Hening sempat menyelimuti suasana di dalam ruang tamu. Sorn tampak berpikir sejenak dan Lew diam sambil menunggu gadis untuk memulai berbicara.
"Aku bingung," kalimat itu berhasil terlontar dari mulut Sorn.
"Kenapa?" tanya Lew singkat.
"Ya bingung," jawab Sorn tidak kalah singkat.
"Apa yang membuatmu bingung?"
Sorn menghela nafasnya dengan kasar. "Bingung harus melakukan apa sekarang. Mantanku--Maksudku Charles bersikeras untuk balikan denganku. Dia tipe laki-laki yang sangat ambisius dan itu membuatku kebingungan. Bagaimana aku bisa membuatnya mengerti bahwa kami tidak bersama lagi? Aku tidak tahu. Namun jika terus di biarkan begini, aku merasa terganggu akan sifatnya itu,"
"Apa tadi kau menemuinya?" Lew bertanya dengan tebakan yang mungkin saja benar.
Tanpa ragu Sorn menganggukkan kepala. "Aku menyuruhnya untuk meminta maaf padamu soal tadi malam. Tetapi dia begitu keras kepala dan menegaskan bahwa diriku hanya miliknya. Selalu saja begitu. Padahal hubungan kami berakhir karena ulahnya sendiri. Aku sangat terganggu karena sikap ambisinya itu. Sungguh!"
"Yeah. Aku bisa melihat itu kemarin malam," timpal Lew mengingat betapa berambisinya sosok Charles. Bahkan laki-laki itu dengan mudahnya melayangkan pukulan padanya hanya karena tidak rela Sorn bersama yang lain.
"Kemarin saja sudah begitu, bagaimana dengan hari atau malam lain? Dia pasti akan melakukan hal lebih," ucap Sorn benar-benar merasa terganggu dengan sifat Charles--Mantannya itu. Lebih tepatnya ia khawatir ambisi laki-laki itu bisa lebih besar dan pada akhirnya membuat pergerakannya terbatas.
"Apa kau sudah mencoba menegaskan keputusanmu padanya?" pertanyaan Lew terdengar begitu konyol. Ia sepertinya lupa bahwa dari sikap Sorn kemarin malam, jelas gadis itu telah berulang kali menegaskan keputusannya dan meminta Charles mengerti. Namun laki-laki itu begitu keras kepala.
"Berulang kali, Lew! Berulang kali. Dia keras kepala dan tidak mau mengerti. Bahkan saat aku menemuinya tadi, dia mengatakan akan membuatku kembali padanya dengan cara apapun. Aku tahu seperti apa sifatnya itu dan dari caranya berkata hari ini... Dia sangat serius," jawab Sorn sedikit menggebu-gebu. Emosinya tengah bercampur, antara khawatir, gelisah dan takut memikirkan ucapan Charles saat mereka bertemu tadi.
Lew mengerti apa yang Sorn tengah rasakan saat ini. Spontan tangannya terulur memegang pundak gadis itu untuk membuatnya tenang.
"Tenanglah! Seseorang tidak dapat berpikir dengan baik di saat sedang emosi,"
Dan entah mengapa Sorn bisa terpengaruh akan sentuhan laki-laki itu di pundaknya. Di tambah suaranya terdengar begitu halus. Sehingga perlahan emosinya mulai stabil dan tenang. Tidak sekacau sebelumnya.
"Sudah tenang?" sambungnya.
"Iya," balas Sorn singkat sembari menatap tangan Lew yang tengah memegang pundaknya. Lantas hal itu di sadari Lew yang langsung menarik tangannya kembali.
"Hmmm aku mengerti alasan kegelisahanmu ini. Kau takut dan khawatir mantanmu itu melakukan sesuatu yang buruk, bukan?" Lew menebak dari menyimpulkan ucapan dan juga raut wajah gelisah Sorn.
"Ya, itulah yang ku takutkan. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya," sahut Sorn membenarkan. Sesekali helaan nafasnya terdengar berat.
"Ada aku di sini. Tidak ada yang perlu kamu takutkan darinya,"
Sorn membeku mendengar ucapan Lew. Meski ia tahu maksud dari laki-laki itu tapi heii tidak bisakah memakai kalimat `Ada aku di sini`? Kalimat itu tidak cocok di gunakan seorang laki-laki kepada perempuan yang notabenya tidak punya hubungan apapun. Lew mengatakan itu, tentu saja membuat Sorn merasa sedikit baper? Benarkah itu? Entahlah, hanya dirinya yang tahu.
