Hamil Tanpa Suami
"Apa! Kamu hamil nduk." Bu Susi langsung menangis tergugu mendengar pengakuan putri semata wayangnya itu.
"Maafkan Rosa bu." hanya kata itu yang mampu Rosa ucapkan berulang kali sambil menangis dan memeluk ibunya.
"Bapak kira ngga ada orang, kok bapak mengucapkan salam ngga ada yang menjawab." kata pak Sastro yang tiba-tiba sudah muncul di ambang pintu kamar Rosa.
"Kenapa pada nangis, apa yang terjadi?" tanya pak Sastro kebingungan.
Keduanya masih menangis sesenggukan tak ada yang berani menjawab.
"Jangan membuat bapak kelamaan berpikir, sekali lagi katakan apa yang terjadi!" kata pak Sastro mulai naik pitam.
"Ros_Rosa... hamil pak." jawab Bu Susi dan tangisnya mulai pecah lagi.
"APA!" pak Sastro langsung melotot tak percaya dengan penuturan istrinya itu.
"Katakan sekali lagi!" bentak pak Sastro.
"Rosa hamil pak." jawab Bu Susi sekali lagi yang membuat pak Sastro langsung merah padam mukanya. Tidak hanya itu saja, pak Sastro juga menekan dadanya dengan kuat.
Arghhh.....
Teriak pak Sastro menahan sakit di dadanya.
"Pak..... Bapak." teriak bu Susi dan Rosa bersamaan karena panik. Keduanya segera mendekat ke arah pak Sastro yang sudah terduduk di lantai sambil tetap memegang dadanya.
"Bapak kenapa?" tanya bu Susi kebingungan dengan tangis yang masih sesenggukan.
"Rosa keluar cari bantuan dulu bu." tanpa diiyakan ibunya, segera Rosa berlari keluar sambil menyeka air mata nya.
Tak lama kemudian, beberapa tetangga nya berduyun-duyun mengerubungi pak Sastro.
"Ayo segera di bawa ke rumah sakit. Sepertinya pak Sastro terkena serangan jantung!" teriak salah satu warga.
Warga yang merasa memiliki mobil bergegas keluar dari rumah Rosa untuk mengambil mobil nya. Tak berapa lama ia sudah datang, lalu dengan tangkas memarkirkan mobilnya tepat di depan teras bu Susi.
"Ayo cepat di naikkan ke mobil!" kata salah satu warga. Dan beberapa di antaranya bergegas mengangkat tubuh gempal pak Sastro.
Rosa dan bu Susi juga segera mengikuti masuk mobil dengan tangis yang semakin pecah.
Sesampainya di rumah sakit, pak Sastro segera di naikkan brankan pasien lalu dengan sigap para perawat mendorong nya ke IGD.
"Silahkan tunggu di luar." kata salah seorang perawat lalu menutup pintunya.
Rosa dan bu Susi hanya bisa terduduk di kursi tunggu sambil berpelukan erat sebagai tanda memberi dukungan.
Sedangkan di dalam ruang IGD, dokter dan para perawat segera mengerubungi pak Sastro untuk segera memberikan pertolongan.
Titt........
Bunyi suara alat elektrokardiogram terdengar nyaring. Seketika dokter dan perawat menatap mesin itu sesaat lalu segera memberikan pertolongan yang lebih maksimal lagi. Namun tetap tak membuat alat itu berubah bunyi.
Beberapa perawat segera merapikan kembali peralatan yang baru saja digunakan. Sedangkan dokter bergegas keluar untuk memberi kabar pada keluarga pasien.
"Gimana keadaan suami saya dok?" bu Susi langsung mendekat ke arah dokter yang baru saja keluar dari kamar IGD.
Sebelum memberi jawaban, dokter itu menghirup nafas sedalam-dalamnya. Karena ia tahu, ini tak kan mudah di terima oleh keluarga pasien.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin bu, tapi maaf karena Allah sudah berkehendak lain."
"Apa maksudnya dok?" Rosa tak terima dengan jawaban dokter yang ada didepannya itu karena terkesan ambigu.
"Bapak sudah meninggal karena serangan jantung." jelas dokter itu lagi.
DEG!
Serasa dunia berhenti berputar, bu Susi dan Rosa tak menyangka jika pak Sastro akan meninggal secepat ini.
"Tidak....." seru keduanya kompak, dan kembali menangis histeris.
Tetangga yang ikut mengantarkan tadi segera berlari mendekat ke arah pasangan ibu dan anak itu untuk memberi dukungan.
"Yang sabar bu, Ros. Doakan pak Sastro tenang di alam nya sana."
Setelah acara pemakaman jenazah selesai, tinggallah bu Susi dan Rosa duduk termenung di ruang tamu.
