20. Pulang dari rumah sakit

Lidya mengekor dokter muda itu. Walaupun dokter itu masih muda, ia harus memanggil nya dengan sebutan bapak, sebagai tanda menghormati. Karena itu adalah ajaran kedua orangtuanya.

Dugh...

Lidya menubruk dokter itu dari belakang, karena sejak tadi ia berjalan menunduk. Ia juga tak sadar jika dokter itu hendak membuka pintu.

"Maafkan saya dok." ucap Lidya sambil meringis, tangan kirinya mengelus keningnya sendiri.

Dokter itu tak mengatakan apapun selain menyunggingkan senyum tipis, lalu memasuki ruangannya. Lidya kembali mengekornya.

"Silahkan duduk dek."

Dokter itu mempersilahkan Lidya duduk, sedangkan ia mengambil beberapa peralatan yang ia butuhkan untuk mengobati luka Lidya. Setelahnya ia duduk di dekat Lidya.

"Ulurkan tangan nya dek." Dengan patuh Lidya mengulurkan tangannya.

Dokter itu segera membersihkan luka Lidya dengan alkohol terlebih dulu.

"Arghhh..... sakit." Lidya menyentak kan tangannya, lalu mengibas-ngibaskan. Ia meringis menahan sakit.

"Sepertinya tidak usah di obati saja lukanya pak, tangan saya jadi sakit begini." rintih Lidya.

"Kalau ngga segera di obati, bisa semakin lama sembuhnya."

Dokter itu menarik tangan Lidya lalu kembali membersihkan lukanya dengan alkohol. Ia memegang kuat tangan Lidya, sehingga tidak bisa memberontak.

"Jatuh dimana memangnya dek?"

Bukannya menjawab, Lidya justru menatap dokter itu sambil membatin.

'Dari kemarin, selalu saja di panggil dek. Memangnya aku ini adiknya apa.' batin Lidya dengan kesal.

"Hei, di tanya kok malah melamun. Pantas saja jatuh sampai luka seperti ini, kebanyakan melamun sih." ucap dokter itu sambil terkekeh, dan memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.

"Enak saja pak dokter bilang seperti itu. Ini tuh karena tadi berangkat sekolah di tabrak sama anak sekolah lain pak." Lidya menjawab dengan ketus yang membuat dokter itu kembali terkekeh.

"Kamu itu sama dokter berani ya membentak. Nanti kalau aku suntik gimana?"

"Jangan!" ucap Lidya dengan panik. Sejujurnya ia sangat takut jarum suntik. Melihat Rosa yang kemarin berdarah saja, seketika membuatnya lemas.

Dokter yang melihat Lidya ketakutan segera meminta maaf atas candaan nya tadi, dan Lidya pun mengangguk memaafkan.

"Eh, pak dokter mau ngapain?" Lidya seketika merapatkan kedua kakinya, karena melihat dokter itu berjongkok di hadapannya.

"Ya mau mengobati luka di lutut mu lah. Memang mau ngapain?"

Seketika Lidya bernafas lega, padahal pikiran nya tadi sudah kemana-mana. Ia tak ingin di lecehkan laki-laki, sebagaimana yang terjadi pada Rosa. Apalagi di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Berapa biayanya pak?" tanya Lidya sambil membuka tasnya hendak merogoh dompet. Namun berulang kali ia mengobrak abrik tas nya, ia tak menemukan dompetnya.

"Lhoh, dimana dompet ku? Kok ngga ada." gumam Lidya dengan lirih, namun dokter itu bisa mendengarnya.

"Saya tidak menyuruh kamu untuk membayar. Uangnya di simpan saja untuk jajan besok."

"Jangan begitu pak, nanti pak dokter bisa rugi." Lidya terus saja mengobrak abrik tas nya.

Dokter yang melihat nya semakin geleng-geleng kepala dengan kelakuan Lidya yang absturd itu.

"Terus, apakah kamu ada uang untuk membayar ku?" kata dokter itu akhirnya, menimpali perkataan gadis ceroboh di hadapan nya.

"Sudah tidak apa-apa. Segera pulang dan beristirahat lah. Sudah sore pasti orang tua mu mencari mu. Lagian anak sekolah, bukannya pulang dulu, ini main mampir mampir saja."

"Rosa kan saudara saya pak, masa tidak boleh menjenguk saudara sendiri?" Lidya mengerucutkan bibirnya.

"Cuma kamu pasien yang berani membentak dan membantah setiap ucapan dokter dek Lidya."

"Apa!" seru Lidya lagi ketika dokter itu menyebut namanya.

"Jangan ge-er. Bukankah ibu tadi memanggil mu Lidya." ucap dokter itu agar tak ada salah paham.

Huft...

"Maafkan saya pak, dompet saya hilang ngga tahu di mana. Besok kalau kesini saya janji akan bayar hutangnya."

Setelah berkata seperti itu, Lidya keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata terima kasih.

Ia segera melajukan motornya membelah jalanan yang selalu ramai itu.

"Dasar gadis keras kepala dan angkuh, sudah di tolong bukannya mengucapkan terima kasih, eh malah nyelonong pergi begitu saja."

Setelah bergumam seperti itu, dokter tadi segera merapikan peralatan dan segera pulang, karena jam kerjanya sudah habis.

Langkahnya terhenti ketika kakinya terasa menginjak sesuatu. Ia pun menundukkan kepalanya, melihat benda yang ada di bawahnya.

"Astaghfirullah, jangan-jangan ini buku pelajaran gadis kecil itu. Dasar gadis ceroboh." bergegas ia membolak balik buku itu.

"Apa-apaan ini, masa nilainya 5, 6. Ternyata selain gadis angkuh, ceroboh, ia juga gadis yang bodoh." gumamnya lagi ketika melihat nilai Lidya yang mengenaskan tertera di bukunya.

Ia pun memasukkan buku itu ke dalam tas kerjanya dan berniat segera mengembalikan nya.

Sesampainya di tempat parkir, dokter itu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut, tapi tak menemukannya.

Akhirnya, ia kembali ke mobil dan melajukannya.

______

Bu Cici sangat histeris ketika melihat luka di tangan dan kaki Lidya, sesampainya ia di rumah.

"Mama, cuma luka kecil kok, jangan histeris gitu, nanti Lidya semakin takut. Ini juga sudah di obati pak dokter, mama tenang saja." ucap Lidya menenangkan mamanya.

Lidya bangkit berdiri setelah sekian panjang mamanya memberondong nya dengan banyak pertanyaan. Bergegas ia ke kamarnya untuk segera mandi sore. Tak tahan dengan rasa lengket di sekujur tubuhnya karena aktifitas nya seharian.

Lidya duduk di tepi tempat tidur, setelah ia mandi. Luka-luka nya kian terasa perih karena siraman air.

"Semoga saja beneran cepat sembuh, awas tuh pak dokter kalau sampai bohongin aku." gerutu Lidya kesal.

Lidya pun segera mencari dompetnya yang ia yakini selalu berada di dalam tas, tapi nyatanya hari itu justru tidak ada. Setelah mencarinya, akhirnya ia menemukan nya di bawah kursi. Seketika ia pun merasa lega.

"Hem, sepertinya besok aku harus ke rumah sakit lagi untuk membayar hutang ku sama dokter itu."

______

Hari esoknya, Lidya di antar papanya ke sekolah. Karena mamanya khawatir ia akan kembali mengalami kecelakaan.

Dan siang harinya, sepulang sekolah Lidya harus menaiki ojek untuk kembali ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Lidya berusaha mencari dokter yang kemarin mengobati nya. Namun hasilnya nihil. Akhirnya ia dengan langkah gontai, pergi ke ruangan Rosa.

"Lidya, kamu sudah sembuh?"

