Entah kenapa Vanilla Granola mengangguk pelan saat Rifqi melamarnya dan memberikan seutas cincin sederhana yang baru saja dibeli oleh pria itu di toko perhiasan. Padahal ia samasekali tidak ada rasa pada pria itu.
Ia hanya berusaha untuk berprasangka baik bahwa pilihan kedua kakaknya adalah yang terbaik. Kedua Orang tua yang ia harapkan untuk memberinya pertimbangan justru sudah tidak berada lagi di dunia ini. Jadi ia ingin menyenangkan hati kakaknya dengan mengikuti keinginan mereka berdua.
"Terimakasih banyak Van, aku tidak menyangka kalau kamu mau menerima aku." ujar Rifqy sembari menatap wajah sang gadis cantik dengan sejuta pesona itu.
"Aku yang berterima kasih karena mas Rifqy mau melamar aku yang sudah alot ini. Hehehe." Vanilla Granola tersenyum lucu dengan ucapannya sendiri.
"Hey, lagi senang-senang nih. Bisa saya bergabung?" tegur seseorang yang langsung membuat dada Vanilla berdebar tak karuan. Ia langsung mendongak dan mendapati Hazel Almondo sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
"Pak Hazel? Anda hadir juga disini? maaf saya tidak tahu. Silakan duduk Pak." ujar Rifqy sembari berdiri dari posisinya dan mempersilahkan pimpinan perusahaan tempatnya bekerja itu untuk duduk.
"Iya Pak Rifqi. Saya kan berteman sama Re Laxa. Jadi saya juga diundang." jawab Hazel Almondo dengan mata melirik kearah jari manis Vanilla yang nampak menggunakan sebuah cincin.
"Oh gitu ya pak? teman sewaktu kuliah ya?" tanya Rifqy tersenyum.
"Iya, teman SMA seperti ibu Vany." jawab Hazel dengan tatapan intens pada mata perempuan cantik itu. Vanilla Granola langsung menunduk. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menghentikan debaran di dadanya saat mantan suaminya itu menatapnya seperti itu.
"Anda sendiri saja Pak Hazel?" tanya RIfqy lagi sembari celingak-celinguk mencari seorang partner yang mungkin sedang bersama dengan pimpinannya itu.
"Iya, Pak RIfqy. Tadinya ingin datang berdua tetapi sepertinya saya sedang tidak beruntung malam ini." jawab Hazel Almondo dengan mata melirik perempuan cantik berhijab yang sedang sibuk menjalin jari-jarinya di atas meja.
"Bapak duduk saja disini, saya akan ambilkan minuman ya Pak?" Rifqy berdiri dari duduknya kemudian segera pergi mencari makanan dan minuman untuk mereka bertiga.
Hazel Almondo tersenyum kemudian kembali menatap perempuan cantik yang sudah menyiksanya selama ini.
"Bu Vany cincinnya bagus sekali ya," ujar Hazel Almondo dengan perasaan campur aduk. Entah kenapa tangannya sangat gatal ingin melepaskan cincin itu dari jari manis Vanilla Granola. Gadis itu langsung mengangkat wajahnya dan balas menatap mantan suaminya itu.
"Gimana Yoga pak Hazel?" tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau pria itu membahas tentang cincin ataupun hal-hal yang berhubungan dengan keputusannya untuk move on dan melupakan yang pernah mereka alami.
"Yoga baik, dan selalu bercerita tentang anda Bu Van. Katanya anda ibu guru yang cantik dan baik hati serta sangat perhatian. Semua siswa sangat suka pada anda.' jawab pria itu tersenyum.
"Ah Yoga bisa saja. Aku tidak seperti itu kok. Aku termasuk guru yang tidak disukai oleh banyak siswa di sekolah, hehehe." timpal Vanilla Granola terkekeh.
"Kalau menurutku sih tidak. Kamu memang sangat cantik Van, bahkan sangat cantik. Cerdas dan baik hati. Aku pun suka." ujar Hazel Almondo dengan nada yang sangat dalam sampai membuat jantung seorang Vanilla Granolla berdetak semakin cepat. Belum lagi tatapan mata elang pria itu rasanya mampu menembus jantungnya.
"Pak Hazel jangan macam-macam ya. Gak baik ngegombal calon istri orang, hehehe." ujar Rifqy yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka berdua.
"Eh pak Rifqi. Maaf, ini tadi bercanda aja, iyyakan Bu Van?" pria itu memundurkan tubuhnya kemudian bersandar dengan santai punggung kursi yang ia duduki. Vanilla hanya tersenyum. Dan bernafas lega.
"Iya Pak, saya percaya anda bercanda. Kan di Rumah anda orang spesial yang sudah menemani anda." jawab Rifqi sembari menyerahkan segelas jus jeruk kesukaan Vanilla.
"Doakan kami ya Pak, bisa segera menikah." lanjut Rifqy tersenyum sembari melirik gadis cantik disampingnya.
Hazel Almondo tidak menjawab, ia hanya meraih minumannya kemudian menyeruputnya. Pria itu memandang wajah Vanilla yang nampak gelisah dari balik gelasnya itu.
"Kalau begitu saya permisi Pak RIfqy. Selamat bersenang-senang dengan calon istri anda." ujar Hazel Almondo setelah berbasa-basi sedikit.
"Terimakasih banyak Pak. Saya juga akan segera mengantar Vanilla pulang. Andre pasti akan marah kalau saya terlambat mengantar adiknya pulang."
"Oh, jadi Bu Vani adiknya Pak Andre?" tanya Hazel Almondo sembari menatap kembali gadis itu.
"Iya Pak. Adik ipar."
"Oh gitu ya? salam sama Pak Andre ya Bu Van?"
"Iya Pak. Dan aku juga mau nitip salam untuk Yoga. Katakan padanya kalau ia cocok ikut lomba pidato bahasa Inggris untuk acara Porseni nanti."
"Ah iya, akan saya sampaikan salam anda Bu Van. Kalau begitu saya permisi." Hazel Almondo pun pergi meninggalkan acara itu. Tetapi sebelumnya ia harus menyapa Re Laxa dulu untuk berpamitan.
"Xa, aku balik ya. Semoga kamu panjang umur dan sehat selalu."
"Ah, tadi udah ngucapin gitu. Kasih ucapan yang lain dong," ujar gadis itu dengan senyum diwajahnya. Ia sekarang sangat tergila-gila pada seorang Hazel Almondo.
Dulu saat masih di SMA ia sudah punya pacar dari sekolah lain hingga tidak terlalu peduli pada pria itu. Tetapi ketika mereka bertemu di Luar Negeri untuk sama-sama melanjutkan pendidikan.
Gadis itu merasakan perasaan yang berbeda dan sekarang semakin tumbuh serta sangat subur. Dan ia berharap pria itu tidak pernah punya rasa dengan mantan istrinya yang ia lihat juga hadir di acaranya ini.
"Untuk orang yang sedang ulang tahun. Itulah ucapan yang paling cocok. Eh, tapi emangnya kamu mau ucapan seperti apa?" tanya Hazel Almondo dengan senyum diwajahnya.
Re Laxa balas tersenyum dengan hati berdebar-debar.
"Ya mungkin ucapan seperti ini Haze. Will you marry me? hahahhaha."
"Akan aku pertimbangkan ucapan seperti itu. Dan sepertinya kita harus merencanakan acara reuni Akbar untuk teman-teman. Rasanya kangen kumpul-kumpul seperti ini."
"Hum, ide yang bagus tuh Haze. Nanti aku hubungin teman-teman."
"Okey Xa, Bye." Hazel Almondo akhirnya benar-benar pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa dongkol di hatinya. Ia kalah cepat dengan Rifqy, seorang karyawan di Perusahaannya sendiri.
Apa Vanilla Granola memang bukan jodohku ya?
"Aaaargh sial!" gerutunya sembari memukul body mobilnya.
🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ZidniNeve IG : @irmayanti_816
jadi pengen nyanyi. aku yg dulu bukan lah yg sekarang. dulu di tolak sekarang ku dikejar
2022-11-08
3
Isss
serius vanila langsung mau? hm
2022-11-07
1
Aze_reen"
dulu ditolak mentah2..
sekarang diuber uber kek vani ada hutang miliyaran
2022-11-07
4