...~•Happy Reading•~...
Danny melihat Marons dengan serius, dia membayangkan situasi yang dihadapi Marons. Menjalani rumah tangga bersama wanita bermasalah. Dia tidak pernah berpikir, Marons yang selalu tenang dan hangat saat bertemu dengannya dan Yogi, memiliki kehidupan rumah tangga berantakan dan menegangkan.
"Orang begitu, bisa lakukan apa saja. Tapi sudahlah... Tidak usah dibahas lagi yang itu, karena dia sudah tiada. Sekarang kita harus mencari tau bapak dari bayi itu, agar bisa mengurai benang kusut ini. Mungkin saja dia terlibat dan itu dapat membantumu tidak bolak balik ke kantor polisi." Ucap Danny setelah berpikir.
"Apa mungkin pria yang sama saat kau bertemu itu? Bukankah kau mengenalnya? Saat itu kau katakan pria itu juga yang datang ke pesta pernikahan kalian dan bersitegang dengan Rallita?" Tanya Danny lagi mengingat peristiwa saat Marons menikah. Dimana ada pria datang ke pesta dan bicara serius dengan Rallita.
"Bisa saja, dia. Apa Kaliana bisa menyelidiki ini? Aku ingin bukti, karena aku tidak punya bukti apapun tentang hubungan mereka. Semua yang aku katakan saat itu, dia bantah dan mengatahkan aku cemburu buta. Karena menurutnya, pertemuan mereka saat itu hanya kebetulan." Marons mengingat apa yang dikatakan Rallita, saat dia pulang dari pertemuan dan menanyakan hal itu di rumah.
"Nanti kita bicara dengan Kaliana. Mungkin dia bisa bantu selidiki, karena masih menyangkut dengan kasus ini. Mungkin juga, dengan dia menyelidiki ini, akan terkuak banyak hal yang tidak kau ketahui selama ini." Ucap Danny sambil melihat Marons yang masih memegang pelipisnya.
"Bagaimana dengan jenasahnya? Apakah kau mau pulangkan ke sini atau ke rumah orang tuanya?" Tanya Danny mengingat di rumah orang tua Rallita juga sudah bersiap-siap jika jenasah dibawa pulang ke sana.
"Tetap di bawa pulang ke sini. Dia meninggal masih berstatus istriku. Selain itu, dengan tewasnya seperti itu sudah jadi pembicaraan. Apalagi jika jenasahnya di bawa pulang ke rumah orang tuanya. Nanti orang makin curiga dan berpikir, aku yang membunuhnya." Marons telah memikirkan itu semenjak berada di luar kantor polisi.
^^^Ketika mengetahui bayi yang dikandung bukan anaknya, dia sudah tidak berniat membawa pulang jenasah Rallita ke rumahnya. Tetapi dia berpikir lagi, akan terjadi pembicaraan di antara keluarga dan juga publik. Akan ada banyak pertanyaan yang harus dijawab. Sehingga dia memutuskan jenasah tetap dibawa pulang ke rumahnya.^^^
Danny mengangguk mengerti apa yang dikhawatirkan Marons. Agar tidak menambah beban persoalan dengan menjawab banyak pertanyaan. "Iya, aku mengerti dan setuju. Sekarang saja kau sudah harus menjawab pertanyaan polisi, ditambah lagi harus menjelaskan banyak hal kepada keluarga dan publik yang ingin tahu." Danny memikirkan dampaknya jika jenasah Rallita tidak dibawah pulang ke rumah Marons.
"Iyaa. Tadi aku sudah pikirkan itu. Dia sudah meninggal, tidak ada manfaatnya lagi untuk dibawa pulang ke orang tuanya. Apa lagi yang mau dibicarakan atau diajarkan orang tuanya kepada anak yang sudah jadi jenasah. Biarkan dia bertanggung jawab pada Tuhan, atas semua perbuatannya di dunia ini." Marons berserah dengan hati sedih dan kecewa.
"Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Aku sering berpikir, aku terlalu gegabah dan buru-buru memutuskan menikah saat itu. Tanpa mengenal Rallita lebih baik. Aku mengenal orang tuanya dan percaya semua yang dikatakan tentang kehidupan Rallita dan kuliah di luar negeri."
"Aku percaya dengan semua yang dia katakan dan lakukan saat berpacaran. Aku kira dia wanita yang tepat, karena berpendidikan, sehingga bisa mendukungku." Marons merenung semua yang dialami selama hidup bersama Rallita. Hanya sesaat bahagia. Sisanya dilalui dengan ketegangan dan pertengkaran.
"Sudaaa... Sekarang kau istirahat dulu, aku akan urus ini dan mau telpon Yogi supaya jangan datang ke sini, biar kau bisa beristirahat. Besok akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan buatmu." Danny segera pamit meninggalkan Marons. Dia juga pamit kepada orang tua Marons yang sedang duduk di ruang keluarga.
