laki itu. Jika saja ia bukan sosok yang tidak tegaan, pasti sudah di tinggalkannya laki-laki itu tadi dan kehilangan nyawa di pinggir pantai. Inilah salah satu sifat positif yang Sorn miliki, yaitu tidak tega pada orang yang sedang mengalami kesulitan atau musibah.
***
Besok harinya, Sorn tengah berjalan bolak-balik di kamarnya. Ia berusaha memikirkan tindakan selanjutnya untuk laki-laki yang semalam di tolongnya.
"Huh baiklah. Sebaiknya aku bawa laki-laki itu bersamaku, sampai ingatannya kembali. Ya, benar. Sepertinya itu ide yang baik untuk saat ini," akhirnya Sorn mengambil keputusan, usai mempertimbangkannya selama beberapa jam.
Kemudian Sorn bergegas menemui laki-laki itu. Ia mungkin sudah mengambil keputusan. Namun kembali lagi pada laki-laki itu, mau atau tidak ikut bersamanya.
"Hei, kau sudah bangun!?" Sorn baru saja memasuki kamar laki-laki itu. Dimana si penghuni sedang duduk bersandar di dinding sambil menatap ke arah luar jendela.
Laki-laki itu langsung menoleh ke arahnya. Tatapannya begitu intens. "Seperti yang kau lihat,"
"Heum. Aku datang ke sini untuk melanjutkan pembicaraan kita tadi malam," ucap Sorn--Ia duduk di sofa yang ada di sana.
Laki-laki itu memberikan balasan apapun, selain dahi mengernyit. Sorn menghela nafasnya, sebelum lanjut berbicara.
"Ku pikir, kau bisa ikut denganku untuk sementara waktu. Lebih tepatnya sampai ingatan kau pulih. Itu pun bila kau setuju,"
"Kau ingin menculikku?" tanya laki-laki itu yang terdengar seperti sedang menuduh Sorn.
Mata Sorn melotot sempurna. "Apakah wajahku tampak seperti seorang penculik heh?"
"Aku hanya bertanya," kilah laki-laki itu dengan raut wajah polos. Justru hal itu membuat Sorn kesal, sekaligus jengkel.
"Tapi pertanyaan kau itu membuatku jengkel. Jika tahu begini, ku biarkan saja kau mati di pinggir pantai. Sudah di selamatkan dan aku bersedia memberi tumpangan, kau malah menuduhku seperti ini. Menjengkelkan!" cetus Sorn dengan kesalnya.
"Maaf," ungkap laki-laki itu pelan, bahkan hampir tidak terdengar.
"Apa!?" tanya Sorn karena tidak mendengar jelas ucapan laki-laki itu.
"Maaf. Aku tidak bermaksud begitu," laki-laki itu berbicara lebih keras sekarang. Dari raut wajahnya, tampak ia tulus mengucapkannya.
Sorn menghembuskan nafasnya secara kasar. Di sela menetralkan emosi di dalam dirinya. "Jadi apa kau mau ikut bersamaku? Kalau tidak, juga bukan masalah. Kau bisa tetap di sini sampai ingatanmu pulih. Tetapi aku tidak dapat membantu apapun lagi,"
Laki-laki itu kembali terdiam. Tampak ia sedang berpikir soal tawaran Sorn barusan.
"Aku ikut bersamamu saja,"
"Kau yakin? Aku tidak memaksamu untuk ikut," Sorn memastikan lagi keputusan laki-laki itu.
"Ya, aku yakin!" sahut laki-laki itu sembari mengangguk.
"Bagus. Sebelum itu aku harus memanggilmu siapa? Sedangkan kau tidak ingat apa pun," ucap Sorn di sela duduk bersandar di sofa.
"Terserah," laki-laki itu terlihat tidak keberatan di panggil dengan nama apa pun.
Sorn berpikir sejenak. "Bagaimana kalau ku panggil Lew atau Lewis? Apa kau setuju?"
Laki-laki itu mengangguk setuju.
"Baiklah, Lew. Bersiaplah! Sebentar lagi kita pulang ke rumahku," seru Sorn seraya beranjak berdiri dari sofa.
Laki-laki itu mengangguk kembali. Setelahnya, Sorn pergi untuk bersiap pulang. Ada beberapa barang yang perlu ia bereskan. Sorn juga meminta pelayan penginapan membelikan beberapa pakaian untuk Lew. Selesai dengan semua itu, ia menunggu Lew berganti pakaian di bantu pelayan tadi sembari menyelesaikan pembayaran sewa penginapan. Tidak berapa lama, Lew sudah berdiri di hadapannya. Laki-laki itu tampak cocok mengenakan setelan kaos putih santai.
"Ayo pergi!" seru Sorn mengajak Lew--Dan laki-laki itu langsung mengikutinya.
Mereka berdua pergi dari pantai Whitehaven menggunakan taksi Online yang Sorn sewa. Perjalanan menuju rumahnya memakan waktu sekitar 4 jam lebih. Dan selama itu pula, Sorn mendengarkan musik melalui earphone miliknya. Sedangkan Lew hanya diam menatap ke luar jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments