Bab 4

Disinilah Calista berada, di taman belakang yang cukup asri dengan berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan yang di tanam langsung oleh Bi Sri.

"Abang" sapa Calista dengan berkaca-kaca.

Calista memeluk sang Abang dengan erat, dia seakan menumpahkan segala nya pada pelukan itu.

Kakak Ipar dan Adik nya yang memang ada disana pun hanya bisa memalingkan wajah, mereka ikut sakit melihat Calista menangis dengan pilu.

"Kenapa kamu hanya diam, hm? Bukannya Abang sudah pernah mengatakan bahwa kamu adalah berlian berharga bagi Abang dan Adik lelaki Abang" ucap Fero, Kakak Calista dengan lembut.

Hiks.

Hiks.

"Mbak, aku pergi mengurus proyek hanya beberapa minggu saja. Tapi kenapa kamu malah begini" timpal Anjas, sang Adik.

"Maafkan aku Abang, Dek, Kakak. Aku kira aku akan sanggup sampai usai, namun apa yang aku dapatkan? Hanya pengkhianatan" lirih Calista.

Deg.

Fero melepaskan pelukannya dari sang Adik, lalu dia menatap Adik perempuan satu-satu nya dengan dalam.

"Dek, jangan bilang Imam menikahi wanita itu" tebak Melodi, Kakak Ipar Calista.

Hiks.

Hiks.

Calista menganggukan kepala nya dengan tangisan yang semakin terisak, dia bahkan sangat terlihat terguncang.

'Ya Allah'

'Bedebah'

'Keparat'

Umpat mereka yang mendengarkan kejujuran Calista, bahkan Anjas mengepalkan tangannya dengan pancaran emosi yang begitu kentara.

"Berpisahlah Mbak, buat apa kamu melanjutkan pernikahan yang pincang ini. Apa alasan dia menikah di belakangmu?" ucap Anjas dengan tatapan tajam.

"Keturunan" balas Calista dengan pandangan kosong.

"Apa kalian tahu? Hanya demi keturunan dia rela menduakan cinta nya dengan perempuan lain dan apa kalian tahu? Dengan tegas nya dia tidak akan menceraikan aku tetapi akan mempertahankan wanita itu" jelas Calista dengan terisak.

"Calista yang Mbak kenal adalah wanita kuat dan mandiri, maka dengan begitu sekarang buktikanlah pada mereka! Ibu mertua mu pernah mengatakan kamu adalah menantu miski* dan hanya menumpang dari Imam bukan? Maka sekarang ambil alih perusahaan yang hak kamu dan berdiri dengan wajah tegaklah, Calista" tegas Melodi dengan mengguncang bahu Calista.

Anjas dan Fero menganggukan kepala nya, mereka memberi semangat agar Calista tetap kuat dan tegar.

"Buat dia memyesal dengan apa yang telah terjadi, Mbak" timpal Anjas.

"Abang akan menyuruh Pak Rudi mengurus perceraian kalian, siapkan saja berkas nya" ucap Fero mengusap lembut punggung Calista.

Calista mengangguk, dia kembali memeluk Melodi dengan erat. Dia merasa bersyukur karena masih di berikan saudara yang begitu menyayangi nya.

**

Fero dan Anjas meninggalkan Melodi bersama Calista, mereka akan menuju ke kantor dimana Pak Rudi bekerja. Keduanya akan menyelesaikan permasalahan Calista sesegera mungkin agar Calista bebas dari keluarga Imam.

"Bang, bagaimana dengan Imam?" tanya Anjas yang masih fokus pada kemudi nya

"Bukan Imam, tapi Ibu Emi dan Emeli yang akan terkena serangan jantung saat melihat Calista adalah salah satu pewaris kekayaan kita" jelas Fero tersenyum miring.

"Sedangkan Imam, dia akan hancur saat mendapatkan surat dari pengadilan agama" lanjut Fero.

Ck.

Anjas berdecak kagum akan pemikiran sang Abang, memang dia dan sang Abang akan menjaga dan melindungi Calista mati-matian karena memang Calista lah pelita mereka.

Dan pada akhir nya mobil yang di lajukan oleh Anjas pun tiba di gedung Firma Qills, tempat berkumpul nya sang pengacara hebat dan kondang.

Tap.

Tap.

Derap langkah kaki Fero dan Anjas pun menggema di lantai bawah, keduanya langsung di arahkan ke lantai 5 dimana Pak Rudi berada.

Ting.

Lift terbuka dan Fero membawa Anjas ke ruangan dimana Pak Rudi sudah menunggu mereka berdua.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Berbeda dengan Imam, dia pulang kerja dengan wajah kusut dan lusuh nya.

Bahkan dia pulang tepat tengah malam, dia berkeliling terlebih dahulu mencari keberadaan Calista.

Ceklek.

"Bagus kamu Mas, pulang kerja bukannya langsung pulang tapi malah keluyuran dulu" sentak Emeli dengan raut wajah kesal.

Imam tak bergeming, dia malah melangkah dengan santai nya ke arah kamar dia dan Calista.

Bahkan Imam mengunci pintu kamar nya dan meninggalkan Emeli sendiri yang berteriak karena Imam abaikan.

"Diamlah Emeli, aku capek" bentak Imam dengan membuka pintu kamar nya.

Brak.

Klik.

Pintu tertutup kembali dan sudah di kunci kembali, Emeli terpaku di hadapan pintu dengan debaran jantung yang dashyat.

"Huh sabar Emeli, selangkah lagi kau akan mendapatkan Imam seutuhnya. Apalagi kalau benih Imam jadi janin di perutku" gumam Emeli menyabarkan diri nya.

Emeli lalu melangkah ke arah kamar nya, dia akan tidur karena cukup lelah menunggu Imam.

Ibu Emi?

Dia sudah kembali ke Kota dimana sang Suami bekerja, memang kedatangannya hanya mengantarkan Emeli saja dan membuat keruh di rumah tangga Imam dan Calista saja.

*

Pagi hari nya, Emeli bangun dengan terkaget-kaget karena teriakan Imam yang baru saat ini dia dengar.

Ceklek.

"Ada apa sih, Mas?" tanya Emeli dengan wajah kantuk nya.

"Ada apa kau bilang, lihat matahari sudah nampak dan kau masih tidur. Cepat siapkan sarapan untukku, aku akan bekerja" bentak Imam dengan kesal.

Deg.

Emeli langsung membulatkan mata nya saat melihat jam sudah menunjukan di angkat 6.

"Sial, kenapa aku malah kesiangan sih" gerutu Emeli dengan cepat berjalan ke arah dapur.

Bahan masakan sederhana pun sudah Emeli siapkan, dia akan mengolah nya.

"Huh, untung saja aku bisa masak dengan cukup baik" gumam Emeli dengan wajah yang sudah penuh keringat.

Hampir jam 7 Emeli baru menyelesaikan masakannya dan dengan tepat juga Imam sudah siap.

Dia langsung menyiapkan makanan untuk sang Suami, Emeli cukup cekatan dengan pekerjaan dapur.

Imam diam saja dan memilih melahap makananya, dia menghela nafas saat melirik tepat di samping nya karena kosong.

Biasanya Calista akan dengan senang hati melayani dan duduk serta bersama dirinya disana.

"Mas, mau nambah?" tanya Emeli.

Imam menggelengkan kepala dan bersiap pergi setelah menghabiskan makanannya.

Tanpa berpamitan ataupun menerima tangan Emeli Imam pergi, dia mengabaikan semua nya karena memang benci karena dirinya Calista pergi entah kemana.

"Arrgghh" kesal Emeli dengan menghempaskan tubuh nya di kursi.

Emeli lalu beranjak membereskan semua bekas memasak nya dan setelah itu ia akan merapihkan Rumah.

"Ck, kenapa tidak ada pembantu sih" gerutu Emeli kesal.

"Kalau ada pembantu kan enak, aku tinggal melayani Mas Imam di kamar saja" kekeh nya dengan bahagia.

Hampir 2 jam lebih Emeli membereskan Rumah dan kamar, lalu setelah nya dia memilih membersihkan diri nya dan berendam di bathup.

"Ah segar nya" gumam Emeli saat tubuh nya masuk ke dakam bathup.

Dia merileks kan tubuh nya dengan berendam dan memejamkan mata nya dengan santai.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

SOO🍒

SOO🍒

imam itu mandul bukan calista😏😏

2023-05-10

0

Tifani Putri

Tifani Putri

next d tunggu up nya lagi

2022-11-06

0

Vita

Vita

lagi thor

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!