1 minggu berlalu, Imam dan Emeli terlihat selalu interaksi dengan baik.
Bahkan tak jarang Imam membawa Emeli berbelanja demi memanjakan sang Istri.
Imam juga masih mencari keberadaan Calista, dia bahkan menyewa sedeorang untuk membantu nya.
Namun, pagi ini ada yang berbeda di kediaman Imam. Yang awal nya bahagia karena akan pergi piknik, jadi tegang begini.
Bagaimana tidak, pagi ini seorang kurir datang dengan membawa sebuah surat untuk Imam.
Pengadilan Agama.
Ya, itu surat dari pengadilan yang berarti surat gugatan cerai dari Calista.
"Bagaimana ini?" lirih Imam meremas surat tersebut dengan kasar.
"Ya gak gimana-gimana lah, Mam. Kamu tinggal hadir dan semua beres" celetuk Ibu Emi antusias.
"Lagian buat apaan kamu pertahanin dia, udah mah misk*n terus mand*l lagi" timpal Ayah Imam dengan santai nya.
Deg.
"Kenapa bisa mulut mereka sangat pedas begitu ya" batin Emeli dengan ngeri.
Imam tak bergeming, dia bangkit dan berjalan ke kamar nya dengan perasaan campur aduk.
Dia mengurung diri dengan mengunci kamar dari dalam, Emeli hanya menghela nafas kasar saja.
"Aku pikir , aku sudah berada di hatimu seutuhnya Mas ternyata aku salah. Kamu bahkan terlihat sangat mencintai Calista, walau kamu tahu bahwa dia terlihat bersama dengan Pria lain" batin Emeli sendu.
*
Di keheningan kamar ini, Imam menatap pigura yang melindungi poto pernikahannya bersama Calista.
Imam menatap nya penuh dengan kekecewaan dan sedih yang begitu kentara.
"Cal, apa kamu sudah tak mencintaiku lagi? Apa kamu sudah bahagia dengan Pria itu, hingga kamu menggugatku begini? Aku sudah bilang padamu kan Cal, bahwa aku tidak akan pernah menceraikanmu" ucap Imam.
"Dimana sebenarnya kamu, Cal. Aku bahkan sudah mencarimu kemana-mana, di kantor pun kamu tak ada" ucap nya lagi dengan sendu.
"Apa yang harus aku lakukan Cal, apa sebegitu marah nya kamu padaku sampai berbuat seperti ini. Kamu tahu, bahwa aku tidak akan begitu saja menceraikan mu" gumam Imam dengan merebahkan diri di atas ranjang.
Acara piknik pun berlalu dengan tidak jadi berangkat, Imam yang masih mengurung diri hingga malam menjelang. Bahkan Ayah dan Ibu nya pun tak ada yang berbuat apapun selain Emeli, Emeli terus saja membujuk Imam agar mau makan.
Tok.
Tok.
"Mas, makan malam dulu. Kamu sejak tadi melewatkan makan" lirih Emeli di balik pintu.
"Nanti saja, Em. Aku akan membersihkan diri lebih dulu" balas Imam dari dalam kamar.
Huh.
"Baiklah Mas" ucap Emeli dengan semangat, dia bersyukur karena Imam mau menjawab ucapannya.
Emeli kemudian kembali ke ruang makan, yang mana disana sudah kosong karena kedua mertua nya sudah masuk ke dalam kamar.
"Cuek sekali mereka, soal harta aja cepet tanggap" batin Emeli kesal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Berbeda dengan Calista, malam ini dia di panggil oleh sang Abang ke ruang kerja nya.
Tap.
Tap.
Ceklek.
"Bang, ada apa?" tanya Calista pada Fero.
"Duduk dulu, Dek" ucap Fero dengan melambaikan tangannya pada Calista.
Calista menganggukan kepala nya, dia kemudian duduk di hadapan sang Abang.
"Surat gugatan cerai mu sudah sampai di tangan Imam" ucap Fero menatap Calista dalam.
Hufh.
Calista membuang nafas kasar, dia menganggukan kepala nya.
"Dan besok adalah sidang pertama mu, semua sudah di urus oleh pengacara kita" jelas Fero kembali.
