...~•Happy Reading•~...
Kaliana tetap serius melihat sekitar luka di tangan Marons. "Pak Danny, apakah anda pengacara korban juga?" Tanya Kaliana serius. "Sementara ini, iya. Karena korban, istri Pak Marons. Jika tidak masalah dengan Pak Marons, saya akan jadi pengacara korban. Tapi jika ada masalah, saya akan jadi pengacara Pak Marons. Saya berencana akan menemui pengacara orang tua korban. Mungkin bisa berubah, mereka yang akan menyediakan pengacara untuk korban."
"Kalau begitu, mari kita segera ke rumah sakit untuk lakukan pemeriksaan. Pak Danny, harus selangkah di depan penyidik. Cakaran ini bisa jadi bukti Pak Marons terlibat atau bisa membebaskan beliau. Jejak ini tidak hanya ada pada Pak Marons, tapi juga ada pada korban. Dengan luka seperti ini, tidak mungkin tidak ada jejak di kuku korban." Kaliana serius memeriksa seluruh tangan Marons dengan mengangkat tangan kemejanya lebih tinggi. Dia mau menyakinkan tidak ada luka lain, selain luka yang belum sembuh.
"Mungkin hasil autopsi akan ada kuku yang patah dan jejaknya ada di sini. Pak Marons akan kesulitan, karena saksinya sudah jadi korban dan tidak bisa jelaskan penyebabnya." Ucap Kaliana lagi, sambil menunjuk luka di tangan Marons.
"Apa ada cctv di rumah atau lingkungan Pak Marons? Atau ada saksi yang melihat pertengkaran malam itu?" Tanya Kaliana lagi yang telah berpikir cepat tentang kondisi yang diceritakan Danny.
"Tidak ada cctv di rumah. Kalau disekitar rumah seperti tetangga, saya tidak tau. Kalau melihat, mungkin Bibi yang kerja di rumah, karena hanya ada kami bertiga." Marons mulai serius menanggapi apa yang dikatakan Kaliana. Dia tidak pernah berpikir betapa bermanfaatnya cctv. Selama ini dia tidak memikirkan untuk pasang cctv di rumah atau sekitarnya.
Kaliana tertegun, mengetahui Marons belum punya anak. "Kalau begitu, mungkin ini masih keburu. Kita ke rumah sakit umum untuk periksakan ini." Ucap Kaliana serius, lalu menurunkan tangan kemeja Marons dan merapikan. Mereka harus bertindak cepat, sebelum terlambat.
"Apa tidak bisa ke dokter pribadiku saja?" Tanya Marons, karena dia masih merasa tidak enak untuk berbicara dengan dokter yang belum dikenal.
"Jangan. Kita ke rumah sakit dan dokter umum dulu. Aku hanya ingin memastikan dengan keterangan medis yang resmi. Setelah itu baru ke dokter pribadi. Pak Danny tolong cari rumah sakit terdekat dari sini, ya." Rencana untuk mengamankan bukti langsung tersusun di kepala Kaliana. Mungkin sekarang tidak dibutuhkan, tetapi saat selesai autopsi dan diperiksa sebagai saksi, mereka tidak akan terjebak dengan luka di tangan Marons.
"Kita ke rumah sakit tempat Yogi dinas saja. Supaya kalian bisa langsung bertemu Yogi setelah itu." Ucap Danny kepada Marons, mengingatkan teman mereka dokter Yogi dan rumah sakit tempatnya bertugas. Marons hanya bisa mengangguk pasrah.
"Pak Danny jangan katakan apapun kepada teman dokter anda. Tunggu kami selesai periksa, baru anda hubungi dan kita bertemu di sana." Ucap Kaliana serius. Marons dan Danny mengangguk walau masih meraba apa maksud permintaan Kaliana.
"Kalau begitu, Pak Marons bisa menumpang mobil Mbak Anna ke rumah sakit? Tadi kami bersama ke sini naik mobil saya. Tapi sekarang saya akan bertemu pengacara keluarga korban untuk mengetahui posisi kami. Kita akan bertemu di rumah sakit. Bisa, Mbak?" Ucap Danny serius, melihat keseriusan Kaliana.
"Bisa, Pak. Silahkan Pak Danny shareloc rumah sakitnya ke saya. Nanti kita bertemu di sana setelah Pak Marons diperiksa. Jika ada perkembangan baru dari forensik, tolong info ke saya. Saya urus yang ini, baru berbicara dengan Pak Danny lagi." Kaliana mengatakan rencananya dan apa yang ada dipikirannya belum bisa dibicarakan sebelum selesai periksa luka Marons.
"Ooh iya, Pak Marons, tolong ingat semua yang terjadi belakangan ini dengan istri anda. Sekecil apapun, tolong beritahu saya." Ucap Kaliana serius dan tegas. Kalau sudah mulai bekerja, dia sangat profesional, karena taruhannya nama baik dan kelanjutan profesinya. Marons mengangguk mengiyakan, karena dia ingin kasusnya bisa terungkap.
