Usai makan malam, tidak ada pembicaraan antara Sorn dan Lew. Mereka berdua langsung kembali ke kamar masing-masing. Entah itu untuk beristirahat atau pun sedang melakukan sesuatu di dalam kamar. Sehingga sisa malam ini mereka lewatkan tanpa bertemu lagi, meski itu hanya sekedar berpas-pasan saat pergi ke dapur.
***
Pukul 09.00 pagi
Sorn baru saja selesai bersiap-siap dengan setelan corp top putih di lapisi blazer berwarna hitam, begitu pula dengan celana panjangnya yang berwarna senada dan sepatunya putih bersih. Rambutnya yang tidak terlalu panjang, di biarkan terurai. Terakhir, ada polesan make up tipis di wajahnya membuatnya kelihatan cantik dan manis.
"Sempurna," ucap Sorn tersenyum lebar saat melihat penampilannya di pantulan cermin besar yang ada di kamarnya.
Kemudian gadis itu bergegas turun ke lantai bawah, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal. Yups. Hari ini ia akan berangkat kuliah karena waktu liburan sudah berakhir. Sekarang dirinya telah memasuki semestar ketiga. Masih ada 5 semestar yang harus ia lewati lagi untuk bisa menyelesaikan studinya di bangku perkuliahan S1.
"Eh kau sudah bangun?" Sorn tersentak, saat melihat Lew tengah berdiri di ruang tengah. Lebih tepatnya di dekat tangga yang sedang ia turuni.
Laki-laki itu tampak memegang perutnya. "Aku lapar,"
Spontan Sorn berdecak pada dirinya sendiri. Ia lupa bahwa sekarang di rumahnya ada orang lain.
"Astaga! Maafkan aku. Kau pasti sudah sangat kelaparan, ya!?" seru Sorn menyesali kecerobohannya.
Lew hanya mengangguk lesu. Mungkin keadaannya yang belum pulih dan tengah kelaparan, sehingga laki-laki itu lesu dan wajahnya sedikit memucat dari sebelumnya. Sorn benar-benar merasa bersalah.
"Kau mau makan apa? Biar aku pesankan," tawar Sorn cepat.
"Apa saja," jawab laki-laki itu singkat.
"Oke. Tunggu sebentar!" seru Sorn yang segera mengeluarkan ponselnya dan mulai memesan makanan lewat aplikasi.
Sorn memesan makanan yang cepat saji. Dimana prosesnya tidak akan memakan waktu lama dan makanan itu bisa cepat di antarkan.
"Sebentar lagi makananmu sampai. Ini uangnya! Sekarang aku harus pergi ke kampus," Sorn menyerahkan dua lembar uang dengan nominal cukup besar pada Lew. Laki-laki itu pun langsung menerimanya.
"Oh ya, satu hal lagi. Jangan keluar rumah sampai aku kembali! Mengerti!?" sambungnya.
"Iya," singkat laki-laki itu.
Sorn berdecak pelan karena laki-laki itu sangat irit bicara. Entah apa sebabnya. Mungkin memang sifatnya aslinya. Sorn merasa tidak perlu memikirkannya terlalu serius. Toh, laki-laki itu berada di rumahnya hanya untuk sementara waktu.
"Aku pergi!" seru Sorn yang bergegas pergi setelahnya.
Gadis itu pergi dengan naik taksi online yang sudah menunggunya sedari tadi. Jarak antara rumahnya dan kampusnya lumayan jauh. Sehingga ia masih sempat membeli sarapan yang ada di pinggiran jalan, lalu memakannya di dalam perjalanan. Kebiasaan yang hampir setiap hari di lakukan Sorn selama kuliah. Hal itu karena Sorn tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan sarapan di rumah. Dan membeli sarapan saat di perjalanan adalah cara untuknya mengirit waktu.
Tanpa terasa taksi online itu telah berhenti tepat di depan sebuah bangunan berukuran besar. Benar. Bangunan itu adalah kampus yang selama satu tahun terakhir menjadi tempat Sorn untuk menuntut ilmu. Lantas Sorn langsung turun dari taksi dan tidak lupa membayar sesuai nominal yang tertera di alat otomotis di taksi tersebut. Setelahnya, Sorn mulai melangkahkan kakinya memasuki bangunan yang di dominasi cat putih itu. Di dalamnya sudah terdapat banyak mahasiswa lain. Mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing. Entah itu bercengkrama antar mahasiswa, maupun kegiatan lainnya. Suasana yang sudah cukup familiar bagi Sorn.
"Hai, Sorn!" tiba-tiba seseorang datang menyapa Sorn yang tengah berjalan sembari menatap keadaan sekitar.
Sorn mengalihkan tatapannya ke arah orang itu. Bertemu dengan orang itu justru membuat moodnya di pagi hari ini menjadi buruk. Oh tidak. Bukan pagi hari ini saja tapi setiap waktu di hari-hari sebelumnya. Menyebalkan. Sorn memilih terus berjalan tanpa membalas sapaan orang itu, seolah tidak mendengar. Namun seperti biasa, orang itu akan menghalangi jalannya.
"Apa kamu akan terus bersikap seperti ini padaku?" tanya orang itu yang tengah menghalangi langkah Sorn.
"Apa masalahmu?" tanya balik Sorn dengan sinisnya.
"Jelas aku masalah. Sikapmu ini membuatku tidak nyaman," jawab orang itu.
Sorn memutar malas kedua bola matanya dan bersedekap dada. "Jadi menurutmu, aku merasa nyaman di ganggu terus olehmu?"
"Aku tidak berniat mengganggumu. Aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita," sahut orang itu yang bernama Charles--Mantan Sorn. Mantan yang sampai saat ini terus mengejarnya. Padahal ia sendiri yang membuat hubungan mereka berakhir karena perselingkuhannya dengan gadis lain. Biasalah. Lihat yang lebih cantik, langsung kumat penyakit para laki-laki bermata keranjang.
Dasar buaya!
"Ck. Hubungan mana yang ingin kau perbaiki? Hubungan yang kau hancurkan sendiri, heh?" Sorn berdecak kesal.
Charles sempat membisu. Ucapan Sorn memang tepat sasaran. "Sorn... Aku sudah minta maaf soal itu,"
"Maafmu tidak berguna. Jadi menyingkirkanlah dari jalanku dan kehidupanku!" seru Sorn mendorong tubuh Charles, sebelum lanjut berjalan.
Tetapi, laki-laki itu tidak menyerah begitu saja. Ia mengejar Sorn dan mencengkram pergelangan tangannya.
"Tidak bisakah kamu memaafkanku, Sorn!?" tanya Charles sedikit meninggikan nada bicaranya.
Pendengaran laki-laki itu seperti tidak berfungsi. Pasalnya sudah berulang kali Sorn mengatakan, bahwa ia tidak bisa memaafkan atas apa yang Charles lakukan.
"Apa kau tuli!? Aku sudah mengatakannya berulang kali. Aku tidak bisa memaafkanmu, Charles! Tidak akan bisa!" geram Sorn di sela berusaha melepaskan cengkraman laki-laki itu pada pergelangan tangannya.
"Kenapa? Bukankah aku sudah meminta maaf? Aku ingin memperbaiki hubungan kita,"
Sorn semakin merasa geram terhadap laki-laki itu. Rasanya ia ingin sekali memukulnya sampai tidak sadarkan diri tapi tidak, di sana kawasan kampus. Selain itu, para mahasiswa juga sudah mulai menjadikannya dan Charles sebagai pusat perhatian. Nanti akan menimbulkan gosip tidak sedap, jika ia memukulnya di sana.
"Semudah itu kau meminta maaf dan berkata ingin memperbaiki hubungan yang kau hancurkan sendiri!? Kau kurang pintar atau memang benar-benar bodoh, heh? Kau pikir aku bisa melupakan apa yang kau lakukan dan menerima permintaan maaf kau? Tidak, Charles. Aku bukan gadis yang bisa dengan mudahnya memaafkan laki-laki seperti dirimu," cecar Sorn setengah berteriak, tanpa menyembunyikan kegeramannya. Biarkan semua mahasiswa di ssna mendengar ucapannya. Ia tidak peduli sama sekali.
"Ya aku tahu, aku salah. Aku sungguh minta maaf, Sorn. Tolong beri aku kesempatan terakhir dan kita akan memulainya dari awa! Ku pastikan tidak ada kejadian seperti itu lagi," pinta Charles memohon tapi Sorn terpengaruh dengan ucapan manis yang sudah sering kali di dengarnya.
Sorn meringis mendengar itu. "Sudah berapa kali kau mengatakan itu? Dan apa akhirnya yang terjadi? Kau kembali melakukannya. Jadi untuk apalagi aku memberi kau kesempatan? Jika nantinya itu hanya membuatku sakit hati lagi,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments