Hening.
Setelah Imam mengutarakan pendapat nya, semua mendadak diam dengan suasana yang cukup tegang.
"Kalau begitu kontrak kita batal, karena saya hanya ingin perusahaan ini membuat nya edisi terbatas" telak Calista tanpa ekspresi apapun.
"Berikan saya alasan kenapa anda ingin edisi terbatas, Nona Calista?" tantang Imam dengan tak tau malu nya.
'****'
Juan mengumpat kesal ke arah Imam, dia yang biasa nya akan mencetuskan ide cemerlang dan sekarnag malah membuat nya malu.
"Heh, nyata nya Tuan Juna ini salah menjuluki anda sebagai karyawan yang punya ide bagus" ledek Roy terkekeh.
"Saya menginginkan edisi terbatas karena saya mau costumer kembali lagi dan lagi, bahkan mereka akan di buat selalu penasaran dengan produk kita. Sampai sini paham, Tuan Imam" jelas Calista.
Glek.
Imam menelan pil pahit saat mendengar penjelasan dari Calista, karena memang ide seperti itulah yang akan membuat perusahaan mereka berkembang.
"Maafkan karyawan saya, Nona" ucap Juan dengan sopan.
"Tidak apa, saya permisi" balas Calista bangkit dari duduk nya.
"Dan semuanya akan di urus oleh sekertaris saya, Hani" jelas Calista kembali.
Roy menatap Imam dengan pandangan yang meremehkan, bahkan dia terlihat tidak suka pada Imam.
"Kalau dalah pekerjaan jangan libatkan masalah pribadi, Bung" bisik Roy tepat di depan wajah Imam.
Imam mengepalkan tangan nya dengan kuat, dia menatap kepergian kedua klien Boss nya dengan pandangan tajam.
Semua orang pergi dari sana, hanya meninggalkan Juan, Johan serta Imam saja.
Terpancar dari wajah Juan yang begitu menahan amarah nya pada Imam, bagaimana tidak? Luis Corp adalah perusahaan yang susah sekali mensetujui kerja sama perusahaan lain.
**
Tepat jam makan siang Imam izin untuk pulang, dia merasakan mood nya kurang enak dan sedikit kurang enak badan.
Bahkan Imam sendiri meminta sopir perusahaan untuk mengantar nya pulang.
"Sial, hanya gara-gara emosi semuanya langsung luruh. Awas saja kau Calista" geram Imam dengan tatapan tajam.
Yap, Imam di marahi Juan habis-habisan. Bahkan Juan melarang Imam untuk ikut serta dalam bisnis nya bersama dengan Luis Corp.
Imam sendiri hanya bisa pasrah dan menerima semua dengan perasaan yang amat kesal, dongkol dan emosi.
Dia memang terpancing emosi karena Calista yang berubah drastis, serta Imam kesal karena Calista seolah olah tidak mengenal nya sama sekali.
Perjalan pulang Imam hanya di lewati dengan keheningan saja, dia bahkan enggan menyapa sang sopir ataupun berkata sepatah kata apapun.
Hingga mobil melaju dan sampai di pelataran Rumah minimalis yang Imam dan Emeli huni selama mereka di Jakarta.
Brak.
"Ya Allah, kenapa Pak Imam ini" gumam sang Sopir kaget saat Imam menutup pintu dengan keras.
*
Imam masuk dengan langkah yang begitu tergesa dan wajah kesal.
Benci?
Ya, Imam benci akan Calista yang lebih unggul dari nya. Imam mengira bahwa setelah mereka berpisah, Calista akan memohon kembali padanya karena tak punya siapapun atau harta apapun.
Salah?
Ya selama ini ternyata Imam salah, dia tidak mengetahui sifat dan sikap prilaku Calista.
Bahkan Imam sendiri tidak pernah menaruh curiga pada Calista selama hidup berumah tangga dengannya.
"Mas"
"Loh kenapa nyelonong aja" gumam Emeli yang berdiri di dekat pintu utama.
"Mas"
Hening.
Suami nya tidak menjawab panggilan dari dirinya sama sekali.
Bingung?
Sudah pasti itu yang di rasakan oleh Emeli, dia tidak tahu kenapa sang Suami pulang lebih awal dan dalam keadaan yang suram begitu.
Ck.
Emeli berdecak kesal dan melangkah ke arah kamar mereka berdua.
Tok.
Tok.
"Mas" panggil Emeli.
"Aku ingin sendiri dulu, Em" teriak Imam dari dalam kamar.
Hah.
Emeli membuang nafas kasar, kemudian dia pergi kembali ke lantai bawah untuk membuat makanan.
'Aneh'
Begitulah pikiran Emeli saat ini.
*
Sedangkan di dalam kamar, Imam sedang meluapkan emosi nya dengan mengacak-ngacak yang ada di atas ranjang nya.
"Aarrgghhhh, awas kau Calista" teriak Imam dengan kencang.
Hah.
Hah.
Imam membuang nafas secara kasar, dia mencoba meredakan emosi nya yang meluap-luap saat ini.
Bagaimana tidak emosi, apalagi saat Imam mengingat tentang ucapan sang atasan sebelum dia keluar dari ruangan rapat.
-Flashback Now-
"Kau memalukan sekali Tuan Imam, bagaimana anda mempertanyakan hal yang begitu memalukan pada Nona Calista"
"Julukan pencetus ide cemerlang dalam diri anda itu tidaklah benar, bahkan anda sendiri malah memperlukan diri anda dan perusahaan dengan pertanyaan konyol itu"
Juan berbicara dengan wajah penuh emosi dan juga intonasi yang cukup dingin.
Glek.
"Ma maafkan saya, Tuan"
Hanya kata maaf saja yang Imam lakukan saat ini, dia memang merasa bodoh karena melakukan pertanyaan yang begitu tak masuk akal hanya karena emosi sesaat.
"Ck, sekalilagi kau bertindak seperti ini maka semua nya akan saya hancurkan! Dan team mu jangan mengambil pekerjaan yang berhubungan dengan Luis Corp"
Tegas dan sangat tegas Juan berucap, dia bahkan melototkan mata tajam pada Imam.
Brak.
Pintu ruangan tertutup dengan sangat keras, bahkan Imam memejamkan mata nya karena kaget.
'Sial'
Umpat Imam dengan perasan yang sangat kesal.
-Flashback Off-
Hah.
Hah.
Imam kembali meluapkan emosi nya saat dirinya di kamar mandi, dia mengguyur tubuh nya dengan air dingin agar segar dan fresh.
Hingga beberapa saat Imam telah menyelesaikan ritual mandi nya.
"Mas, kenapa semua berantakan begini?" tanya Emeli berdecak kesal dengan membereskan kembali bantal dan yang lainnya.
"Jangan banyak tanya, aku sedang pusing" bentak Imam pada Emeli.
Emeli langsung diam, dia memilih mengerjakan pekerjaannya dan setelah nya langsung pergi dari sana karena kesal akan sikap sang Suami, Imam.
Tap.
Tap.
Imam melangkah dari lantai atas, dia merasa lapar dan ingin makan.
"Em, aku ingin makan" ucap Imam pada Emeli yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Hemm" balas Emeli.
Keduanya lalu masuk ke ruang makan, Emeli mengambil beberapa lauk dan nasi untuk Imam dan juga dirinya.
Dan keduanya pun langsung makan dengan lahap serta tanpa suara sepatah kata apapun.
Setelah acara makan siang selesai, Emeli dan Imam duduk di halaman belakang.
"Em, bagaimana kalau weekend besok kita liburan" ajak Imam.
"Kemana, Mas?" tanya Emeli sangat antusias.
"Ke pantai saja" jawab Imam.
Emeli setuju, memang dia juga merasa mumet dan butuh liburan agar pikirannya jernih kembali.
Setelah membahas liburan, Emeli dan Imam pun menghabiskan waktu siang sampai sore mereka di halaman itu dengan bercerita.
Bahkan Imam terkesan sangat menerima Emeli setelah apa yang dia lewati bersama Calista.
Cinta?
Entahlah, hanya Imam yang tau akan perasaan hal seperti itu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments