Bab 8

Pagi nya, Calista kaget saat melihat kiri dan kanan nya ada Abang dan Kakak Ipar nya.

"Ya ampun, kenapa mereka tidur disini" gumam Calista dengan terkekeh.

Kemudian Calista bangun dengan perlahan, dia lalu ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke pengadilan.

"Jangan lemah" gumam Calista dengan menatap dirinya dinpantulan cermin.

Ceklek.

Calista keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan pakaian nya, lalu dia melihat kedua Kakak nya sudah bangun dan duduk di ranjang.

"Kenapa gak bangunin, Mbak?" tanya Melodi dengan kesal.

"Hehe, kalian tidur sangat pulas" jawab Calista dengan terkekeh kecil.

Huh.

Dengus Melodi dengan wajah yang di palingkan, kemudian Melodi melangkah keluar kamar Calista bersama dengan sang Suami.

"Sarapan lebih dulu, karena kantor pengadilan cukup jauh dari sini, Dek" ucap Melodi menghentikan langkah kaki nya.

"Iya Kak, do'a kan aku ya" balas Calista lirih.

Melodi mengangguk dengan senyuman di wajah nya.

Setelah kepergian Melodi dan Fero, Calista bersiap dengan segera.

Kemudian dia meraih tas, dompet serta ponsel nya yang ada di nakas.

Ceklek.

Klik.

Calista mengunci pintu dan segera turun dari lantai atas, setelah nya dia langsung ke ruang makan.

"Non, mau makan sekarang?" tanya pelayan.

"Iya Bi, dan tolong panggilkan Anjas" jawab Calista lembut.

Pelayan tersebut mengangguk, kemudian dia beranjak dari sana setelah menyiapkan makanan untuk Nona muda nya.

Hingga tak berselang lama terdengarlah derap langkah ke arah ruang makan.

Tap.

Tap.

"Mbak, sudah siap?" tanya Anjas sambil menarik kursi yang akan di duduki nya.

"Sarapan dulu, perjalanan kita cukup jauh" jawab Calista.

"Baiklah, Mbak" patuh Anjas.

Kemudian keduanya sarapan tanpa Abang dan Mbak Ipar nya, hingga setelah sarapan tandas pun mereka langsung bergegas berangkat.

*

Selama perjalanan berlangsung, Calista hanya diam dengan pandangan yang tertuju ke luar jendela mobil.

"Mbak, apa kau baik-baik saja?" tanya Anjas.

"Hm, aku baik-baik saja Dek" jawab Calista tersenyum.

"Terkadang kita harus mengalah demi sebuah kemenangan yang hebat" ucap Anjas dengan pandangan fokus ke depan.

Calista menatap sang Adik, lalu setelah nya menganggukan kepala.

"Ya kau benar, Dek. Dan, hari ini Mbak sedang menyusun agar masa depan lebih baik lagi" balas Calista dengan tersenyum.

Keduanya terus saja berbincang, hingga mereka tidak sadar dan mobil yang membawa mereka sudah tiba di depan pengadilan.

Jam sudah menunjukan angka 09 pagi, disana juga sudah terlihat ada mobil milik Imam yang sudah terparkir rapi.

"Nona, Tuan" sapa Pak Rudi, pengacara Calista.

"Apa kita terlambat, Pak?" tanya Anjas.

Pak Rudi menggelengkan kepala nya, kemudian dia membawa klien nya masuk ke dalam ruangan.

"Silahkan Nona Calista" ucap Pak Rudi.

"Terimakasih, Pak" balas Calista datar.

Deg.

Deg.

"Cal" lirih Imam.

Calista hanya melirik nya dan kembali fokus ke depan, dia tidak menghiraukan sama sekali akan keberadaan Imam dan keluarga nya.

Bahkan Emeli pun ada disana, duduk bersama dengan mantan Ibu mertua nya.

Persidangan pun di mulai, Calista hanya diam saja dan akan menjawab dengan jujur apa yang di tanyakan oleh sang hakim.

Namun, Imam menolak mentah-mentah gugatan tersebut hingga berujung di tunda dan akan di lanjutkan minggu depan.

Pak Rudi dan Calista sepakat untuk tidak langsung memberikan bukti pada hakim, mereka akan mengeluarkannya besok dan itu pula yang akan menjadi putusan hakim.

Tuk.

Tuk.

Tuk.

Sidang di tutup dan semuanya bubar.

Calista melangkah ke arah Anjas dan Pak Rudi, dia lalu memeluk Anjas sebentar untuk menenangkan perasaannya.

"Ayo pulang" bisik Calista.

"Pak Rudi, kami berdua permisi dulu" pamit Calista sopan.

"Silahkan Nona, minggu besok kita pasti akan menang dan anda akan terbebas dari mereka" balas Pak Rudi.

Calista dan Anjas mengangguk, kemudian mereka berpisah di depan pintu ruangan.

Anjas menggenggam tangan sang Mbak dengan erat, dia mencoba menyalurkan semangat padanya.

"Jadi ini Pria selingkuhan mu?" ucap Imam dengan nada tinggi.

Calista dan Anjas sontak saja kaget, mereka bahkan menghentikan langkah kaki nya.

"Tentu saja, bukankah aku kaya, tampan dan mapan? Lalu apa salah nya dengan kamu? Bahkan kamu saja sudah menikah kembali" celetuk Anjas dengan ketus.

Deg.

"Jangan serakah jadi Pria, kau mau dua wanita tapi tidak bisa adil. Namun untuk melepaskan malah kau persulit, kau Pria pengecut" ucap Anjas kembali.

"Diam kau" bentak Imam tersulut emosi.

"Kau yang diam, kau tak pantas lagi bersama dengan Mbak Calista. Karena apa? Karena kau adalah Pria yang tak bertanggung jawab, atau lebih jelasnya pengecut" sentak Anjas tak mau kalah.

"Hentikan" teriak Calista saat Imam akan melayangkan tinju nya pada Anjas.

Imam menurunkan tangannya, dia menatap Calista dengan tatapan yang begitu dalam dan kecewa.

"Kau membela nya, Cal?" lirih Imam tak percaya.

"Ya, karena Anjas memang tak salah" balas Calista lantang.

Cih.

Decih Ibu Emi dengan tatapan tak suka pada Calista.

"Anjas ayo kita pulang" ajak Calista dengan segera.

Kemudian Calista dan Anjas pergi dari sana, Calista bahkan tak menghiraukan tatapan Imam yang terus saja terpatri padanya.

"Ayo, Mas" ajak Emeli menggenggam tangan Imam.

Namun sayang, Imam melepaskan tangan Emeli begitu saja pada tangan nya.

Imam langsung saja masuk ke dalam mobil, dia duduk di samping kemudi.

Tak lama kemudian, Ayah dan yang lainnya pun masuk ke dalam mobil.

Ayah Imam melajukan mobil dengan segera, mereka akan langsung pulang karena hari sudah mau sore.

Selama perjalanan berlangsung, Imam hanya diam dengan tatapan yang kosong, bahkan dia cuek saat Ibu dan Emeli berbicara.

"Kau berubah Cal, apa semua ini karena Pria itu" batin Imam.

*

"Cih, Calista itu sok kaya dan sok cantik saja" gerutu Ibu Emi yang baru saja tiba di Rumah Imam.

Yap, mereka baru saja tiba di Rumah dan Ibu Emi langsung menggurutu tidak jelas.

"Dia pikir dia siapa ya, kita gak akan nyesel bahkan kita akan senang setelah perceraian ini selesai" ucap Ibu Emi kembali.

"Dan kamu Imam, kenapa malah mempersulit begini" bentak Ibu Emi pada Putra nya.

Huh.

"Karena aku mencintai Calista dan tak ingin kehilangan dirinya, Bu" balas Imam lantang.

Ck.

"Dia itu dari keluarga miski* dan juga mand*l, Imam" timpal Ayah dengan kesal.

"Kenapa kamu menutup mata dari Emeli, dia itu wanita berpendidikan tinggi dan juga terpandang. Bahkan dia bisa memberikan kita Cucu" lanjut Ayah Imam kembali.

Emeli?

Dia hanya diam saja dengan mengulum senyum kecil.

"Apa yang di katakan Ayah mu benar, Imam" ucap Ibu Emi.

Imam diam dan beranjak dari duduk nya, dia lalu masuk ke kamar dan menutup pintu nya dengan keras.

Brak.

.

.

.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Tifani Putri

Tifani Putri

Lanjuuut d tunggu up nya lagi...

2022-11-12

2

Yans

Yans

up teruus dong thor...

2022-11-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!