Bab 15

Imam membawa Emeli makan malam di sebuah Restoran yang sedang viral, dia sengaja mengajak Emeli untuk mendekatkan diri dan bertahan dalam hubungan rumah tangga kali ini.

Mereka berangkat dengan senyuman tersemat di kedua sudut bibir Emeli.

Bahagia?

Tentu saja, ini merupakan kali pertama Imam membawa nya dinner dengan ide nya sendiri dan tanpa paksaan.

Selama perjalanan berlangsung, Emeli terus saja di liputi rasa haru dan bahagia. Bolehkah dia beranggapan bahwa Imam sudah mencintai nya? Seperti dirinya yang memang sejak dulu sudah menaruh cinta pada Suaminya.

Ya, Emeli adalah sahabat kecil Imam. Mereka tumbuh di lingkungan yang sama dan saat usia remaja Emeli ikut serta pindah bersama orangtua nya ke Kalimantan.

*

Tiba di Restoran, Imam menggandeng lengan Emeli dan membawa nya masuk ke dalam.

Dia sudah memesan meja di ruangan terbuka di lantai dua, beberapa anak manusia berpasangan memenuhi lantai tersebut.

"Kita duduk dimana, Mas?" tanya Emeli.

"Di pojok sana, disana view nya langsung mengarah ke arah jalan raya dan menampilkan hingar bingar kota Jakarta" jawab Imam sambil terus membawa Emeli ke arah belakang.

Setelah sampai, mereka langsung duduk dan segera memesan makanan.

Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, entah kenapa Emeli merasa jadi bahan tatapan yang ada di sana.

'Kenapa? Perasaan aku berpakaian dan berdandan biasa saja'

Pikir Emeli dengan tatapan heran saat melihat lagi dan lagi orang menatap nya.

Bukan tatapan julid ataupun iri, tetapi seperti tatapan kagum?

Kagum?

Ya kagum karena mendapatkan Imam yang sangat romantis dan perhatian.

Begitulah pikiran orang yang ada di sana.

"Loh Imam" sapa seorang wanita pada Imam.

"Sama siapa disini? Eh ini siapa, kok bukan Calista?" tanya nya lagi dengan bingung.

Ehem.

Imam berdehem dan memegang tangan Emeli dengan mesra nya.

"Dia Emeli, Istriku. Aku dan Calista sudah lama pisah" jawab Imam tenang.

Hah.

Wanita tersebut menatap Imam tak percaya, lalu dia menatap Emeli dengan tatapan penuh selidik.

Cih,

Wanita tersebut langsung berdecih dan pergi dari sana, dia seolah tahu siapa Emeli sebenar nya.

"Biarkan saja" ucap Imam dengan lembut.

Emeli mengangguk dan tersenyum hangat pada Imam, lalu keduanya terlibat obrolan kecil sambil menunggu makanan tiba.

Keduanya tidak terlibat obrolan apapun , Imam langsung melahap makanan di hadapan nya begitupun dengan Emeli.

Tak ada kata yang keluar dari mulut mereka selain seuntas senyum dan juga gerakan mengunyah.

Hampir beberapa saat mereka menghabiskan makan malam nya, hingga tiba mereka bersantai dan menikmati deserrt yang Imam pesankan.

"Tau aja kalau aku ingin makan puding buah" celetuk Emeli tersenyum.

"Memang itu kebiasaan mu kan, kalau selesai makan yang berminyak begini selalu makan buah ataupun puding buah" balas Imam terkekeh kecil.

Deg.

Emeli terdiam seketika, dia cukup tertegun karena Imam mengingat kebiasaannya sejak dulu.

Boleh bahagia?

Mungkin itulah yang akan Emeli tanyakan saat ini.

Setelah berdiam dan menikmati udara disana cukup lama, Imam mengajak Emeli untuk jalan-jalan sebentar ke Taman yang cukup dekat dengan Restoran tersebut.

Keduanya bangkit bersama dan bahkan Imam menggenggam tangan Emeli kembali.

Namun,

Langkah keduanya terhenti saat melihat siapa yang datang,

'Calista'

Lirih Emeli dengan mengeratkan genggaman nya pada lengan Imam.

"Eh hai Mam" sapa wanita yang sedang bersama Calista.

"Hai" balas Imam canggung

Canggung?

Tentu saja, saat ini Calista sedang bersama dengan para sahabat dan tentu nya Imam pun mengenal mereka.

Bahkan dulu Imam pernah memamerkan hubungan mereka yang takan kandas karena orang ketiga ataupun pihak keluarga.

"Wow, keren sekali kau Imam"

"Sudah dapat pengganti Calista aja, eh dan aku denger katanya dia sahabat kecil nya"

Celetuk salah satu dari mereka dengan tatapan sinis.

Sedangkan Calista, dia memilih pergi dari sana dan duduk di tempat yang sudah mereka pesan sebelum nya.

"Yang katanya gak akan kandas sama pihak keluarga" timpal yang lainnya dengan penuh ejekan.

Haha.

Ketiga sahabat Calista pun sontak langsung tertawa begitu melihat wajah memerah Emeli.

Kemudian mereka bertiga pergi dari sana dengan masih tawa yang menderu di bibir nya.

"Ehh"

Salah satu dari mereka menghentikan langkah nya dan berbalik kembali ke arah Imam dan Emeli.

"Hati-hati Mbak, Ibu dan Ayah nya mata duitan! Calista saja saat masih kerja dan masih menantu nya di poroti habis-habisan" bisik nya dengan serius.

"Ahh bisa saja karena mereka tau kamu kaya jadi tidak di permasalahkan kalau tidak kerja juga, kalau kamu miskin? So, tau lah akan gimana kedua mertu mu itu" lanjut nya lagi dengan wajah serius.

Imam membawa Emeli segera peegi dari sana, dia sungguh muak dengan semua ini.

Langkah Imam terhenti dan menatap Calista dengan sangat tajam.

'Awas kau Calista'

Mungkin itulah arti dari sorot mata Imam pada Calista.

Calista takut?

Dia malah menantang nya dengan senyuman penuh ejekan.

Sontak saja Imam menggeram kesal dan segera berlalu dari sana.

Imam dan Emeli langsung pulang ke Rumah, mood keduanya sudah hancur karena bertemu Calista dan para sahabat nya.

Di sepanjang perjalan pulang, Emeli diam saja berbanding terbalik saat tadi berangkat.

Dia sedikit terpengaruh oleh omongan sahabat Calista tersebut.

'Tidak mungkin Ibu dan Ayah akan melakukan itu jika aku bangkrut'

Pikir Emeli dengan gelengan kepala yang kuat.

"Jangan terlalu di pikirkan" ucap Imam lembut dengan genggaman tangan pada sang Istri.

"Iya Mas" balas nya.

Hening.

Suasana dalam mobil kembali hening dan Emeli memilih menatap ke arah luar jendela mobil.

Huh.

Hembusan nafas kasar terdengar dari mulut ranum Emeli, Imam melirik nya sekilas dan membiarkan kembali.

Hingga tiba mereka masih tetap diam dan tanpa obrolan apapun lagi.

Imam mengandeng lengan Emeli dan membawa nya masuk, setelah memastikan semua terkunci dan aman keduanya langsung ke kamar.

Klik.

Imam mengunci kamar dan langsung mengganti pakaian nya.

"Mas, apa benar Ibu akan marah jika aku hanya berleha-leha saja?" tanya Emeli setelah keduanya duduk bersandar di atas ranjang.

"Tidak, jangan dengarkan mereka! Mungkin mereka iri pada kita" jawab Imam tegas.

Emeli mengangguk, dia kemudian merebahkan tubuh nya.

Begitupun dengan Imam, dia ikut serta merebahkan diri nya dan memeluk Emeli dengan hangat.

Dan malam itu Imam tak membiarkan Emeli tidur dengan nyenyak.

Keduanya mendesa* dan mengeluarkan keringat dengan badan yang polos sempurna.

Apa itu cinta atau hanya nafsu saja?

Kadang Emeli merasa bahagia karena Imam tak canggung lagi saat akan melakukannya.

Namun, Emeli juga pernah bertanya apa itu hanya nafsu saja dan tak ada pilihan lain selain pada dirinya?

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Tifani Putri

Tifani Putri

makasih atas doubel up nya
...d tunggu lagi upnya...semangat

2022-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!