...~•Happy Reading•~...
Danny tercengang mendengar apa yang dikatakan Marons saat melihat goresan di tangan kanannya. Goresan yang cukup dalam, karena sudah tiga hari belum sembuh sepenuhnya. Dia berpikir cepat dalam kondisi yang sangat riskan bagi Marons.
"Apa yang terjadi hingga bisa seperti ini?" Tanya Danny mulai cemas, apalagi belum selesai autopsi jenasah. Sehingga belum tahu detail penyebab kematian istrinya. Marons menyadarkan punggungnya di kursi kerjanya sambil mengingat apa yang terjadi tiga hari yang lalu.
Flashback.
Marons yang telah tidur, terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Sehingga dia bangun untuk mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokannya. Dia merasa heran melihat istrinya tidak ada di tempat tidur. Dia mengambil ponsel dan melihat jam, untuk memastikan waktu. Karena selesai makan malam, dia merasa capek dan ngantuk, jadi langsung masuk tidur.
'Mungkin hari masih sore, jadi istrinya belum tidur.' Pikirnya. Tetapi dia sangat terkejut melihat jam sudah dua belas lewat empat puluh dua menit. Dia segera keluar kamar untuk ambil air mineral dan juga melihat istrinya.
^^^Alisnya bertaut, saat mendengar suara di ruang keluarga. Dia jadi penasaran dan tidak jadi ke dapur, tapi menuju ruang keluarga untuk melihat istrinya sedang berbicara dengan siapa. Tadinya dia berpikir, istrinya sedang berbicara dengan bibi. Tetapi dia sangat terkejut melihat istrinya sedang berbaring di kursi sambil berbicara dan tertawa dengan ponsel di telinganya.^^^
"Apa yang kau lakukan di situ?" Tanya Marons dengan suara menggelegar membuat istrinya terkejut. Dia langsung bangun dan duduk sambil menurunkan tangan dan ponselnya dari telinga dengan wajah memucat.
Marons langsung melangkah cepat dengan langka panjangnya lalu mengambil ponsel dari tangan istrinya yang belum sempat dimatikan. "Apa yang kau lakukan? Aku hanya telpon dengan temanku. Apa aku tidak boleh telpon dengan temanku?" Jawab istrinya yang telah mengusai diri dari rasa terkejutnya, lalu menjauhkan ponselnya dari jangkauan suaminya.
"Telpon dengan teman? Teman siapa yang membuatmu bertingkah seperti maling ketangkap? Teman siapa yang telpon tengah malam, di jam tidur? Kau ini seorang istri atau gadis ting-tang?" Tanya Marons dengan rahang mengeras dan marah yang meluap sambil berusaha merai ponsel dari tangan istrinya.
"Kembalikan ponselku. Aku hanya bicara dengan saudaraku." Istrinya berteriak dan mengamuk untuk merebut ponselnya, saat Marons hendak melihat layar ponselnya. Dia khawatir Marons melihat siapa yang telpon dengannya. Dengan berbagai cara dia berusaha mengambil ponsel dari tangan suaminya.
^^^Marons melepaskan ponselnya, karena sudah tahu siapa yang telpon dan juga tangannya sangat perih karena cakaran kuku istrinya.^^^
"Kaki empat siapa yang mengganggu istri orang di tengah malam begini? Kalau tidak bisa tidur, cari sesama kaki empat untuk pamer giginya. Atau kau ini salah satu kaki empat juga? Hingga ikut pamer gigi di tengah malam?" Teriak Marons dengan suara keras, karena melihat istrinya belum mematikan ponselnya. Sehingga dia berharap orang yang sedang telpon bisa mendengarnya.
"Jaga mulutmu Marons. Kau kira kami ini bin^atang?" Ucap istrinya, coba melawan sambil mematikan ponselnya.
"Aku kira, kau sudah berubah. Kau kira aku tidak tahu apa yang kau lakukan dengan sepupuhmu itu? Kau kira aku ini dungu hingga tidak bisa membedakan sepupuh dan duapupuh?" Marons makin emosi dan marah. Apalagi istrinya merebut ponsel dari tangannya, hingga melukainya.
"Aku membiarkanmu dan tidak memberitahukan Papamu, karena menghormatinya dan mengingat kesehatannya. Jika tidak, aku sudah membawamu pulang ke rumahnya, supaya orang tuamu bisa mengajarimu. Kalau masih mau berha ha .. hi hi .. tengah malam, jangan menikah. Aku sudah cukup toleransi dengan tingkahmu yang membuatku muak. Kau tunggu saja, aku akan memberikan kebebasan untukmu." Marons berkata sambil mengepalkan tangannya untuk mengontrol marahnya.
"Pantes tidak bisa bangun pagi untuk mengurus suami, karena setiap malam lakukan hal yang begini. Apa tidak cukup siang keluar kelayapan dengan mobil, hingga malam masih kelayapan dengan sinyal? Aku sabar, tapi ada batasnya. Selama ini aku membiarkanmu, karena sudah lelah untuk bertengkar denganmu. Jika kau terus memancingku, aku akan tunjukan batas kesabaranku. Aku tidak akan biarkan kau mempermalukanku dan menginjak-injak kepalaku." Ucap Marons dengan suara menggelegar, sambil menahan marahnya.
"Kau lihat saja, apa yang akan aku lakukan padamu dan manusia berkaki empat itu. Dimaafkan, makin ngelunjak. Dikasih hati, mau ambil juga ampela. Benar-benar manusia berkaki empat." Ucap Marons yang marahnya mulai surut, tapi wajahnya masih memerah.
"Tidur di situ dan teruskan perbuatan kalian yang tidak bermoral itu." Ucap Marons lagi, lalu ke dapur untuk ambil minuman dan obat yang ada untuk mengobati luka karena kena kuku istrinya.
Flashback Off.
"Lalu apakah dia tidur di ruang keluarga?" Tanya Danny, setelah mendengar penuturan Marons tentang penyebab tangannya terluka.
"Tidak. Dia langsung masuk kamar saat aku lagi di di dapur untuk minum dan ngobati tanganku. Aku malah yang tidur di ruang keluarga, karena masih emosi. Bukan cuma sakit hati, tapi juga sakit mata melihatnya." Ucap Marons jadi emosi mengingat peristiwa itu kembali.
"Apakah sudah sering dia lakukan itu?" Tanya Danny lagi.
"Entah, mungkin saja. Belakangan ini mungkin terlalu capek, aku cepat mengantuk dan tidur. Malam itu, kalau tidak ada masalah dengan tenggorokanku, tidak bangun dan tidak akan tau apa yang dia lakukan." Ucap Marons sambil menggerakan bahunya.
"Apa ada yang mendengar pertengkaran kalian?" Tanya Danny untuk lebih mengerti apa yang sedang terjadi dengan rumah tangga Marons.
"Mungkin saja ada yang dengar, karena sudah lewat tengah malam, sepi. Tetangga mungkin bisa dengar. Bibi mungkin dengar, jika tidak tidur nyenyak." Ucap Marons mulai berpikir. Keesokan paginya, dia tidak menanyakan itu kepada Bibi, karena dia merasa tidak perlu.
"Kau tau dia sedang berbicara dengan siapa?" Tanya Danny lagi, karena bisa saja itu membantunya.
"Tahu. Aku sempat melihat namanya di ponsel sebelum diambil oleh dia. Aku pernah menanyakan Papanya, ada hubungan apa Rallita dengan sepupuhnya, Kebart. Papanya katakan hanya saudara. Tapi bagiku, saudara yang aneh. Rallita bisa meninggalkan semua kewajibannya sebagai istri, jika menyangkut sepupuhnya itu. Lama-lama, gedek juga." Marons jadi emosi membicarakan istri dan sepupuhnya.
"Kalau tidak ingat, nanti dianggap kurang ajar, aku sudah bilang ke orang tuanya, nikahkan saja anaknya dengan manusia berkaki empat itu." Ucap Marons kesal.
"Apa saat dicakar, kau sempat membalasnya atau menyentuhnya dengan kasar?" Tanya Danny, untuk mengetahui gambaran apa yang terjadi saat pertengkaran mereka.
"Walaupun sedang marah, aku tabuh menghajar wanita. Jika mau, aku sudah menghajarnya dengan manusia berkaki empat satu itu lagi, saat kedapatan mereka lagi berduaan di cafe." Ucap Marons, sambil mengingat istrinya sedang berduaan dengan teman prianya di sebuah cafe.
"Ooh, iya. Kau pernah cerita padaku. Kau kenal dia, kan? Itu bisa menambah daftar, siapa saja yang berhubungan dengan Rallita. Tolong kau ingat-ingat lagi, agar kita bisa selidiki orang-orang di sekitar Rallita." Danny mulai berpikir untuk menyelamatkan Marons.
Kondisi rumah tangga mereka tidak bisa dibilang harmonis, sehingga bisa jadi bumerang bagi Marons.
...~***~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ʜ֟͜͡ᴠ🦂⃟ꜱᴇᷤᴛᷤʏᷫᴀ ♥️ Fℰβℜɣᴮᵉᵉ ⃝
oh walah ternyata istrinya yg main belakang nih?
2023-07-08
3
Ternyata yang salah yg jelas istrinya pemirsah .... suami mna yg gk marah coba klo lihat istrinya mlm2 tlpan dengan laki-laki meski itu saudara sepupuh apalagi duapupuh .. ohh author bahasamu 👍👍👍👍👍
2023-01-22
3
ˢ⍣⃟ₛ αηтιє
siapa yg ngga marah kalau istrinya begitu....
2023-01-09
4