Mereka bertiga segera berdiri meninggalkan restoran menuju tempat parkir. Saat hendak naik mobil Kaliana, Marons terkejut dan mau berkata, tetapi dia menahannya. Mobil Kaliana tidak mencerminkan milik seorang wanita. Selain mobil jeep hard, ban mobilnya sudah diganti dengan ban yang berukuran besar, sehingga lebih tinggi dan kokoh. Dia tidak memperhatikan saat datang, karena lebih tertarik dengan suara musiknya.
Setelah berada di dalam mobil, Marons makin takjub dengan kondisi mobilnya. Selain jok mobilnya empuk dan nyaman, aroma wangi dalam mobil lembut dan sangat menenangkan. 'Ternyata dia ada sisi wanitanya juga.' Marons berkata dalam hati.
Sebelum menghidupkan mesin mobil, Kaliana buru-buru mengecilkan volume suara musik. Dia khawatir Marons akan terkejut mendengar suara musiknya. "Kalia..." Panggil Marons tiba-tiba saat Kaliana sudah menghidupkan mesin mobilnya.
"Yaa, Mas." Jawab Kaliana spontan membuat dia hampir menggigit lidahnya yang asal jawab. Dia mengalihkan rasa grogi salah jawab dengan mengotak-atik sound systemnya tanpa melihat Marons
Marons yang hendak mengatur kursinya, tertegun mendengar jawaban Kaliana. Dia merasa kepalanya bagaikan disiram dengan air yang sejuk. Dia langsung mengalihkan perasaan yang tiba-tiba itu dengan mengajak Kaliana berbicara. "Saya boleh tidur sebentar? Kepalaku agak pening dan mulai sakit." Marons meneruskan ucapannya saat memanggil nama Kaliana.
"Iya, silahkan. Pak Danny sudah shareloc rumah sakit, jadi saya bisa langsung ke sana. Pak Marons istirahat saja." Kaliana kembali bersikap formal. Dia bisa memahami kondisi Marons. Setelah memutar lagu dengan volume yang pelan, dia membawa jeep hardnya keluar tempat parkir. Di susul oleh Danny di belakangnya.
'Sopapaku, sabar, ya. Kali ini ada tamu, jadi kita loouuw N slooouuww dulu.' Kaliana berbicara sendiri dengan dirinya, seakan-akan sedang berbicara dengan mobilnya. Karena dia memutar lagu dengan volume suara musik yang sangat pelan.
"Keraskan saja suaranya." Ucap Marons yang sudah menurunkan sandaran kursi dan memejamkan matanya. Kaliana terkejut, tapi ikut menambah volume suara. "Lagiii... Sedikit lagi.... Ya, cukup." Marons memberikan komando sambil memejamkan mata. Jadinya volume suara musik hampir normal untuk Kaliana.
'Apa sekarang Marons sudah bisa baca pikiran orang?' Tanya Kaliana dalam hati, karena Marons meminta seperti tahu, tadi dia berbicara dengan dirinya. Sedangkan Marons sambil memejamkan mata, meminta demikian karena dia tahu Kaliana suka mendengar suara musik yang agak keras.
^^^Marons tahu, tadi saat mobil Kaliana masuk tempat parkir, musik dari mobilnya terdengar dari tempat duduk mereka di restoran. Sehingga menarik perhatian beberapa orang yang sedang makan di bagian luar.^^^
Ketika tiba di rumah sakit, Kaliana mengecilkan volume suara musik lalu melihat Marons. Ternyata Marons benar-benar tidur, karena terdengar suara dengkuran halus. Kaliana yang hendak membangunkan Marons, jadi tertegun. Tapi mengingat keterbatasan waktu, dia menguatkan hati untuk membangunkan Marons.
"Kita sudah sampai? Terasa cepat sekali. Apa anda ngebut?" Tanya Marons setelah selesai loading dan menyadari keberadaannya.
"Tidak juga, Pak. Kecepatan normal dan tadi jalanan tidak terlalu padat. Apakah belakangan ini, anda kurang istirahat?" Tanya Kaliana heran, karena melihat Marons bisa langsung tidur.
"Tidak juga. Malah belakangan saya sering cepat tidur, karena merasa sangat ngatuk. Mungkin karena kecapean kerja di kantor." Marons berkata sambil melepaskan sabuk pengaman. Kaliana yang sudah melepaskan sabuk pengamannya, jadi melihat Marons dengan serius.
...~***~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
suka cara kerjanya kaliana tegas dan sangat detail sekali
2022-12-31
4
🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴
kaliana keceplosan ya panggil marons mas 🤭🤭
2022-12-31
4
𝐁𝐀ʰᵃ
tidurnya nyenyak ya gk brasa lah keenan😁😁
2022-11-27
3