^^^Rumah Marons sudah sepi, semua keluarganya sudah pulang. Ayah Marons minta mereka pulang untuk istirahat, karena belum ada jenasah di rumah. Melihat wajah Marons dan Danny, Ayahnya menyadari ada terjadi sesuatu lagi selain menunggu jenasah Rallita pulang.^^^
"Ayah dan Ibu istirahat saja. Mungkin besok jenasahnya sudah bisa dibawa pulang. Aku juga ingin beristirahat sejenak. Nanti setelah ini berlalu, baru aku bicara dengan Ayah dan Ibu." Ucap Marons, setelah mengantar Danny pulang dan melihat kedua orang tuanya sedang menunggu.
Ayahnya mengangguk sambil menepuk pundaknya pelan. Begitu juga dengan Ibunya yang hanya bisa mengelus lengan Marons dengan sayang. Ibunya jadi sedih dan cemas, setelah diberi gambaran tentang situasi yang akan dihadapi Marons, oleh Ayahnya.
Marons kembali masuk ke ruang kerjanya. Dia belum bisa istirahat, walau tubuhnya sudah sangat lelah. Sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerja, dia mengingat Kaliana memintanya untuk memberitahukan apa yang terjadi. Dia mengambil telpon untuk melihat nomor telpon Kaliana.
...°***°...
Di sisi yang lain ; Kaliana yang telah tiba di rumah langsung disambut wajah cemas teamnya. Sebab sejak pamit menemui client, Kaliana tidak memberi kabar. "Maaf, tadi langsung kerja jadi tidak sempat kabari lagi." Ucap Kaliana saat melihat anggota team sedang menanti penjelasannya.
^^^Kaliana dan teamnya tinggal di rumah peninggalan orang tuanya. Selain agar dia memiliki teman, juga untuk menghemat pengeluaran anggota teamnya jika harus kontrak rumah sendiri. Empat anggota teamnya, berasal dari luar kota. Mereka bertemu di Surabaya dan mulai bekerja bersama di sana. Kaliana berpikir juga untuk lebih mudah berkoordinasi. Rumah peninggalan orang tuanya lebih dari cukup untuk tempat tinggal mereka berlima.^^^
^^^Yicoe dan Novie tinggal sekamar, sedangkan Putra dan Pak Yosa sekamar. Jadi sebelum menyewa kantor baru, mereka bekerja di rumah Kaliana. Seperti sekarang ini, setelah mandi dan makan malam, Kaliana minta mereka kumpul untuk bicarakan kasus tewasnya istri Marons.^^^
Kaliana menceritakan apa yamg dilakukan dengan Marons dan Danny. Pak Yosa melaporkan semua fakta dan bukti yang ditemukan di TKP. Begitu juga dengan Putra, Novie dan Yicoe melapor temuan mereka.
Tiba-tiba telponnya bergetar. Melihat siapa yg telpon, Kaliana langsung melihat jam di dinding. 'Apakah terjadi sesuatu di kantor polisi?' Kaliana membatin lalu merespon panggilan Marons.
📱"Hallo, Pak." Sapa Kaliana, pelan.
📱"Hallo, Kalia. Apa aku mengganggu?" Tanya Marons saat Kaliana merespon panggilannya.
📱"Tidak, Pak. Ini mau pelajari kasusnya. Sudah pulang dari kantor polisi?" Kaliana bertanya, karena dia menyadari Marons ingin bicara tetapi merasa tidak enak menghubunginya.
📱"Iyaa. Sudah pulang dan aku ingin bicara sesuatu denganmu, jika kau tidak capek." Ucap Marons lagi. Dia merasa tidak enak mengganggu waktu istirahat Kaliana yang baru pulang. Tapi dia sangat butuh bantuannya, agar bisa tenang melewati malam yang berat.
📱"Silahkan, Pak. Saya sedang mempersiapkan semua yang berhubungan dengan korban. Jadi kalau mau ditambahkan, silahkan..." Kaliana berpikir, mungkin ada informasi penting yang akan dibahas oleh Marons. Dia membuat kode untuk teamnya agar tidak lanjutkan pertemuan dan memberikan isyarat agar mereka segera istirahat. Karena pikirnya lagi, mungkin Marons membutuhkan waktu untuk berbicara dengannya.
...~***~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
🍁🎧Luka🎶❤
Marons pasti sangat lelah 👢
2022-12-07
5
🍁🐰Avrily❤🔍🌐
Sepertinya Marons butuh teman setelah melewati hari yg berat
2022-12-07
5
beristirehat lah dulu marons... besok di fikirkan.... rupa mereka ni di jodoh kan pula, itulah kelakuan orgtua suka menjodoh2 kan, apa sudah berlaku, enth andai betul ank itu bukan dari marons, apa lah reaksi orgtua rallita setelah tahu......
2022-12-03
4