Eps 06. Mengganti Perban

Lew kembali menganggukkan kepalanya. Kemudian suasana hening menyelimuti suasana meja makan. Sorn sibuk memakan makanannya sampai habis, begitu pula dengan Lew. Hingga akhirnya Sorn membuka suaranya lagi setelah selesai makan.

"Apa yang kau lakukan selama aku pergi tadi?" tanyanya sedikit basa-basi. Supaya tidak ada kecanggungan di antara mereka.

"Aku hanya beristirahat di kamar,"

"Hanya itu?" Sorn kembali bertanya.

"Dan membuat dapurmu berantakan," jawab Lew dengan menatap intens gadis di hadapannya.

Sorn meringis mengingat keadaan dapurnya yang tadi seperti kapal pecah akibat ulah laki-laki itu. "Hmmm.. Tidak masalah. Aku juga salah karena tidak memesankan lebih banyak makanan untukmu,"

"Kau tidak marah?" tanya Lew ragu.

"Ku rasa tidak perlu marah," jawab Sorn berbohong. Nyatanya tadi ia hampir saja emosi dengan laki-laki itu.

"Sekali lagi maaf. Aku tidak bermak--"

Sorn mengangkat tangan kanannya ke depan. "Ya, aku tahu maksudmu. Kau hanya ingin memasak,"

`Dan akhirnya membuat dapurku berantakan,` batinnya.

"Kau memaafkanku?" tanya Vince memastikan.

"Ck. Kau sudah mulai cerewet sekarang," Sorn berdecak pelan sembari menghabiskan tegukan terakhir minumannya.

Lew hanya terdiam dan masih menatap intens Sorn. Tatapannya membuat Sorn merasa tidak nyaman.

"Ya-ya, aku sudah memaafkanmu. Jadi berhenti menatapku seperti itu! Dan sebaiknya kau segera mengganti perbanmu!" sambungnya.

Sorn bergegas bangkit dari duduknya dan membawa bekas alat makannya, serta Lew ke Wastafel. Ia hanya meletakkannya di sana tanpa di cuci. Besok hari baru ia cuci sebab sekarang tubuhnya perlu sentuhan kasur yang empuk.

"Bagaimana aku menggantinya?" pertanyaan Lew menghentikan langkah Sorn yang hendak menuju anak tangga.

Sorn berbalik badan. "Kau tidak bisa menggantinya sendiri?"

"Bukan," Lew menggelengkan pelan kepalanya.

"Lalu?"

"Bagaimana menggantinya kalau tidak ada kotak P3K?" celetuk Lew.

Lantas Sorn menepuk dahinya untuk yang ketiga kali selama satu hari ini. Bagaimana bisa ia mennyuruh Lew mengganti perban, sedangkan dirinya sendiri lupa mengatakan keberadaan kotak P3K di rumahnya.

"Aku lupa memberitahumu. Kotak P3K-nya ada di laci nakas yang ada di sana!" tunjuk Sorn pada nakas yang berada di dekat sofa ruang tamu.

Lew mengikuti arah yang Sorn tunjukkan. Kemudian ia mengangguk mengerti. Sorn pun segera melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Ia berjalan menaiki anak tangga dan memasuki kamarnya. Dengan keras, ia menjatuhkan dirinya di kasurnya yang super empuk.

"Ah ini sangat nyaman," gumamnya sembari memejamkan mata.

Sejenak Sorn merasakan kenyamanan pada kasurnya. Hingga matanya tiba-tiba terbuka kembali.

"Apa dia sudah menemukan kotaknya atau belum? Hmmm... Sebaiknya aku turun untuk memeriksanya sebentar. Jangan sampai kejadian hari ini terulang lagi!"

Terpaksa Sorn beranjak bangun dan kembali pergi menuju lantai bawah. Ia harus memastikan Lew sudah menemukan kotak P3K-nya atau belum. Sesampainya di lantai bawah, ia melihat laki-laki itu tengah duduk di sofa sembari melepaskan satu-persatu perban lamanya. Sorn dapat bernafas lega sebab Lew sudah menemukan kotak P3K-Nya dan tidak membuat kekacauan lagi di rumahnya. Kemudian ia berniat untuk kembali ke kamarnya tapi terhenti saat melihat laki-laki itu kesulitan untuk mengobati lukanya.

Entah kenapa perasaan kasihan muncul lagi di hati Sorn. Sehingga mendorongnya untuk berjalan menghampiri Lew.

"Kau kesulitan?" tanya Sorn mengejutkan Lew yang sedang mengobati lukanya.

"Sshhh.." laki-laki itu meringis sebab tanpa sengaja menyentuh lukanya sendiri. Mungkin karena terkejut dengan kehadiran Sorn.

"Astaga, maafkan aku!" pekik Sorn merasa panik.

"Ti--Tidak apa-apa,"

"Maaf. Aku sungguh tidak bermaksud membuatmu terkejut," ucap Sorn mengulang permintaan maafnya.

Lew hanya menganggukkan kepalanya.

"Tadi aku lihat kau kesulitan mengobati lukamu sendiri, jadi aku datang. Ku pikir kau perlu bantuan," Sorn mendudukkan dirinya di sebelah Lew.

"Kalau kau tidak keberatan?"

"Yeah. Sini ku bantu! Anggap saja ini sebagai permintaan maafku soal tadi," tanpa di minta, Sorn langsung mengambil kapas yang berada di tangan laki-laki itu. Kemudian mulai membantu mengobatinya.

Lew terdiam menatap Sorn dari jarak yang lebih dekat. Dirinya tidak berpikir apapun sekarang, selain bertanya sesuatu pada gadis itu.

"Kenapa kau menolongku?"

Sorn mendongakkan sedikit kepalanya agar bisa menatap laki-laki itu. Hanya sekilas, sebelum kepalanya kembali tertunduk dan fokus mengobati.

"Apa kau perlu tahu alasannya?"

"Iya. Aku perlu tahu," sahut Lew bernada pelan.

"Aku hanya tidak tega mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan di hadapanku," ucap Sorn santai tanpa melihat lawan bicaranya.

"Bagaimana kalau aku orang jahat?"

Pertanyaan Lew menghentikan gerakan Sorn dalam mengobati. Sorn kembali menatap laki-laki itu.

"Itu urusanmu. Aku hanya melakukan apa yang hatiku inginkan," jawab Sorn begitu simpel sembari lanjut mengobati.

"Kenapa kau sangat baik?"

"Baik itu pilihan. Siapapun bisa bersikap baik pada orang lain. Tidak ada larangan untuk itu. Dan soal bagaimana orang itu membalas kebaikannya, itu terserah saja. Kita tidak bisa mengharuskan orang itu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan. Hal itu karena semua orang memiliki hak untuk bertindak sesuai keinginannya," terang Sorn menyampaikan jawaban sesuai apa yang dirinya pikirkan selama ini.

Lagi-lagi Lew terdiam. Jawaban Sorn begitu bijaksana dan sekarang ia merasa beruntung. Ya--Beruntung karena di selamatkan oleh gadis itu.

"Kenapa diam? Apa kepalamu sakit?" sambungnya, sebab tidak mendapatkan jawaban apapun dari Lew.

"Terima kasih," ungkap Lew secara spontan dan bernada hangat. Bahkan ini kali pertama Sorn mendengar laki-laki itu berbicara begitu hangat.

Sorn mengerutkan keningnya. "Terima kasih? Untuk apa?"

"Untuk pertolonganmu ini. Aku tidak tahu harus bagaimana membalasmu dengan keadaanku yang seperti ini," ucap Lew yang tampak tersenyum kecut.

"Hei! Aku melakukannya karena memang ingin, bukannya mengharapkan balasan. Tapi eum... Jika kau ingin membalasku, maka beristirahatlah dengan benar agar keadaanmu cepat pulih dan kau bisa ingat semuanya kembali! Kau mengerti!?" seru Sorn mengacungkan jari telunjuknya ke arah Lew.

Lew menganggukan kepalanya. "Aku mengerti,"

"Nice," balas Sorn tersenyum lebar.

Setelah itu pembicaraan mereka berakhir sebab Sorn fokus mengobati dan memerban kembali semua luka di tubuh Lew. Sedangkan laki-laki itu hanya diam menerima perlakuan Sorn yang cukup telaten membantunya untuk mengganti perban.

"Selesai!" seru Sorn usai mengganti perban di kepala Lew.

"Terima kasih,"

"Sama-sama," balas Sorn yang segera beranjak berdiri.

"Oh ya. Aku lebih suka nada bicaramu sekarang daripada sebelumnya," sambungnya.

Sorn langsung berjalan pergi. Tanpa melihat bagaimana reaksi Lew terhadap ucapannya barusan.

"Apa sebelumnya nada bicaraku buruk?" gumam Lew bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Lew merasa nada bicaranya sebelumnya tidak ada yang salah. Bahkan ia berpikir dirinya sudah biasa berbicara dengan nada seperti itu. Namun mengapa Sorn mengatakan lebih suka nada bicaranya sekarang? Lew menjadi bingung sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!