Bab 9

Sudah 2 hari sejak persidangan itu berlangsung, dan sudah selama itu juga Imam mengurung diri di dalam kamar nya.

Bahkan dia mengajukan cuti selama 2 minggu ke perusahaan, dengan alasan sakit.

Imam hanya akan keluar untuk makan saja dan selebihnya dia akan diam di dalam kamar dengan merenungi semua nya.

Brak.

Brak.

"Buka pintu nya, Imam. Kau jangan jadi pengecut begini dengan berdiam diri di dalam saja" teriak Emeli dengan lantang.

"Harus nya kau bangkit dan tunjukan pada Calista bahwa kau juga bisa tanpa dia, kau juga harus nya tunjukan pada dirinya kau bisa bahagia tanpa dia" teriak Emeli kembali.

Deg.

Jantung Imam rasanya di pompa, dia berdetak dengan sangat kencang dan tak karuan.

"Emeli benar, Calista sudah mengkhianati ku dengan Pria yang jauh lebih kaya daripada aku. Aku harus bisa membuat Calista menyesal" gumam Imam dengan tatapan tajam.

Tap.

Tap.

Ceklek.

Imam membuka pintu nya, dia lalu memeluk Emeli dengan erat.

"Kau benar Em, aku harus tunjukan pada Calista bahwa aku bisa jauh lebih baik dan sukses tanpa dia" bisik Imam dengan lembut.

"Hmm inilah kamu Mas, Imam yang lemah dan akan selalu terpengaruh oleh keadaan" batin Emeli bersorak.

"Ya Mas, kau harus nya balas dendam pada Calista" ucap Emeli kembali dengan penuh maksud.

Imam mengangguk saja, dia sudah termakan omongan Emeli karena sakit hati nya pada Calista.

Sedangkan orangtua Imam hanya menonton saja, keduanya takjub akan Emeli yang bisa meluluhkan hati Imam begitu cepat.

*

Emeli dan Imam saat ini sedang membereskan barang-barang nya.

Keduanya akan pindah karena Imam di pindah tugaskan oleh pihak perusahaan, dia akan membawa serta Emeli pindah.

Imam di pindahkan ke Jakarta pusat, yang mana akan membuat dia lebih bisa melambung jika pekerjaannya memuaskan.

Sedangkan untuk sidang, dia nanti nya akan pulang kesana dan menghadiri sidang putusan dari hakim.

"Kalian hati-hati di jalan" ucap Ibu Emi.

"Iya Bu, kami titip Rumah" balas Imam.

Setelah berpamitan pada Ibu dan Ayah nya, Imam serta Emeli masuk ke dalam mobil yang sudah Imam sediakan.

"Mas, nanti kita akan tinggal dimana?" tanya Emeli setelah mobil melaju.

"Kita akan tinggal di perumahan yang sudah di sediakan oleh pihak perusahaan, Em" jawab Imam.

Emeli hanya ber oh ria saja, kemudian dia memandangi jalanan dengan wajah berbinar.

Selama perjalanan, baik Emeli maupun Imam sangat menikmati nya. Sesekali mereka juga akan berbincang dan pada akhir nya Emeli tumbang karena lelah.

Imam menatap lurus ke depan, dia sudah bertekad akan membuat Calista menyesal karena menggugat cerai dirinya. Dia juga akan terus berjuang hingga pada akhir nya nanti ada di puncak kejayaan.

Percaya diri banget ya hehe.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sidang putusan pun akhirnya tiba, Calista yang memang masih di Kota yang sama dengan pengadilan pun akan hadir.

Dia sudah tahu bahwa dari pihak Imam hanya kedua orangtua nya yang akan hadir, karena Imam sendiri sedang sibuk di Jakarta.

"Mbak, sudah siap?" tanya Anjas pada Calista.

"Sudah, Dek. Setelah dari pengadilan kita langsung pulang ke Jakarta, kasihan Mbak Melodi sendirian di mansion" jawab Calista.

"Iya Mbak, Bang Fero juga udah neror melulu" ucap Anjas terkekeh.

