Eps 17. Menyogok?

Lew terkekeh pelan melihat bagaimana Sorn bersikap ketus padanya. "Oke, aku minta maaf. Tetapi pujianku tadi memang benar. Mantanmu itu--Ah siapa namanya? Charles. Dia laki-laki yang cukup tampan,"

"Kalau kau suka padanya, kenapa tidak berpacaran dengannya saja? Agar aku bisa menyebutmu dengan laki-laki yang tergila-gila atau si paling bucin terhadap kekasihnya," cetus Sorn sembrono.

Ucapannya itu mendapat tatapan datar dari Lew. "Aku masih normal,"

"Oh--Aku kira sudah tidak normal," sahut Sorn enteng tanpa merasa risih akan tatapan tajam yang Lew tunjukkan.

Sekejap suasana di dalam taksi online itu menjadi hening. Lew tidak memberikan balasan apapun pada Sorn. Yah, mungkin laki-laki itu enggan berdebat lebih panjang dengannya. Itu jelas lebih baik karena Sorn pun tengah malas berdebat, apalagi jika hal itu menyangkut Charles--Mantan kekasihnya yang telah ia lupakan sepenuhnya. Keheningan di dalam taksi online berlangsung sampai mereka tiba di rumah Sorn.

"Lew!" sesaat langkah laki-laki itu terhenti tepat saat dirinya hendak membuka pintu kamar.

Kedua matanya menyipit menatap Sorn. "Ada apa?"

"Aku hanya ingin mengingatkanmu agar tidak lupa minum obat. Hmmm... Meski lukamu sudah hampir sembuh sepenuhnya tapi tetap saja harus menghabiskan obat sesuai anjuran dokter," ucap Sorn tanpa raut wajah apapun--Alias datar.

"Terima kasih sudah mengingatkan," ungkap Lew santai dan terdengar begitu hangat.

Sorn menganggukkan kepala, sebelum akhirnya berjalan pergi dari hadapan laki-laki itu tanpa berucap sepatah kata. Kepergiannya di tatap intens oleh Lew. Sekilas sudut bibirnya tampak sedikit terangkat. Yeah. Gadis itulah yang menjadi alasan atas senyuman tipisnya. Beberapa hari telah berlalu dan Lew mulai terbiasa dengan segala hal tentang Sorn. Walau terkadang suka cerewet tapi sebenarnya ia adalah gadis dengan segala kebaikannya. Contohnya seperti yang baru saja terjadi, dimana Sorn mengingatnya untuk meminum obat. Bentuk perhatian kecil seperti itu berhasil mempengaruhinya.

Entahlah. Mungkin ini karena efek dari tinggal bersama atau hal lainnya. Lew tidak tahu sama sekali. Terlebih lagi ia tidak ingin terlalu memikirkan akan hal itu. Daripada memikirkannya, ia lebih memilih segera masuk ke kamar dan beristirahat. Sama seperti yang Sorn lakukan sesaat tiba di kamarnya sendiri. Gadis itu berusaha menyingkirkan tentang bagaimana Lew memperlakukannya layaknya seorang kekasih. Dimana hatinya sempat merasakan debaran yang lebih kencang, daripada saat bersama Charles dulu.

"Humph.. Lupakan, Sorn! Jangan memikirkan soal tadi! Dia hanya sedang menjalankan sandiwara yang kau sendiri buat. Jadi berhenti memikirkannya, apalagi sampai terbawa perasaan. Ini hanya sandiwara--Ya, sandiwara satu malam!" Sorn mendengus pelan sembari mengelengkan kepalanya agar bisa menyingkirkan isi kepalanya saat ini.

Kemudian terbesit di kepalanya untuk mendengarkan musik adalah salah satu solusi agar berhasil menyingkirkan pikirnya. Lantas Sorn langsung mengambil earphone miliknya dan memasangnya di telinga. Musik pun segera terdengar, bersamaan dengan ia memaksakan matanya untuk terpejam. Dan benar saja--Cara itu ampuh dalam menyingkirkan pikirannya sekarang. Musik yang terdengar begitu alun juga berhasil membuat Sorn tertidur lelap.

***

Pagi hari menyapa dengan cerahnya mentari dan Sorn telah siap untuk pergi kuliah. Hari ini ia ada jadwal masuk pagi. Oleh sebab itu dirinya sudah siap, bahkan sempat memasak sarapan terlebih dahulu. Namun kali ini ia memasak sarapan yang spesial. Tahu apa alasannya? Tentu saja karena kejadian tadi malam. Laki-laki itu tidak tahu apapun dan Charles memukulnya dengan keras. Sorn merasa bersalah akan kejadian itu. Sehingga ia berpikir untuk memasak sarapan spesial sebagai tanda permintaan maaf.