"Em. Apa maksudmu itu?" tanya Sorn yang sebisa mungkin mengendalikan hatinya.
"Maksudku aku tidak akan membiarkannya melakukan sesuatu yang buruk padamu," jawab Lew begitu enteng tapi dari sorot matanya, jelas sedang serius.
Laki-laki itu sungguh membuat hati Sorn tidak dalam keadaan baik-baik saja. Sadarkah Lew akan ucapannya itu? Sorn tidak tahu pasti. Tetapi satu hal yang pasti adalah ia telah membuat Sorn merasa baper.
`Sorn--Kendalikan perasaanmu ini. Dia pasti berucap seperti itu sebagai bentuk kemanusiaan dan berusaha membuatmu tenang. Kenapa kau bisa terbawa perasaan dengannya? Tidak. Kau tidak boleh seperti ini!` batin Sorn
"Apa yang sedang kau pikirkan?" sambung laki-laki itu karena Sorn belum memberikan balasan dan tengah melamun.
"Eh?" Sorn tersentak kaget.
"A--Aku hanya berpikir kau ingin bersikap sok pahlawan dengan mengatakan itu,"
Lew menyipitkan kedua matanya, seolah tidak percaya akan pemikiran gadis di depannya. Sebelum ia menghembuskan nafas secara kasar.
"Aku serius, Sorn. Bukan seperti yang kau pikirkan. Apa salahnya aku berucap seperti itu?" cetus Lew bernada datar.
`Ya salah karena membuatku baper!` rutuk Sorn di dalam batin.
"Hmm berarti pikiranku salah, ya?" tanya Sorn sok polos.
"Begitulah. Aku serius ingin melindungimu dari laki-laki itu. Anggap saja ini salah satu cara untukku membalas budi padamu karena telah menyelamatkanku," jawab Lew yang spontan mematahkan rasa baper Sorn tadi.
Sorn mendelik kesal. Bukan pada Lew tapi pada dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak terbawa perasaan dengan ucapan laki-laki itu. Dimana akhirnya sesuai perkiraannya.
"Terima kasih. Ku pikir kau tidak perlu melakukan itu. Mungkin aku bisa menghadapi Charles sendiri nanti," Sorn memberikan penolakan halus.
Ia pikir Lew tidak perlu terlibat masalahnya dengan Charles. Ini masalah pribadinya. Tidak akan di biarkannya orang lain terlibat.
"Baiklah, aku tidak memaksa. Namun jika sampai kau kesulitan menghadapinya, katakan saja padaku. Aku yang akan menghadapinya," ucap Lew menatap Sorn begitu intens.
Sorn menganggukkan kepala. Usai berbicara dengan laki-laki itu, Sorn merasa tenang. Memang tidak salah mengajaknya berbicara.
"Malam sudah semakin larut. Aku ingin istirahat sekarang. Kau juga beristirahatlah!" serunya saat melirik jam yang terpasang di dinging.
"Hmmm ya," Lew berdeham pelan.
"Terima kasih karena mau menemaniku berbicara," tutur Sorn bernada hangat. Senyuman tipis tampak mengembang di bibirnya, meski wajahnya masih memperlihatkan kelelahan.
"Jangan sungkan! Kau bisa berbicara kapan pun denganku dan aku pasti akan mendengarkanmu,"
"Pasti. Selamat malam, Lew!" Sorn beranjak berdiri dari sofa.
"Malam juga, Sorn!" balas Lew yang ikut beranjak berdiri.
Kemudian keduanya berjalan menuju arah terpisah. Sorn pergi ke kamarnya yang ada di lantai atas. Begitu pula dengan Lew yang pergi ke kamarnya, letaknya tidak jauh dari ruang tamu. Tanpa di ketahui, keduanya berbaring di waktu bersamaan. Mereka menatap langit kamar dengan pikiran berbeda.
"Aku merasa tenang setelah bicara dengannya," gumam Sorn di kamarnya.
"Sekarang aku bisa tidur setelah bicara dengannya," gumam Lew di kamar lain.
Sudut bibir keduanya sama-sama terangkat. Menunjukkan senyuman tipis yang memudar bersamaan terpejamnya mata mereka. Pikiran dan isi hati seseorang, tidak ada yang tahu. Hanya saja yang Sorn dan Lew rasakan hampir serupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments