Bab 19 BTM

"Nenek, aku mau bawa bekal," ujar Yoga saat semua anggota keluarga sedang sarapan pagi bersama.

"Tumben, biasanya kamu gak mau bawa bekal." jawab Kirana sembari melambaikan tangannya pada seorang ART agar mendekat ke arahnya.

"Ada apa Bu?"

"Tolong ambilkan tempat bekal makanan untuk Yoga ya."

"Iya Bu." Art itu pun membuka kabinet dan mengambil salah satu tempat bekal anak itu yang biasa dibawanya sejak SD.

"Mau bawa bekal apa Ga?" tanya Kirana sembari menunjukkan menu makanan yang tersedia diatas meja.

"Boleh minta 2 nek?" tanya anak berusia 12 tahun itu tanpa menjawab pertanyaan sang nenek. Kirana menatap cucunya itu kemudian tersenyum maklum.

"Boleh, memangnya ada acara di sekolah sampai mau bawa dua?"

"Hari ini mulai lomba Porseni di sekolah nek. Dan kegiatannya sampai sore. Aku takut kelaparan, hehehe." jawab anak itu sembari terkekeh.

"Hum, tumben, biasannya juga suka jajan kamu. Tapi baguslah makanan di rumah lebih menyehatkan dan higienis."

"Iya nek, Kata Bu guru Vani juga begitu. Semua siswa disuruh bawa bekal supaya kita gak jajan di luar."

"Dan aku mau kasih satu bekal untuk Bu Vani boleh ya?"

"Boleh dong, sekarang kamu pilih menu yang mana sayang?"

"Nasi putih sama telur balado dan udang aja nek."

"Kalau untuk Bu guru yang mana?"

"Sama aja nek. Bu Vani juga suka udang krispi sama sambel pedas." jawab Yoga sembari menunjuk udang krispi dan sambelnya.

"Kok tahu banget kalau Bu Siapa tadi namanya-?"

"Vani." celetuk Hazel Almondo yang langsung mendapat tatapan tajam dari Mama dan Papanya.

"Ah iya Bu Vani. Eh kok Papamu juga tahu kalau nama gurumu Bu Vani?" Kirana menatap wajah putranya dengan tatapan menyelidik. Hazel Almondo hanya bisa meremas tengkuknya kasar.

Pria itu belum mau menceritakan niatnya kepada kedua orangtuanya kalau Vanilla belum juga mau membuka hati untuknya. Ia takut malu karena ingin mengejar mantan yang sudah tidak mengharapkannya.

"Nah sudah. Salam sama Bu Vani ya?" ujar Kirana setelah dua kotak bekal itu sudah selesai ia isi dan sudah siap dibawa oleh Yoga Putra.

"Siap Nek. Nanti aku sampaikan. Terimakasih banyak ya nek." jawab Yoga kemudian memasukkan dua kotak bekal itu kedalam sebuah tas kertas.

"Assalamualaikum." pamit anak itu kemudian segera keluar dari rumah karena Mang Koko sudah siap mengantarnya kesekolah. Hazel Almondo langsung berdiri dari duduknya kemudian memburu anak itu sampai di luar.

"Yoga sama Papa aja." ucapnya dan berhasil membuat Yoga menghentikan langkahnya ke arah mobil Mang Koko.

"Tapi kan sudah ada mang Koko Pa." jawab anak itu dengan wajah bingung. Sungguh tak biasa Papanya itu yang menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Gak apa-apa. Mang Koko kita kasih libur aja. Nanti sore juga biar papa yang jemput."

"Gak akan ganggu pekerjaan Papa?" tanya Yoga sembari menatap Papanya yang mulai menghidupkan mesin mobil.

"Tidak. Kebetulan Papa gak ada kerjaan penting hari ini. Dan sebenarnya aku juga ingin lihat kamu lomba pidato bahasa Inggris itu." jawab Hazel Almondo dengan senyum diwajahnya.

"Tapi jadwal lomba untuk pidato bahasa Inggris bukan hari ini Pa, hari ini itu lomba tarik tambang antar kelas sama nyanyi paduan suara, dan melukis."

"Oh gitu? trus lomba pidatonya kapan?"

"Besok Pa, tapi sekolah gak undang orang tua untuk hadir."

"Ya gak apa-apa. Kamu tanya Bu Vani aja, bisa gak Papa datang?"

"Iya Pa, nanti aku tanyakan."

"Nah, gitu dong anak Papa."

Tak lama kemudian mereka pun sampai di depan gerbang sekolah. Hazel Almondo bahkan sengaja turun dari mobilnya berpura-pura memeriksa ban kendaraan roda empat itu hanya untuk melihat Vanilla Granola yang sedang menjemput siswa itu lebih dekat.

"Assalamualaikum Pa," ujar Yoga sembari mencium punggung tangannya.

"Waalaikumussalam." jawab Hazel Almondo sembari tersenyum kepada semua guru yang berjejer di depan gerbang sekolah itu.

Pria itu kemudian menaiki mobilnya dan melanjutkan perjalanannya ke Perusahaan. Hatinya sangat bahagia pagi ini karena sudah melihat senyum mantan istrinya itu. Ia bagaikan mendapatkan suntikan energi multi Voltase hanya dengan melihat wajah cantik Vanilla Granolla.

"Papanya Yoga tampan sekali ya," ujar guru-guru perempuan yang masih tak rela melihat sosok Hazel Almondo pergi dari lingkungan sekolah itu.

"Iya, pantas Yoga sangat ganteng juga. Ternyata karena bibitnya emang good looking gitu." timpal yang lain ikut memuji.

"Duh pengen punya suami kayak dia, untuk memperbaiki keturunan hihihi." lanjut yang lain saling melempar candaan.

Hanya Vanilla Granola yang diam saja. Gadis itu tidak tahu harus bilang apa karena ia juga mengakui semua kata-kata temannya tetapi ia malu mengakuinya.

"Bu Vani kayaknya gak tertarik sama Pak Hazel ya? " tanya Miss Rere pada gadis itu.

"Ah mana boleh aku tertarik Miss. Dia kan suami orang. Takut ah." jawab Vanilla dengan senyum diwajahnya.

"Suami orang dulunya, tapi sekarang kayaknya dia duda deh. Mana hot banget lagi." jawab Miss Rere kemudian terkekeh.

"Astagfirullah Miss, udah punya tunangan lho." timpal yang lain tidak mau dapat saingan.

"Cuma bercanda tapi beneran Hot pastinya tuh." jawab Rere dengan mata berkedip lucu.

"Bubar! guru kok bahas yang hot padahal masih pagi. Ayo semuanya kembali bersiap untuk ke kelas." tegur Pak Amir Hamzah sang kepala sekolah.

"Maaf Pak." ujar Miss Rere kemudian menarik tangan Vanilla untuk meninggalkan tempat itu karena semua siswa sudah berada di dalam lingkungan sekolah.

Teeeet

Bel berbunyi tanda Porseni akan segera dimulai. Semua peserta didik berkumpul di lapangan sekolah dengan kostum berbagai corak dan warna. Semua orang bergembira menyambut acara tahunan ini apalagi peserta didik kelas 7.

Yoga Putra Almondo segera mendatangi Vanilla Granola sebelum acara pembukaan lomba dimulai.

"Bu, aku bawa bekal 2 hari ini. Satu untuk ibu." ujar anak itu sembari menyerahkan satu buah kotak bekal yang sudah dikemas cantik dalam satu buah tas kertas.

"Wah, makasih banyak ya Yoga. Ini yang masak siapa sih? Kok kayaknya enak banget." ujar Vanilla sembari menghirup aroma dari makanan yang sangat menggugah selera itu.

"Nenek yang masak, dan katanya salam untuk ibu guru." jawab Yoga dengan mata berbinar bahagia.

"Makasih banyak ya, nanti ibu juga akan masak untuk neneknya Yoga sebagai ucapan terimakasih."

"Iya Bu. Nenek pasti suka." ujar Yoga kemudian Berpamitan untuk berkumpul kembali dengan teman-temannya. Tetapi langkahnya dicegat oleh Adinata sang kakak kelas.

"Kamu kasih apa itu Bu Vani?"

"Bekal makan siang Kak."

"Untuk apa?"

"Ya untuk dimakan Kak. Memangnya kenapa?"

"Jangan terlalu dekat dan cari perhatian sama Bu Vani ya, karena itu tidak baik. Ngerti kamu!"

"Eh iya kak." jawab Yoga dengan dahi mengernyit bingung. Ia iyakan saja supaya ia bisa kembali cepat ke barisannya.

"Masih kecil kok cari perhatian sama Bu Vani. Errrr!" ujar Adinata dengan bibir mencibir.

🍀

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Terpopuler

Comments

Isss

Isss

hahahaha Bru dia ji mau

2022-11-11

2

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

iklan untukmu

2022-11-11

1

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

justru enak dari kecil dong nyari perhatian nya

2022-11-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!