"Selamat pagi!" sapanya pada Lew yang tengah berjalan ke arahnya.

Rambut laki-laki itu tampak sedikit basah, mungkin baru selesai mandi. Tetapi agaknya itu membuatnya makin memesona. Sorn linglung sejenak karena melihat itu.

"Pagi," balas Lew singkat.

Secara spontan menyadarkan Sorn yang sempat linglung akibat terpesona padanya. "Eh ya--Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik. Jangan terlalu khawatir!" sahut laki-laki itu tersenyum tipis.

"Baguslah. Eum... Aku benar-benar minta maaf soal tadi malam. Aku tidak mengira itu akan terjadi," tutur Sorn tulus dan tampak sangat menyesalinya.

"Tidak masalah," Lew membalas begitu santai. Seolah dirinya menganggap kejadian tadi malam tidak pernah terjadi.

Sorn menghela nafas lega. Laki-laki itu memaafkannya tapi walau bagaimana pun, ia harus menemui Charles. Mantan kekasihnya itu telah melanggar batasan yang dirinya punya.

"Ya sudahlah. Aku telah menyiapkan sarapan spesial untukmu. Anggap ini sebagai permintaan maaf yang tulus dariku," ucap Sorn sembari mendudukkan dirinya di kursi.

Mata Lew menatap semua makanan yang tertata di atas meja. Memang tampak spesial sebab Sorn tidak pernah memasak semua itu untuk mereka.

"Mencoba menyogokku?" celetuk Lew di sela duduk berseberangan dengan Sorn.

"Eh--Menyogok?" Sorn tersentak kaget mendengarnya.

Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Sorn langsung memberinya tatapan tajam.

"Apa maksudmu?"

"Lupakan. Aku hanya bercanda!" cetusnya dan segera mengambil beberapa menu sarapan sesuai porsi.

Sorn mendengus kesal. Bisa-bisanya Lew bercanda dengan mengatakan dirinya sedang menyogok. Apa laki-laki itu tidak bisa melihat ketulusannya sama sekali? Terlebih lagi untuk apa dirinya menyogoknnya? Ia rasa tidak punya alasan untuk itu.

"Bercandamu tidak lucu!" timpal Sorn bernada kesal.

Lew menatapnya sekilas, di sela sibuk menata menu sarapan di piringnya.

"Aku tidak mengatakan bahwa bercandaku lucu,"

Argh. Sorn seperti ingin meremas wajah Lew yang kini terlihat begitu menyebalkan. Dalam sekejap pesonanya menghilang dan kini di mata Sorn hanya melihat betapa menyebalkannya laki-laki itu. Terkadang ia berpikir bahwa Lew lebih baik tidak banyak bicara seperti awal mereka bertemu. Daripada banyak bicara seperti sekarang, hal itu hanya membuatnya sering kesal. Laki-laki itu selalu tidak mau kalah dalam berdebat dengannya.

"Huh menyebalkan!" umpat Sorn, sebelum menyantap makanannya dengan kesal.

Tanpa di sadarinya, Lew terkekeh pelan. Sangat menyenangkan saat membuat gadis itu kesal. Kebiasaan yang entah mulai kapan terjadi tapi jujur saja, Lew menyukainya. Menurut laki-laki itu, Sorn tampak begitu lucu saat memasang raut wajah kesal dan marah. Namun akan tampak sangat cantik dan manis saat gadis itu tersenyum. Gadis yang mendominasi, pikirnya.

"Malam ini aku pulang lebih larut dari biasanya. Jadi kau tidak perlu menungguku," tiba-tiba Sorn bersuara di pertengahan waktu sarapan.

"Kenapa?" tanya Lew mengerutkan keningnya.

"Ada temanku yang tidak bisa masuk kerja. Sehingga pekerjaannya di alihkan padaku," jawab Sorn santai. Raut wajahnya sudah kembali tenang, tidak ada kekesalan lagi.

Yeah. Sorn baru kembali masuk bekerja beberapa hari lalu. Waktu libur yang di ambilnya telah habis. Ia juga tidak berpikir untuk memperpanjang waktu liburnya sebab uang simpanannya sudah menipis. Waktu bekerjanya di sesuaikan dengan jadwal kuliah dan gajinya tidak di potong sedikit pun. Sebuah keberuntungan bagi Sorn karena dapat bekerja paruh waktu di kafe itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!