Bab 13

Setelah acara selesai, Emeli dan Imam memutuskan untuk langsung pulang.

Keduanya masih syok dengan apa yang terjadi di acara malam ini.

Setiba nya di Rumah, Emeli langsung masuk dan merebahkan diri di kasur empuk milik nya.

Drrtt.

Drrrt.

"Mas, ada telpon" teriak Emeli saat melihat ponsel Imam bergetar.

Ceklek.

"Angkat saja, siapa yang nelpon?" tanya Imam sambil mengenakan pakaian nya.

Yap, Imam baru saja membersihkan diri nya.

"Ibu" jawab Emeli setelah melihat Id penelpon.

Huh.

Imam membuang nafas kasar , dia sudah menebak kalau Ibu dan Ayah nya akan meneror dirinya karena berita ini.

"Kalau sudah mati tolong matikan ponselku dan punya mu, kita istirahat saja" jelas Imam.

Emeli menganggukan kepala tanda ia mengerti, lalu dia meletakan ponsel Imam di nakas dekat kasur nya.

Hening.

Di dalam kamar tersebut langsung hening dan hanya ada suara denting jam yang berbunyi.

Huh.

Imam membuang nafas dengan kasar, dia ikut merebahkan tubuh nya di samping Emeli.

"Apa semua ini nyata, Mas?" tanya Emeli ambigu.

"Ya ini semua nyata, ternyata kita selama ini di bohongi oleh Calista" jawab Imam.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Emeli kembali

Imam menggelengkan kepala nya, karena memang tak ada yang harus mereka lakukan pada Calista ataupun keluarga nya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Matahari nampak bersinar dengan indah, cahaya nya begitu menghangatkan suasana pagi yang setelah di guyur hujan semalaman.

Pagi ini, Calista sarapan masih bersama Abang dan sang Adik yang nanti siang akan pergi ke Kota masing-masing lagi.

Dan untuk Calista sendiri? Dia akan berkunjung ke perusahaan Juan untuk membahas kontrak baru mereka tentang perhiasan yang akan di keluarkan bulan besok.

"Abang sudah selesai, Abang berangkat dulu" pamit Fero berdiri dari duduk nya.

"Kami juga sudah selesai, biar aku yang antar Abang ke Bandara" balas Anjas.

Calista mengangguk saja karena masih sibuk dengan segelas susu yang sedang dia minum.

*

Semua berangkat ke arah tujuan masing-masing, meskipun tanpa orangtua, sanak saudara ataupun Paman dan Bibi. Ketiga nya hidup dengan kuat dan tidak terpecah belah karena harta.

Calista memilih pergi bersama dengan sang Asisten, Roy.

"Apa saja jadwalku, Roy?" tanya Calista.

Dan Roy begitu saja menjelaskan jadwal Calista hari ini yang akan lumayan padat.

Dari rapat, terus menuju perusahaan Juan dan masih ada lagi rapat yang akan menemani sore hari nya.

Hingga beberapa saat mereka tiba juga di gedung yang menjulang tinggi, Luis Corp.

'Ayah, Bunda, do'akan aku supaya bisa meneruskan amanat kalian dan membawa kebanggan yang luar biasa' batin Calista dengan penuh semangat.

Tak.

Tak.

Suara hentakan dari helss yang di pakai sang Bos pun terdengar sangat nyaring.

Para karyawan langsung menyapa dan kembali pada tempat mereka bekerja walaupun belum masuk jam kerja.

Huh.

"Kenapa aura Bu Boss kita sangat menyeramkan ya" lirih seorang resepsionis dengan helaan nafas dalam.

"Kau benar" timpal yang diam di sebelah nya sejak tadi.

Kemudian mereka berhenti memperhatikan Calista saat mereka melihat sang Atasan masuk ke dalam lift.

Semua nya bersiap untuk bekerja hari ini, dengan suasana dan Boss yang baru tentu nya.

Hari kian beranjak, satu persatu meja karyawan terisi dan mereka sudah memulai jam kerja nya.

Begitupun dengan Calista, dia mulai melakukan pekerjaannya sejenak sebelum pergi ke perusahaan Juna nanti.