Kemudian mereka masuk ke dalam mobil, Anjas langsung saja melajukan mobil nya ke arah tujuan.

Di pengadilan, Pak Rudi sudah menunggu dengan semua bukti-bukti yang menguatkan gugatan Calista sendiri.

*

Hingga beberapa saat berlalu, akhir nya mobil yang di kendarai oleh Anjas tiba di halaman pengadilan.

Disana sudah terlihat mobil milik Ayah Imam yang sudah ada.

"Tuan , Nona muda" sapa Pak Rudi sopan.

"Ayo Pak" ajak Calista.

Kemudian mereka masuk ke dalam, Calista langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan dengan santai nya.

Bahkan dia tidak menghiraukan lirikan maut dari Ibu Emi, mertua nya.

Hening.

Hanya hakim yang berbicara dengan serius dan juga tegas, hingga pada akhir nya Pak Rudi memberikan bukti nyata kalau Imam telah menikah lagi.

Tuk

Tuk

Tuk

"Dengan ini, saudari Calista dan Imam sudah resmi bercerai"

Tegas Hakim dengan ketukan palu yang menggema, Calista bernafas lega dan langsung pergi dari sana setelah bersalaman dengan para hakim.

"Bagaimana rasa nya menjanda?" ledek Ibu Emi.

"Pasti kesusuhan dong, sebab selama ini hanya Imam yang mencari uang" timpal Ayah Imam.

"Eits tidak dong, buktinya aku sampai sekarang baik-baik saja. Bahkan tidak kekurangan uang sama sekali" balas Calista dengan nada santai namun terkesan angkuh.

Huh.

"Jual d*ri aja bangga" cetus Ibu Emi tanpa perasaan.

"Lalu apa sebutan yang pantas untuk Ibu? Jual anak ke orang kaya? Atau madam?" ledek balik Calista.

"Jaga lisan mu yang pedas Ibu mertua, karena aku takut nya semua akan hancur karena lisan mu itu" bisik Calista dengan datar.

Setelah berbicara hal itu, Calista pergi dari sana bersama dengan Anjas dan Pak Rudi.

Bahkan Ibu Emi dan Suami nya menatap mereka penuh benci, karena mereka membeberkan bahwa Imam menikah lagi dan mereka juga tidak berhasil memukul telak Calista.

"Heh sombong banget anak itu" gerutu Ibu Emi dengan kesal.

Kemudian keduanya pergi dari sana, Ibu Emi meminta sang Suami singgah dulu di Restoran mewah untuk makan siang.

"Kapan kita akan ke Jakarta?" tanya Ibu Emi.

"Entahlah, aku ada proyek lagi di Bandung" jawab sang Suami.

"Bagaimana kalau aku ke Jakarta saja sendirian?" tawar Ibu Emi.

Hah.

Sang Suami membuang nafas kasar.

"Jangan dulu, biarkan mereka terlebih dulu dan jangan selalu kita recoki. Emeli itu bukan Calista yang akan nurut sama kita" jelas Ayah Imam.

"Kau benar Mas, kita harus berhati-hati" balas Bu Emi.

Hingga keduanya sampai di Restoran, obrolan mereka hanya seputar harta dan uang saja.

"Bukannya itu si Calista?" tunjuk Ayah Imam pada wanita cantik di dalam Restoran bintang 5.

"Iya Yah, kenapa dia bisa masuk ke sana. Bahkan Imam saja tidak bisa kesana karena semua makanan nya mahal" kesal Bu Emi sambil memandang Calista yang ada di Restoran seberang nya.

"Sudahlah, ayo masuk" ajak Ayah Imam.

Bu Emi masuk dengan wajah kesal dan di tekuk, dia akan mencaritahu bagaimana bisa mantan menantu nya masuk kesana. Punya uang dari mana dia, atau jangan-jangan dia memeras Imam.

Begitulah pemikiran dangkal Bu Emi.

Ayah Imam dan Bu Emi memesan beberapa menu makanan favorite mereka.

Bahkan mereka juga memberitahu Imam dan Emeli bahwa sidang sudah selesai dan tuntas.

.

.

.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!