Eps 18. Gigolo?

"Em baiklah," sahut Lew mengangguk mengerti.

"Kalau begitu aku berangkat sekarang. Kau baik-baik di rumah dan jangan membuat masalah! Mengerti!?"

Laki-laki itu kembali menganggukkan kepalanya. Sorn dapat berangkat kuliah tanpa merasa khawatir akan apapun. Yeah, ini karena Lew sudah begitu penurut daripada hari-hari awal tinggal bersamanya.

"Jangan lupa kunci rumah!" seru Sorn memperingatkan sembari berjalan pergi menuju pintu.

"Apa kau sedang terburu-buru?" bukannya menjawab, Lew malah bertanya pada gadis itu.

Spontan pertanyaannya itu menghentikan Sorn yang langsung berbalik badan ke arahnya dan sebelah alisnya terangkat.

"Tidak juga. Kenapa?"

"Bisa kita berbicara sebentar?" pinta Lew yang perlahan beranjak dari tempat duduknya.

"Memangnya sedari tadi kita sedang apa? Mengambar hmmm? Tidak, bukan?" celetuk Sorn bernada bercanda.

Lew menggelengkan kepala. "Tidak. Aku ingin berbicara serius,"

Ucapan laki-laki itu tentu menimbulkan rasa penasaran bagi Sorn. Tumben sekali, pikirnya.

"Soal apa?" tanyanya, bersedekap dada.

"Aku ingin bekerja," jawaban Lew terdengar sedikit mengejutkan. Hal itu tampak dari raut wajah Sorn barusan.

"Bekerja?" ulang Sorn memastikan.

"Iya bekerja," timpal laki-laki itu membenarkan .

"Tapi kenapa? Maksudku kenapa kau ingin bekerja? Aku masih mampu membiayai kebutuhanmu selama di sini," Sorn penasaran akan alasan dari keinginan laki-laki itu.

"Aku hanya tidak ingin terlalu membebanimu,"

"Aku tidak merasa di bebani. Jadi tidak perlu sungkan padaku!" seru Sorn terdengar santai tapi begitu tegas.

Raut wajah Lew tampak datar. Tetapi kedua matanya jelas sedang memelas. "Hanya ini yang dapat ku lakukan untuk membantumu. Aku tidak ingin menjadi bebanmu terus,"

Pada akhirnya Sorn pun mendesah pelan. Hembusan nafasnya terdengar kasar sekilas. Keinginan laki-laki itu sangat kuat. Mana mungkin ia menolaknya, apalagi saat melihat tatapan memelas yang begitu menggemaskan.

Huh siapa yang mengajarinya cara itu? Dimana sosok laki-laki yang tatapannya selalu intens dan tajam? Sorn tidak melihatnya lagi sekarang.

"Humphhh baiklah. Kau ingin bekerja apa?" tanyanya. Sontak hal itu membuat Lew antusias.

"Apapun. Aku tidak keberatan,"

Sorn mendelik ke arahnya. "Apapun? Kau yakin? Bagaimana kalau bekerja sebagai gigolo? Kau mau heh?"

"Gigolo? Pekerjaan apa itu?" tanya Lew polos.

Sorn menepuk dahinya. Tidak hanya ingatan laki-laki itu yang hilang tapi mungkin juga sebagian pengetahuannya tentang dunia ini.

"Lupakan itu! Aku hanya berucap asal,"

"Oh," Lew ber-Oh ria singkat.

"Hmmm. Gunakan media sosial untuk mencari informasi soal pekerjaan yang kau minati! Setelah itu aku akan membantumu menemukan lowongannya di sekitar sini," ucap Sorn dengan cukup jelas. Ia rasa laki-lakk itu mengerti apa yang di ucapkannya.

"Ya--Aku mengerti,"

Kemudian pembicaraan mereka berdua berakhir karena Sorn harus berangkat ke kampus. Sepeninggal gadis itu, Lew membereskan meja dan bekas alat mereka berdua tadi. Ia juga mencucinya, lalu meletakkan kembali ke tempatnya semula. Padahal bisa saja Sorn melakukannya saat pulang bekerja. Namun Lew cukup sadar diri bahwa dirinya di rumah Sorn hanya menumpang. Sehingga akan terkesan buruk bila ia tidak melakukan apapun untuk membantu gadis itu.

***

Sesuai dengan ucapan Sorn tadi pagi, gadis itu benar-benar belum pulang padahal malam sudah larut. Lew tengah duduk di ruang tamu dan beberapa kali memeriksa ponselnya, siapa tahu ada pesan darinya. Tetapi, tidak ada satu pun pesan darinya yang masuk. Ia merasa sedikit cemas, meski Sorn mengatakan bahwa akan pulang larut malam.

"Ini sudah larut. Kenapa dia belum pulang?" gumamnya pelan.

Bersamaan dengan suara pintu terbuka. Sontak hal itu langsung membuat Lew berdiri dari tempatnya. Ia diam tanpa berniat menghampiri orang yang sedari tadi di tunggu kedatangannya.

"Oh astaga!" pekik Sorn terkejut saat menemukan Lew tengah berdiri di kegelapan.

Kebetulan lampu di ruang tamu tidak di nyalakan, sehingga di sana tampak gelap karena hanya ada lampu di atas nakas yang menyala.

"Kau--Kenapa kau berdiri di sana!?" sambungnya sembari mengelus dada. Ia benar-benar terkejut.

"Aku menunggumu," Lew menjawab tanpa merasa bersalah. Yeah. Seharusnya laki-laki itu merasa bersalah, usai mengejutkan Sorn.

Jawabannya sontak membuat Sorn mendelik kesal. "Dan kau membuatku terkejut! Untung saja aku tidak punya riwayat penyakit jantung. Jika sampai aku mati karena serangan jantung, kau orang yang pertama ku gentayangi!"

"Em. Maaf," Lew menggaruk-garuk tekuknya yang tidak gatal.

Rupanya laki-laki itu sudah sadar huh! umpat Sorn di dalam batin

Dengan kekesalan yang tengah di rasa, Sorn berjalan menghampiri Lew dan kemudian menjatuhkan dirinya di sofa.

"Huffft... Hari yang begitu melelahkan," ucapnya menghembuskan nafas secara kasar.

"Apa kau butuh minum?" tawar Lew pada gadis yang tampak sedang kelelahan itu.

Sorn melirik ke arahnya. "Ya, bisakah kau ambilkan minuman di kulkas!?

"Oke. Tunggu!"

Tanpa menunggu balasan dari Sorn, laki-laki itu langsung bergegas pergi ke dapur. Sorn hanya diam sembari menyandarkan dirinya di sofa dan memejamkan mata. Sungguh hari ini begitu melelahkan untuknya. Bagaimana tidak? Setelah kuliah, ia pergi bekerja dan pulang selarut ini. Jika bukan karena menggantikan temannya bekerja, mungkin sekarang ia sudah terlelap dalam mimpi yang indah.

"Ini minumanmu!"

Suara itu spontan membuat Sorn membuka mata. Lew kembali dengan membawakan sebotol minuman dingin yang tengah di ulurkan ke arahnya.

"Terima kasih," ungkap Sorn seraya menerima minuman dingin itu. Dan tanpa membuang waktu, ia langsung meminumnya dengan cepat.

Lew terdiam melihat itu. Gadis itu benar-benar kehausan, pikirnya.

"Arghhh... Ini sangat segar," Sorn berucap, usai meminum setengah botol minuman dingin itu.

Gadis itu sempat melupakan keberadaan Lew di dekatnya. Hingga kedua matanya menangkap laki-laki itu tengah berdiri dan menatapnya dengan intens.

"Apa yang kau lihat?"

"Kau sangat haus, ya?" tanya balik Lew, usai terdiam beberapa saat.

Sorn menganggukkan kepala. "Pekerjaanku sangat sibuk hari ini. Bahkan untuk minum saja hampir tidak ada waktu,"

"Oh," Lew hanya ber-Oh ria.

"Lalu kau kenapa tidak tidur? Bukankah tadi aku mengatakan bahwa kau tidak perlu menungguku?" tanya Sorn dengan sebelah alisnya terangkat.

"Aku belum mengantuk," jawab Lew apa adanya.

Memang benar ia belum mengantuk tapi ada alasan lain yang jauh lebih besar. Dimana ia tidak bisa tidur karena Sorn belum pulang. Entahlah kenapa, mungkin ia terbiasa menunggu Sorn pulang dan berbicara sebentar dengannya, sebelum tidur.

"Benarkah?"

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, temani aku bicara sebentar! Ada hal yang perlu ku ceritakan padamu. Ya, setidaknya ini bisa membuat diriku lebih tenang," ucap Sorn yang terdengar sedang meminta pada Lew. Dari raut wajahnya bukan hanya ada kelelahan saja tapi juga kegelisahan. Lew bisa melihat jelas itu di wajahnya.

"Baiklah. Aku akan menemanimu," sahut Lew tanpa mengubah posisinya--Masih berdiri.

"Hmmm... Sekarang duduklah!" titah Sorn menepuk-nepuk sofa di sebelahnya yang kosong.

Lew melakukan sesuai perintah Sorn. Kini ia duduk bersebelahan dengan gadis itu, meski tidak berada di satu sofa yang sama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!