"Apa aku perlu datang, Bang?" tanya Calista.
"Kalau mau boleh, dan Anjas akan menemani mu" jawab Fero.
"Baik Bang" ucap Calista.
Fero lalu menyuruh Calista kembali ke kamar nya, dia juga akan istirahat karena hari sudah malam.
*
Calista duduk di kursi yang ada di balkon kamar nya, dia menatap ponsel yang menampilkan poto dirinya dan Imam yang sedang berlibur di Labuan Baj*.
"Semua nya berakhir Mas, ini yang aku pilih karena aku tak mau di madu. Kamu sendiri selalu menguatkan aku yang rwpuh kalau masalah keturunan, tapi apa sekarang? Kamu menikah di belakang ku hanya karena keturunan" lirih Calista nanar.
"Apa semua ini karena keturunan atau aku yang tampil miski*? Karena Ayah dan Ibu mu selalu saja membandingkan aku dengan wanita lainnya yang modis dan kay*" lanjut nya lagi dengan berdiri di dekat pagar balkon kamar.
Calista menatap langit yang indah dengan tatapan nanar dan berembun.
Tes.
Air mata nya jatuh kembali tanpa bisa ia cegah, Calista menangis dalam diam dengan semua yang sudah terjadi dalam hidup rumah tangga nya.
"Aku kalah, Mas. Aku menyerah" lirih nya kembali dengan isak tangis.
"Dan untuk kedua mertua ku, tunggulah aku sebentar lagi dengan semua yang aku punya. Kalian ingin wanita kaya untuk Putra kalian bukan? Maka aku akan wujudkan, menantu kaya yang sudah di buang, hahaha" kelakar Calista dengan tawa yang pilu.
Hiks.
Hiks.
"4 tahun bukanlah waktu yang singkat, aku bahkan rela meninggalkan semua nya demi kamu, Mas. Aku rela pergi dari Jakarta hanya demi kamu, dan masih banyak lagi pengorbanan ini.
Tapi apa? Kamu tidak menghargai nya sama sekali" ucap Calista geram.
"AKU BENCI KAMU IMAM" teriak Calista dengan sekuat tenaga.
Calista tidak mempedulikan bahwa Abang serta yang lainnya akan kaget, tetapi dia cukup lega setelah berteriak.
"Cal" panggil seseorang dengan lembut.
"Mbak Melodi" lirih Calista saat tubuh nya memutar dan melihat siapa yang memanggil nya.
Melodi hanya tersenyum saja, dia lalu merentangkan tangannya di hadapan sang Adik ipar.
Grep.
Hiks.
Hiks.
"Kenapa semua ini terjadi, Mbak. Aku tidak sekuat itu, aku mencintainya dengan tulus, hiks" lirih Calista dengan terisak di pelukan Melodi.
"Mereka jahat sekali Mbak, bukan hanya perkataanya saja yang pedas, tetapi tingkah nya juga sangat jahat.
Apa salahku selama ini, Mbak? Aku bahkan sudah berusaha jadi menantu yang baik dan berbakti, tetapi Ibu mertuaku selalu saja berkata pedas" ucap Calista kembali.
"Dan kini apa yang mereka lakukan padaku sungguh sangat membuatku sakit Mbak, aku harus apa? Hiks, sakit sekali" lirih Calista masih dengan isak tangis di pelukan sang Kakak Ipar.
Hening.
Melodi masih diam, dia kemudian mengusap lembut kepala Calista.
"Mungkin Allah sedang menunjukan bahwa mereka bukan yang terbaik untuk kamu, Dek. Lupakanlah dan bangkitlah, buat mereka menyesal karena sudah meremehkanmu" ucap Melodi tenang.
Calista mengangguk, perlahan namun pasti tubuh nya lemah dengan isak tangis yang reda.
Fero yang memang sejak tadi disana pun langsung saja menggendong sang Adik dan merebahkannya di atas ranjang.
"Aku akan tidur disini malam ini, Mas. Tidak apa kan?" tanya Melodi
"Tidak apa sayang, kita akan menemani Calista malam ini, disini" jelas Fero lembut.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Vita
lagi dong thooor...
cerita ny bagus...
2022-11-12
1