...~•Happy Reading•~...
Marons langsung mencari pegangan, karena sangat terkejut. Dengan cepat dia menyadari apa yang sedang terjadi. "Apa penyebab istri saya meninggal, Pak?" Tanya Marons karena semuanya buram dan banyak pertanyaan di kepalanya. Pagi-pagi sudah diperhadapkan dengan hal yang tidak terduga dan tidak terpikirkan olehnya.
"Istri Pak Masons ditemukan tewas di selokan dekat Perumahan Bumi Sentosa." Polisi menjelaskan sambil memperhatikan Marons.
"Selokan dekat perumahan kami? Kenapa dia berada di sana? Jam berapa tewas dan ditemukan, Pak?" Tanya Marons, tidak mengerti. Kenapa istrinya keluar rumah pagi-pagi dan bisa tewas di tempat seperti itu.
"Iyaa. Sesuai dengan alamat rumah di komplek bapak dan korban. Untuk waktu meninggalnya, kita tunggu hasil autopsi. Tapi jenasahnya ditemukan oleh ..." Polisi menjelaskan peristiwa jenasah istrinya ditemukan sambil memperhatikan Marons dengan serius.
"Baik. Saya keluar sebentar." Ucap Marons, karena makin lama di dalam ruangan, makin sesak nafasnya. Setelah di luar, dia bisa berpikir dengan baik. 'Apa yang sedang terjadi? Mengapa dia bisa tewas di tempat seperti itu?' Banyak pertanyaan lagi bermunculan di kepalanya.
Menyadari situasi yang terjadi dan sikap polisi padanya saat tiba di kantor polisi, Marons segera menghubungi pengacaranya untuk memberitahukan peristiwa yang sedang terjadi dengan istrinya.
Kemudian dia tersadar, belum memberitahukan mertuanya tentang apa yang menimpa anak mereka. Dia lama memikirkan, bagaimana cara memberitahukan perihal kematian istrinya kepada orang tuanya. Ini bukan peristiwa kematian biasa, hingga mudah diberitahukan. Dengan berat dan menguatkan hati, Marons menghubungi mertuanya untuk memberitahukan kematian istrinya.
Setelah itu, dia juga memberitahukan kedua orang tuanya. Sebelum dia lupa, karena disibukan dengan berbagai hal menyangkut kematian istrinya. Dia belum tahu apa yang akan dilakukan, sehingga dia butuh kehadiran orang tuanya, terutama Ayahnya.
Tidak lama kemudian, mertuanya datang dan mendekatinya dengan wajah kebingungan dan bertanya-tanya. Marons bersyukur, mertuanya datang terlebih dahulu, bukan pengacaranya. Karena mertuanya bisa berpikiran lain, jika datang sudah ada pengacaranya.
^^^Saat menghubungi pengacaranya dia hanya memikirkan peristiwa kematian istrinya bisa menyangkut dengan dirinya. Banyak hal yang dipikirkan sebelum memberitahukan mertuanya dengan baik.^^^
"Apa yang terjadi dengan Rallita, Marons? Kenapa istrimu bisa tewas di situ?" Tanya Papa mertua, setelah mendengar penuturan peristiwa yang disampaikan polisi kepada Marons.
Sedangkan Mama mertuanya hanya menangis tanpa bisa berkata-kata. Adik laki-lakinya yang mengantar orang tuanya mencoba menenangkan Mamanya dengan memeluk punggungnya sambil duduk dan terus mengusap lengannya.
"Aku juga tidak tau, Pa. Hanya itu yang disampaikan polisi padaku. Tadi pagi ...." Marons menceritakan apa yang terjadi di rumahnya saat dia bangun pagi dan mencari istrinya.
"Apa istrimu membawa mobil saat pergi?" Tanya Papa mertuanya, ingin tahu.
"Tidak. Karena melihat mobilnya ada di garasi, jadi aku tidak berpikir dia pergi jauh dari rumah." Ucap Marons mengingat apa yang dipikirkan tadi pagi saat mencari istrinya. Mertuanya makin bingung dan itu membuatnya limbung, sehingga Marons memegang lengannya dan mengajaknya duduk di samping istrinya.
"Kalian duduk di sini, aku akan masuk sebentar." Ucap Marons, lalu masuk ke dalam ruang jenasah untuk berbicara dengan polisi.
"Pak, saya bisa lihat foto saat istri saya ditemukan? Atau saya bisa lihat seluruh tubuh istri saya?" Tanya Marons penasaran, karena tadi hanya melihat wajah istrinya. Ada hal yang ingin dia ketahui dan mau memastikan setelah mendengar pertanyaan mertuanya.
"Jenasahnya sedang diautopsi, jadi tidak bisa dilihat lagi. Kalau foto, sebentar. Anda bisa lihat, tapi tidak boleh menyentuhnya." Ucap polisi lalu meminta seorang petugas memperlihatkan foto jenasah kepada Marons. Ketika melihat foto yang diperlihatkan polisi, Marons mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menarik keras rambutnya untuk menyamarkan denyutan di kepalanya.
Dia tidak tahu mau marah atau sedih. Perasaannya campur aduk. Sambil mengangguk ke arah polisi, dia mengisyaratkan sudah cukup melihatnya. "Pak, orang tua istri saya ada di luar. Apakah mereka belum bisa melihat anaknya? Atau jam berapa baru bisa dilihat?" Tanya Marons, agar mertuanya bisa tahu berapa lama harus menunggu di luar.
"Nanti kami informasikan kepada Pak Marons setelah ada pemberitahuan dari ruang autopsi." Polisi mulai berbicara dengan baik dan sopan, setelah mengetahui siapa Marons dan juga dia sangat koperatif. Marons mengangguk lalu keluar dari ruang jenasah.
Dia langsung menghubungi pengacaranya saat sudah di luar. "Danny, tidak usah datang ke rumah sakit. Tunggu kabar dariku, nanti kita bertemu di kantor." Ucap Marons saat pengacara Danny merespon panggilannya.
"Baik, Pak. Apakah bapak baik-baik saja?" Tanya Danny khawatir dengan kondisi Marons. Dia bertanya formal, karena berpikir Marons ada bersama keluarganya.
"Pertanyaan macam apa itu? Bagaimana aku bisa baik-baik saja dalam kondisi seperti ini? Aku mau berdiskusi denganmu, tapi tidak di sini. Jadi percuma kau datang ke sini. Nanti kita pusing berjamaah. Kita tunggu apa kata polisi baru bahas di kantor." Ucap Marons yang mulai emosi dengan situasi yang tidak dimengertinya.
Setelah selesai telpon, dia melihat orang tuanya sudah datang dan berjalan mendekatinya setelah berbicara dengan mertuanya. "Marons, kenapa bisa jadi begini? Apa sebenarnya yang terjadi?" Tanya Ayahnya, setelah berada di dekatnya.
Sedang diselidiki polisi, Ayah. Aku juga tidak mengerti. Tadi pagi ...." Marons kembali menceritakan cerita yang sama seperti kepada mertuanya, karena hanya itu yang dia tahu. Ayahnya melihat Marons dengan wajah sedih, cemas dan tidak mengerti.
"Kau sebagai suaminya, kenapa tidak tau istrimu kemana, Marons?" Tanya Ibunya yang sejak tadi menyimak apa yang dikatakan Marons. Ibunya juga tidak mengerti apa yang sedang terjadi, walau sudah dijelaskan oleh Marons.
"Ibuuu. Memangnya kami kembar siam, sehingga dia menempel denganku ke mana saja?" Tanya Marons yang sudah naik level emosinya sejak keluar dari ruang jenasah. Ayahnya langsung mengusap lengannya untuk menenangkan.
"Sudaaa... Kau pergi ke kantin untuk minum sesuatu supaya bisa berpikir dengan baik. Biarkan kami menunggu di sini, nanti Ayah hubungi kalau ada informasi." Ayahnya coba mengerti situasi dan mau menenangkan Marons yang sedang sedih dan bingung.
^^^Marons segera ke kantin untuk beli air mineral untuk semua yang sedang menunggu sebagaimana dikatakan Ayahnya. Dia butuh minuman untuk bisa berpikir jernih dan menenangkan pikirannya.^^^
"Ibu... Saat ini kalau berbicara dengan Marons, harus hati-hati. Apa Ibu tidak lihat wajahnya? Dia sendiri sedang sedih, bingung dan khawatir. Jangan menambah beban pikirannya lagi." Ucap Ayah Marons setelah Marons menjauh dari mereka.
"Tapi, Yah... Itu akan ditanyakan banyak orang, jika tahu Rallita meninggal seperti ini. Peristiwa ini akan menjadi pembicaraan." Ibu Marons coba membela apa yang dipikirkannya.
"Biarkan orang lain bertanya, asal jangan kita. Marons adalah anak kita, saat ini dia sangat membutuhkan dukungan kita. Jangan Ibu tambah pertanyaan lagi, karena ada banyak pertanyaan di kepalanya dan pasti dia belum temukan jawabannya. Apa Ibu tidak merasakan cemas dan khawatirnya?" Ayah Marons menjelaskan kondisi dan situasi Marons serta mengingatkan istrinya. Agar bisa mengerti dan tidak bertanya hal-hal yang membuat Marons emosi, karena tidak tahu jawabannya.
...~***~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ʜ֟͜͡ᴠ🦂⃟ꜱᴇᷤᴛᷤʏᷫᴀ ♥️ Fℰβℜɣᴮᵉᵉ ⃝
bener tuh biarkanlah polisi aja yg bertanya jangan mertua nya Maros Karena dia belum tau kematian istrinya itu seperti apa
2023-07-09
3
ʜ֟͜͡ᴠ🦂⃟ꜱᴇᷤᴛᷤʏᷫᴀ ♥️ Fℰβℜɣᴮᵉᵉ ⃝
kenapa kok suami nya gk tau kalau istrinya keluar rumah saat malam hari sih 🤔
2023-07-08
3
Ayah Marons sangat bijak 😊😊 ... masih penasaran flash back nya kyk apa ....
2023-01-22
3