Tok... Tok... Tok...
"Sebentar!" seru Sorn dari dalam kamarnya.
Kemudian tidak berapa lama pintu kamarnya terbuka. Tampaklah Sorn yang masih dengan berpakaian sama seperti tadi.
"Ada apa?" tanyanya pada si pengetuk yang tidak lain adalah Lew.
"Hmmm... Aku lapar," jawab Lew begitu singkat.
Sorn mengira Lew perlu sesuatu. Ternyata laki-laki hanya datang untuk memberitahu bahwa sedang lapar dan Sorn berarti harus pergi memasak sekarang.
"Oh kau sudah lapar? Baiklah. Kita turun ke bawah. Aku akan memasakkan sarapan untuk kita berdua,"
Laki-laki itu mengangguk setuju. Mereka berdua segera turun ke lantai bawah, tepatnya ke dapur. Sorn langsung menyiapkan alat dan bahan untuknya memasak.
"Kau bisa memasak?" pertanyaan Lew spontan membuat Sorn mendelik ke arahnya.
"Kau meragukan kemampuanku?"
Lew menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah biasa memasak seperti ini. Jadi kau duduk dan diamlah!" seru Sorn memerintahkan Lew untuk duduk. Dan--Laki-laki itu langsung menuruti perintahnya.
Sorn tidak bersuara lagi dan mulai bergerak untuk memasak beberapa bahan yang tadi di beli. Pergerakan Sorn cukup gesit sebab memang sudah terbiasa melakukannya. Semenjak tinggal seorang diri, Sorn di haruskan untuk bisa segala hal. Termasuk bekerja paruh waktu, hingga memasak makanan. Semuanya di sendiri dan ia adalay gadis yang sangat hebat. Percayalah!
"Apa kau tidak pergi kuliah?" tanya Lew memecah keheningan.
"Aku pergi kuliah nanti siang," jawab Sorn di sela fokus memotong sayur.
"Oh," Lew ber-Oh singkat.
Setelah itu tidak terjadi lagi pembicaraan dari mereka. Hanya ada suara pisau yang tengah memotong sayur dan alat masak lainnya. Sorn bergerak layaknya seseorang yang telah pandai memasak. Hal itu tidak luput dari tatapan Lew--Laki-laki itu terus memperhatikannya. Sampai akhirnya Sorn selesai memasak.
"Sudah siap!" seru Sorn bersemangat sembari menunjukkan hasil masakannya yang langsung di tata rapi di atas meja.
Lew menatap seluruh hasil masakan gadis itu. Lumayan pikirnya. Namun ia belum yakin akan rasa masakan.
"Kenapa hanya menatapnya? Bukankah tadi kau bilang lapar?" celetuk Sorn saat menyadari laki-laki itu belum bergerak sedikit pun dan hanya diam menatap hasil masakannya.
"Aku..." Lew ragu untuk berucap.
Sorn menghela nafasnya dengan kasar. Dirinya agak jengkel sedikit sebab tahu apa yang ada di pikiran laki-laki itu sekarang. "Makanlah! Aku tidak menambahkan racun di dalamnya,"
Lew terkesiap mendengarnya. Tetapi, mulutnya enggan bersuara. Lantas ia mulai bergerak mengambil beberapa makanan yang ada di hadapannya. Dengan ragu, ia menyantapnya dan mulutnya berhenti mengunyah sesaat. Sikap laki-laki itu membuat Sorn merasa sedikit khawatir.
"Ada apa? Apa rasanya asin?" tanyanya langsung.
"Enak," jawab Lew singkat, sebelum lanjut mengunyah.
"Fiuhhh.. Kau membuatku khawatir, Lew!" Sorn menghela nafas lega sebab kekhawatirannya tidak terbukti.
Laki-laki itu tidak membalas lagi dan terus makan dengan lahap. Sorn pun juga tidak diam saja. Ia segera menyantap hasil makanannya.
"Bagaimana ponselnya? Kau suka?" tanya Sorn membuka pembicaraan di sela makan.
"Suka. Terima kasih," jawab Lew singkat untuk yang ke sekian kali.
Sorn berdecak kesal. Laki-laki itu sangat irit bicara. Padahal ia ingin Lew memberikan jawab yang sedikit panjang. Tapi yah, sudahlah. Sepertinya tebakannya memang benar bahwa laki-laki itu bersifat irit bicara dan dingin.
"Baguslah. Nomorku sudah ada di sana. Hubungi aku bila kau perlu sesuatu!" seru Sorn yang langsung di angguki Lew.
Hening. Suasana sarapan mereka kembali hening. Sorn tidak berniat mencari topik pembahasan lagi sebab Lew tampak kurang suka banyak bicara.
***
Setelah selesai sarapan, Sorn pergi ke kamarnya. Ia bersiap untuk pergi ke kampus. Kali ini ia memakai blouse dan rok selutut berwarna denim senada. Rambutnya tetap di ikat. Dengan tambahan polesan make yang lebih terlihat dari sebelumnya. Sedangkan kakinya terpasang sepatu bewarna putih. Sempurna!
"Lew!" panggil Sorn sembari menuruni anak tangga.
Kedua matanya mencari keberadaan laki-laki itu di seluruh ruangan rumahnya. Hingga berhasil ia temukan. Lew sedang duduk di ruang tamu seraya mengotak-atik ponsel yang baru di belikannya.
"Lew!" Sorn memanggilnya sekali lagi. Kini laki-laki itu langsung menoleh.
"Kau sudah mau berangkat?"
Sorn menganggukkan kepala. "Yeu, aku mau berangkat sekarang. Kau istirahat baik-baik di rumah! Jangan pergi ke mana pun selama aku kuliah!"
"Iya, aku mengerti. Hati-hati!" balas Lew bernada datar dan tanpa senyuman.
"Heum," Sorn berdeham pelan.
Dirinya segera lanjut berjalan menuju pintu rumah. Baru saja mau membuka pintu, bel rumahnya justru berbunyi. Sorn mengernyitkan dahinya.
"Siapa yang datang bertamu di jam ini?" gumamnya pelan.
Penasaran. Sorn pun langsung membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia saat melihat sosok yang datang bertamu.
"Hai, Sorn!" sapa orang itu dengan senyuman melebar.
"Eh--Hai!" Sorn tersentak dan spontan tersenyum paksa.
"Boleh aku masuk?" tanya orang itu.
"Aku sudah mau pergi kuliah. Memangnya ada apa kau ke rumahku?" tanya balik Sorn.
"Pergi kuliah, ya? Padahal aku mau berteman denganmu," jawab orang itu--Memasang raut wajah sedikit kecewa.
Sorn mengerutkan keningnya. Aneh. Tidak biasanya orang itu datang ke rumahnya dan sekarang mau berteman dengannya? Ni orang habis salah minum obat kali, ya!? Pikirnya.
"Tumben banget kau ingin berteman denganku, Illesa? Biasanya kau tidak pernah begini," celetuk Sorn menyampaikan keanehan orang itu yang bernama Illesa--Salah satu tetangganya.
"Memangnya tidak boleh? Aku juga ingin sesekali berteman denganmu dan... Sepupumu itu. Siapa tahu kita bisa menjadi teman dekat, benarkan?" ucap Illesa bernada ramah.
Shittt. Sekarang Sorn mengerti maksud kedatangan gadis itu. Pasti karena ingin mendekati Lew. Secara laki-laki itu tetap terlihat tampan meski terdapat perban di kepalanya.
"Aduh. Maaf, Sa! Aku mau pergi ke kampus sekarang," Sorn menolak halus tujuan kedatangan gadis itu ke rumahnya secara tiba-tiba.
"Yah terus gimana? Apa aku berteman dengan sepupunya saja dulu? Daripada aku bosan sendirian di rumah," cetus Illesa.
"Tidak bisa. Sepupuku orangnya tertutup. Tidak suka berteman dengan banyak orang. Apalagi sekarang ia dalam masa pemulihan. Jadi ia perlu beristirahat penuh," sahut Sorn sedikit mengada-ada.
Padahal ia tidak tahu bagaimana sebenarnya sosok Lew. Ini di lakukannya karena tahu Illesa itu orangnya seperti apa. Ujung-ujungnya pasti akan membuat masalah.
"Begitukah? Wah kebetulan banget dong. Aku bisa membuat orang mudah terbuka padaku. Siapa tahu sepupumu itu mau berteman denganku," kilah Illesa masih belum menyerah untuk bisa masuk ke dalam rumah Sorn.
Sorn mulai merasa jengkel. Tetapi, ia tidak memperlihatkan hal itu padanya. "Ya, aku tahu bagaimana dirimu. Hanya saja aku khawatir kalau kau nekat untuk mencoba mendekatinya,"
"Memangnya kenapa?" tanya Illesa penasaran.
"Sepupuku itu memiliki fobia terhadap gadis asing. Dia bisa mengamuk dan membuat gadis yang mencoba berteman dengannya, terluka parah. Bahkan sampai di larikan ke rumah sakit untuk melakukan operasi. Huffft. Beruntung aku sepupunya, jadi aku tidak bernasib sama dengan para gadis itu," terang Sorn mengarang cerita.
Tampak raut wajah Illesa terkejut. Gadis itu pasti bergidik ngeri mendengarkan cerita karangannya itu. "Be--Benarkah itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments