...~•Happy Reading•~...
Ayah Marons melihat punggung Marons dengan rasa khawatir. "Jika ini bukan kecelakaan, tetapi pembunuhan, kau bisa bayangkan apa yang akan terjadi ke depan? Hidup kita dan terutama Marons tidak akan tenang." Ayah Marons yang mulai khawatir, berharap hanya kecelakaan biasa.
"Jangan kau samakan kehidupan rumah tangga kita, sama dengan rumah tangga Marons. Walaupun Marons tidak bercerita, tapi aku dengar banyak hal di kantor tentang Rallita. Bagaimana dia suka datang tiba-tiba ke kantor dan meminta sekretaris Marons membatalkan beberapa schedule Marons, karena hendak pergi dengannya."
"Dengan karakter Marons, pasti di rumah akan terjadi ribut. Di kantor dia bisa kendalikan emosinya, tetapi setelah berdua sendiri, apa yang akan terjadi? Kau bisa pikirkan sendiri. Oleh sebab itu, aku berharap ini kecelakaan biasa. Jika pembunuhan, posisi Marons akan sangat sulit." Ayah Marons makin khawatir memikirkan putranya.
"Mengenai pertanyaanmu, kenapa Marons tidak tahu keberadaan istrinya, mungkin saja Rallita tidak kasih tahu mau Marons. Atau dia tidak minta ijin dari suaminya saat mau pergi. Aku tau kau ada dimana dan juga sebaliknya, karena kita saling memberitahukan mau kemana. Atau sedikit banyak minta ijin. Coba pikirkan itu, agar bisa melihat peristiwa ini dengan baik." Ayah Marons berpikir dan bisa mengerti, karena sesama pria.
Tiba-tiba polisi keluar dari kamar jenasah, lalu memanggil Marons untuk masuk ke kamar jenasah. Marons yang baru kembali sambil membawa minuman di tangan, langsung menyerahkan semua minuman yang di bawa kepada adik iparnya untuk dibagikan.
"Pak Marons, kita akan kembali ke kantor polisi karena sudah ada kepastian awal, istri Pak Marons meninggal karema dibunuh. Ini bukan kecelakaan biasa, tapi karena pembunuhan. Almrh meninggal diantara pukul dua sampai tiga pagi. Jadi sekarang kita kembali ke kantor untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan Perkara (BAP)." Polisi menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
"Semua keluarga Pak Marons juga ikut ke kantor polisi. Karena kami juga akan membuat BAP saksi untuk semua orang yang berhubungan dengan Almrh, agar bisa menyelesaikan kasus ini dengan cepat." Ucap polisinya lagi.
"Baik, Pak. Lalu kapan jenasah istri saya sudah bisa diambil untuk kami bawah pulang?" Tanya Marons sebelum meninggalkan ruang jenasah.
"Nanti kalau sudah selesai autopsi dan lengkap semua yang harus diperiksa. Ini kasus pembunuhan, jadi prosesnya akan sedikit lama. Jadi Pak Marons harap bersabar." Ucap polisi lalu mengajak Marons keluar ruangan.
"Ooh iya, Pak, saya ikut mobil orang tua saya ke kantor polisi." Ucap Marons setelah di luar dan berbicara dengan orang tuanya dan mertua, apa yang disampaikan polisi tentang peristiwa yang menimpa istrinya.
Ayah dan Ibu Marons terdiam, karena apa yang mereka khawatirkan sebelumnya tentang Marons bisa jadi kenyataan. Mereka melihat Marons yang berusaha tegar dan tenang saat bicara dengan mertuanya.
"Marons, apa kita perlu memberitahukan pengacara untuk mendampingi kita? Ini kasus pembunuhan, jadi kita harus hati-hati. Walaupun kita hanya saksi, jika salah mengatakan sesuatu, bisa jadi tersangka. Terutama kau, segera hubungi pengacaramu untuk dampingi. Ayah akan hubungi pengacara keluarga, jika perlu." Ayah Marons jadi cemas.
"Iya, Ayah. Aku sudah hubungi. Dia akan langsung ke kantor polisi. Ayah jangan hubungi pengacara keluarga dulu. Nanti dengar dari pengacaraku, bagaimana baiknya. Biarkan pengacara keluarga Rallita yang datang, mungkin orang tuanya membutuhkan pendampingan." Ucap Marons setelah berada dalam mobil orang tuanya.
Setelah tiba di kantor polisi, pengacara Marons sudah menunggu. "Pak Marons, jika ditanya penyidik, katakan saja yang terjadi hari ini saat bapak mencari Ibu Rallita." Pengacara Marons mengingatkan.
"Bapak dan Ibu juga, katakan yang diketahui hari ini. Jangan katakan yang dipikirkan, tetapi yang nyata terjadi. Supaya bisa cepat selesai. Untuk diketahui, semua catatan dalam BAP, akan dipakai Jaksa untuk mendakwa seseorang. Jadi berhati-hatilah dalam menjawab pertanyaan penyidik." Pengacara mengingatkan orang tua Marons. Sedangkan mertua Marons sedang berbicara dengan pengacara mereka.
^^^Pemeriksaan orang tua dan mertua Marons sebagai saksi tidak terlalu lama, karena mereka sudah dua minggu lebih tidak bertemu dengan Rallita. Terakhir orang tuanya hanya berbicara lewat telpon dua hari lalu, itu juga hanya Mamanya. Sedangkan orang tua Marons malah lebih lama tidak bertemu dan berkomunikasi dengan Rallita. Pertemuan terakhir mereka, saat Marons dan Rallita datang ke rumah mereka untuk ulang tahun Ibu Marons sebulan yang lalu.^^^
^^^Setelah itu, orang tua dan mertuanya diijinkan pulang dengan catatan harus koperatif jika diperlukan keterangan mereka sesuai perkembangan kasus. Sedangkan Marons dan pengacaranya masih tinggal, karena keterangan Marons sangat diperlukan untuk mempercepat pengungkapan kasus tersebut.^^^
"Kapan terakhir Pak Marons bertemu dengan Ibu Rallita?" Tanya penyidik, setelah ditinggal orang tuanya.
"Tadi malam sebelum tidur, Pak." Jawab Marons singkat.
"Tadi malam jam berapa? Kalau tidak tau pasti, bisa kira-kira, sekitar jam berapa." Ucap penyidik lagi.
"Saya tau, Pak. Jam sembilan lima empat." Jawab Marons yakin. Membuat penyidik melihatnya dengan serius.
"Bapak sangat yakin dengan waktunya sampai ke menitnya?" Penyidik jadi curiga, seakan-akan Marons sudah menyiapkan semuanya untuk alibinya.
"Iya, Pak. Saya tahu jam dan menitnya, karena saat mau tidur, saya atur alaram untuk bangun pagi. Jadi melihat jam itu di ponsel saya." Marons mencoba tenang dan berpikir dengan baik.
"Apa saat itu Ibu Rallita sudah tidur juga?" Tanya penyedik lagi
"Belum, Pak. Istri saya masih nonton TV di ruang keluarga. Saya harus bangun pagi, jadi tidur lebih dulu." Marons menjelaskan lagi.
"Setelah itu, Pak Marons tidak bertemu dengan Ibu Rallita lagi?" Tanya penyidik untuk meyakinkan.
"Iya, Pak. Saya bertemu dengannya lagi di kamar jenasah itu." Marons tetap berusaha tenang dalam menjawab.
"Pak Marons sudah menikah dengan Ibu Rallita berapa lama?" Tanya penyidik
"Hampir dua tahun, Pak. Tiga bulan lagi, dua tahun." Ucap Marons perlahan sambil mengingat bulan pernikahan mereka.
"Apakah pernah berselisih atau bertengkar selama pernikahan bapak dan ibu?" Tanya penyidik lagi.
"Iya, ada. Namanya dua orang yang berbeda karakter, lingkungan dan latar belakang, harus hidup bersama dalam satu rumah. Pasti ada benturan, jika yang dilakukan tidak sesuai di hati masing-masing. Tapi saya menganggapnya sebagai proses untuk saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain." Jawab Marons.
"Kalau begitu, kita cukup sampai di sini dulu. Nanti kami akan memanggil Pak Marons lagi, jika memerlukan keterangan tambahan setelah selesai proses autopsi." Ucap penyidik, lalu berdiri dan menyalami Marons.
Marons mengiyakan, lalu keluar kantor polisi menuju mobilnya. "Danny, langsung ke kantor." Ucap Marons, saat mereka telah berdua di tempat parkir.
Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di kantor. "Danny, tolong cari penyelidik swasta untukku. Usahakan secepatnya, karena ini menyangkut hidup dan masa depanku." Marons berkata serius saat mereka sudah dalam ruang kerjanya.
"Ada apa Marons? Apakah ada yang kau sembunyikan dariku?" Tanya pengacara Danny. (Jika mereka hanya berdua, akan saling memanggil nama, karena mereka berteman baik dari masa sekolah).
"Saat penyidik itu bertanya tentang pertengkaran, aku jadi ingat. Tiga hari yang lalu aku ribut besar dengan Rallita." Ucap Marons sambil menunjuk goresan di tangannya.
...~***~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ʜ֟͜͡ᴠ🦂⃟ꜱᴇᷤᴛᷤʏᷫᴀ ♥️ Fℰβℜɣᴮᵉᵉ ⃝
semangat Maros walau ditinggalkan istrinya saat tidur & belum tau siapa yg membunuh istrinya ya
2023-07-08
3
Santaiii aja Marons klo emg gk terlibat ... kadang yang nmnya penyidik tuh penuh selindik 🌝🏃
2023-01-22
3
TIARA
ceritanya menarik
2023-01-12
3