"Seperti yang kamu lihat Ros." jawab Lidya dengan senyum mengembang.

Lidya hanya menggoda bayi Rosa, kejadian kemarin membuat ia takut akan mencelakakan bayi tampan itu lagi.

"Kapan kamu diijinkan pulang Ros?"

"Sekarang Lid." Lidya membulatkan matanya, tak menyangka secepatnya itu sahabat nya akan diijinkan pulang.

"Alhamdulillah. Ayo aku bantu siap siap." Ajak Lidya dengan bersemangat.

Akhirnya mereka selesai bersiap-siap, karena barang bawaan mereka tidak banyak.

Setelah selesai bersiap-siap, Lidya dan bu Susi membawa barang bawaan, sedangkan Rosa menggendong bayinya.

Ketiganya berjalan ke depan rumah sakit untuk mencari angkutan. Baru separuh perjalanan, tiba-tiba ada yang membunyikan klakson dari belakang. Mereka pun menoleh bersamaan, dan melihat mobil warna putih berhenti di belakang mereka.

"Pak dokter."

Episodes
1 1. Rosa hamil?
2 2. Bunuh diri
3 3. Meminta pertanggungjawaban
4 4. Membeli jamu
5 5. Takdir yang harus dijalani
6 6. Mencari kerja
7 7. Gaji pertama
8 8. Tawaran bu Cici
9 9. Les privat
10 10. Penilaian mereka
11 11. Keceplosan
12 12. Make over
13 13. Di salon
14 14. Kebaikan Lidya
15 15. Mawar berduri
16 16. Rosa kritis
17 17. Dugaan orang tua Lidya
18 18. Kecelakaan
19 19. Terlambat sekolah
20 20. Pulang dari rumah sakit
21 21. Mendaftar jadi guru les
22 22. Menangkap Anita
23 23. Anita di tangkap polisi
24 24. Sebuah keputusan
25 25. Menjadi TKI
26 26. Bertemu majikan
27 27. Di rumah sakit
28 28. Sebuah fakta
29 29. Sebuah niat
30 30. Keputusan
31 31. Di bandara
32 32. Abrisam
33 33. Hinaan netizen
34 34. Memulai usaha
35 35. Melepas rindu dengan sahabat
36 36. Menyatakan cinta
37 37. Memikirkan Lidya
38 38. Akhirnya diterima
39 39. Foto itu
40 40. Menikahi mu
41 41. Di hantui wanita itu
42 42. Hampir saja ketahuan
43 43. Kesiangan
44 44. Si kembar tampan
45 45. Menjemput mempelai
46 46. Sah
47 47. Berjanji pada ibu
48 48. Menyingkap baju
49 49. Satu kamar
50 50. Belajar sholat
51 51. Tangisan di kamar mandi
52 52. Tidur sekamar
53 53. Di dalam lift
54 54. Bermunajat
55 55. Kenapa seribet ini?
56 56. Ibu karbitan
57 57. Istri untuk selamanya
58 58. Hanya author yang tahu
59 59. UPS, sorry
60 60. Kembali bekerja
61 61. Rico cemburu
62 62. Kejutan dari umi Farhana
63 63. Perasaan oma
64 64. Matamu dikondisikan dong
65 65. Menyambut kedatangan orangtua
66 66. Dendam yang mengakar
67 67. Husein dan Farhana
68 68. Masa lalu
69 69. Tertangkap basah
70 70. Di kira pacar
71 71. Curhat
72 72. Jebakan
73 73. Melapor
74 74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75 75. Penangkapan
76 76. Berdoa
77 77. Curhat
78 78. Mati
79 79. Keputusan oma
80 80. Kedatangan Husein dan Farhana
81 81. Prahara besar
82 82. Di usir dan di kurung
83 83. Disita
84 84. Di pengadilan
85 85. Sidang pertama
86 86. Sebuah informasi
87 87. Menangisi laki-laki
88 88. Kabur