Beberapa berkas sudah dia kerjakan, namun saat melihat berkas yang paling bawah dia terdiam sebentar.

"Kenapa rasanya ada yang janggal" gumam Calista setelah membuka berkas tersebut.

Kemudian Calista membaca kembali dengan teliti isi berkas tersebut.

"Hmmm" dehem Calista tersenyum kecil.

Dugaannya benar, ternyata berkas tersebut bermasalah dan jika tidak teliti maka akan berdampak akan kerugian yang cukup besar.

Klik.

"Ya Nona" ucap Roy.

"Keruangan saya sekarang" jelas Calista datar.

Klik.

Calista menata beberapa berkas yang sudah dan di pisahkan dari yang belum dia kerjakan sama sekali.

Tok.

Tok.

"Masuk, Roy" ucap Calista lantang.

Ceklek.

Roy masuk dengan langkah yang tegap , dia lalu berdiri di hadapan sang Nona muda.

"Coba cari tahu tentang perusahaan Lexia" perintah Calista sambil memberikan berkas di tangannya.

"Baik Nona" balas Roy dengan patuh, dia kemudian menerima berkas tersebut dan mulai membaca nya.

Roy mengangguk paham, dia lalu izin keluar lebih dulu sebelum nanti tiba pertemuan dia sudah akan kembali ke perusahaan.

Setelah kepergian Roy, Calista kembali fokus pada pekerjaannya agar nanti tidak terlalu menumpuk.

🐸

Berbeda dengan kondisi di perusahaan J-Company, mereka saat ini sedang menyiapkan ruangan meering dan juga beberapa desain perhiasan yang akan menjadi bahan rapat nanti.

Juan sendiri sedang mempelajari beberapa berkas dari klien nya.

Tok.

Tok.

"Tuan, rapat akan segera di mulai dan Nona muda dari Luis sudah tiba" ucap Johan, Asistennya.

Deg.

'Kenapa jantungku jadi berdegub kencang begini' gumam Juan dengan menekan dada nya.

"Ya aku akan segera kesana" balas Juan tegas.

Juan pun langsung menyambar jas kerja nya dan berkas yang akan di bahas bersama dengan Calista nanti nya.

Ceklek.

Klik.

Setelah Juan keluar dari ruangan dan dengan sigap Johan menekan tombol untuk mengunci nya.

Tap.

Tap.

Derap langkah Juan dan Johan pun menggema di lorong menuju ke ruangan rapat.

Karyawan yang di lintasi nya pun mendadak menghentikan pekerjaannya demi menatap sang Boss yang tampan.

'Indah sekali pemandangan ini'

'Rasanya aku kembali semangat'

Pekikan tertahan para karyawan pun membuat Johan menatap mereka dengan sangat tajam.

Gluk.

Para karyawan langsung meneguk ludah kasar dan mereka kembali fokus bekerja.

*

Tiba di ruangan rapat, Juan langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan.

Ceklek.

"Maaf kami terlambat" ucap Calista setelah salah seorang karyawan Juan membukakan pintu untuk nya.

"Tidak apa Nona, kami juga baru saja sampai" balas Johan sopan.

Calista kemudian duduk dengan sangat elegant dan wajah yang terlihat sangat datar.

Dan tepat di seberang dia duduk di isi oleh Imam, dan Imam menatap mantam Istri nya itu dengan sangat lekat.

"Ehem, kita mulai rapat hari ini" ucap Johan tegas.

Lalu mereka membuka berkas dan mulai rapat dengan penuh keseriusan.

Calista dan Roy memperhatikan Johan yang sedang menjelaskan semua nya.

Bahkan Calista ikut terpana karena desain perhiasan yang dia inginkan sangat amazing dan sudah pasti akan laku di pasaran nanti.

"Bagaimana Nona?" tanya Juan pada Calista.

"Bagus sekali, dan saya ingin kalian membuat nya dengan edisi terbatas" jawab Calista dengan puas.

Johan menatap Imam yang mengacungkan tangan nya.

"Ya ada apa Pak Imam" ucap Johan.

"Saya keberatan kalau edisi terbatas, karena biasanya kita akan membuat dengan banyak" jelas Imam dengan tegas dan raut wajah tak suka pada Calista.

.

.

.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!