"Maafkan Rosa bu, ini semua gara-gara Rosa." tangis Rosa mulai pecah kembali. Bu Susi pun juga kembali menangis.
"Nasi sudah menjadi bubur Ros, tak ada yang bisa kita lakukan lagi, untuk mengembalikan nyawa bapakmu." ucap bu Susi sambil sesenggukan.
"Apa yang harus Rosa lakukan bu untuk menebus semua dosa ini?"
Bu Susi pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Keduanya tertidur di ruang tamu ketika hari sudah larut malam dalam tangis penyesalan yang tak berkesudahan.
Rosa terbangun ketika merasakan perutnya mual yang tak bisa lagi di tahan.
Huek.... Huek....
Berulangkali Rosa memuntahkan isi perutnya yang hanya terlihat sebuah cairan bening. Wajar saja hal itu terjadi, karena dia sedang hamil trimester pertama. Dan seharian penuh kemarin ia tak memakan apapun. Karena merasa syok dengan kepergian bapaknya.
Dengan tergopoh-gopoh bu Susi segera menyusul Rosa yang berada di dalam kamar mandi. Lalu mengurut pelan tengkuk leher Rosa.
Setelah tak lagi mengeluarkan cairan bening itu, dengan di bimbing oleh bu Susi, Rosa di ajak menuju kamarnya.
"Istirahat lah nak, ibu ke dapur bikinkan kamu teh hangat sebentar ya." Rosa pun hanya mengangguk.
Tak lama kemudian bu Susi segera kembali ke kamar Rosa dengan segelas teh hangat.
"Segera minum mumpung masih hangat Ros." bu Susi menyodorkan segelas teh itu ke Rosa. Tangan Rosa bergetar hebat ketika menerima gelas pemberian ibunya dan meminumnya sedikit.
"Harus kamu habiskan Ros, agar kamu kuat. Ingat, sekarang ada bayi dalam perut mu." sambil meraba perut Rosa yang masih datar.
"Rosa tak menginginkan nya bu." jawab Rosa dan seketika tangisnya kembali pecah. Bu Susi langsung memeluk anaknya dengan erat.
"Hanya ada kita berdua di rumah ini Ros, kita tidak memiliki saudara satu pun juga. Ibu yakin, kita bisa melewati ujian ini."
"Ibu ke dapur sebentar ya untuk membuatkanmu bubur." bu Susi melepas pelukannya dan segera berlalu menuju dapur.
Tak lama kemudian, bu Susi sudah kembali masuk ke dalam kamar Rosa sambil membawa semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap nya.
"Makanlah nak, mumpung masih hangat." namun Rosa hanya menggeleng. Wajahnya terlihat sangat pucat.
"Buka mulutnya, ibu rindu ingin menyuapi kamu nduk." Bu Susi mendekatkan sendok ke arah Rosa yang tak bergeming.
"Apakah kamu juga ingin melihat ibu menyusul bapakmu." sebuah kalimat yang sangat menohok di hati Rosa.
"Maafkan Rosa bu." Rosa langsung menggenggam tangan ibunya dan menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Kalau begitu cepat makan sayang, bukankah ibu sudah mengatakan. Kita akan melewati ujian ini bersama." Rosa pun mengangguk. Dan ia mulai membuka mulutnya menerima suapan dari ibunya. Akhirnya semangkuk bubur itu berhasil Rosa habiskan.
"Bagaimana dengan perkataan tetangga nanti terhadap Rosa ketika tahu perut Rosa semakin besar bu?"
Bu Susi menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan putrinya. Karena ia sendiri juga belum memikirkan hal itu.
"Dengarkan baik-baik, sebaik apapun perbuatan seseorang akan kalah oleh satu kesalahan kecil. Begitu pula dengan kesalahan seseorang yang menggunung, akan tertutup oleh satu kebaikan. Seiring berjalannya waktu mereka yang membicarakan di belakang mu akan bosan sendiri, dan mencari bahan gunjingan lainnya. Begitu seterusnya, tidak akan pernah ada habisnya. Kita di anugerahi dua telapak tangan, tidak akan pernah bisa untuk membungkam seluruh mulut yang membicarakan di belakang kita. Namun, kita mampu menutup telinga kita dengan kedua tangan yang kita miliki, agar tidak lagi mendengar gunjingan mereka. Paham kamu nduk?" bu Susi menatap Rosa yang kemudian mengangguk menuruti perkataan ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
mickey
ibu yg sangat baik bisa menerima kesalahan anaknya🥰 dan ibu yg bijak dalam berfikir🎉
2023-09-03
1
Nia sumania
bijak banget ibunya Ros. semangat selalu ya ....
aku hadiahkan 5 kembang untuk mu agar selalu kuat
2022-12-21
2
Baby_Miracles
nulisnya udah bagus tinggal pemesnya🥰
2022-12-03
1