89 89. Kemarahan Oma
90 90. Ke ujung dunia
91 91. Sidang ke 2
92 92. Sebuah keputusan
93 93. Keputusan hakim
94 94. Makan bersama
95 95. Menyatakan cinta
96 96. Di blokir
97 97. Mencari kerja
98 98. Abigail mencari kerja
99 99. Abrisam mencari kerja
100 100. Mencari solusi
101 101. Menolak tawaran
102 102. Diculik
103 103. Mengembalikan uang
104 104. Diculik 2
105 105. Terkejut
106 106. Motor Rosa
107 107. Siapa dia?
108 108. The power off kepepet
109 109. Kesetrum
110 110. Racun ular, obat penawar
111 111. Rahasia
112 112. Pengejar berita
113 113. Bercerita
114 114. Tak percaya
115 115. Undangan makan malam
116 116. Penolakan
117 117. Menjemput Rosa
118 118. Menjemput Lidya
119 119. Permintaan Oma Sekar
120 120. Reaksi orang tua
121 121. Melamar Rosa
122 122. Pernikahan Rosa
123 123. Pernikahan Lidya
124 124. Membobol gawang
125 125. Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Rosa hamil?
2
2. Bunuh diri
3
3. Meminta pertanggungjawaban
4
4. Membeli jamu
5
5. Takdir yang harus dijalani
6
6. Mencari kerja
7
7. Gaji pertama
8
8. Tawaran bu Cici
9
9. Les privat
10
10. Penilaian mereka
11
11. Keceplosan
12
12. Make over
13
13. Di salon
14
14. Kebaikan Lidya
15
15. Mawar berduri
16
16. Rosa kritis
17
17. Dugaan orang tua Lidya
18
18. Kecelakaan
19
19. Terlambat sekolah
20
20. Pulang dari rumah sakit
21
21. Mendaftar jadi guru les
22
22. Menangkap Anita
23
23. Anita di tangkap polisi
24
24. Sebuah keputusan
25
25. Menjadi TKI
26
26. Bertemu majikan
27
27. Di rumah sakit
28
28. Sebuah fakta
29
29. Sebuah niat
30
30. Keputusan
31
31. Di bandara
32
32. Abrisam
33
33. Hinaan netizen
34
34. Memulai usaha
35
35. Melepas rindu dengan sahabat
36
36. Menyatakan cinta
37
37. Memikirkan Lidya
38
38. Akhirnya diterima
39
39. Foto itu
40
40. Menikahi mu
41
41. Di hantui wanita itu
42
42. Hampir saja ketahuan
43
43. Kesiangan
44
44. Si kembar tampan
45
45. Menjemput mempelai
46
46. Sah
47
47. Berjanji pada ibu
48
48. Menyingkap baju
49
49. Satu kamar
50
50. Belajar sholat
51
51. Tangisan di kamar mandi
52
52. Tidur sekamar
53
53. Di dalam lift
54
54. Bermunajat
55
55. Kenapa seribet ini?
56
56. Ibu karbitan
57
57. Istri untuk selamanya
58
58. Hanya author yang tahu
59
59. UPS, sorry
60
60. Kembali bekerja
61
61. Rico cemburu
62
62. Kejutan dari umi Farhana
63
63. Perasaan oma
64
64. Matamu dikondisikan dong
65
65. Menyambut kedatangan orangtua
66
66. Dendam yang mengakar
67
67. Husein dan Farhana
68
68. Masa lalu
69
69. Tertangkap basah
70
70. Di kira pacar
71
71. Curhat
72
72. Jebakan
73
73. Melapor
74
74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75
75. Penangkapan
76
76. Berdoa
77
77. Curhat
78
78. Mati
79
79. Keputusan oma
80
80. Kedatangan Husein dan Farhana
81
81. Prahara besar
82
82. Di usir dan di kurung
83
83. Disita
84
84. Di pengadilan
85
85. Sidang pertama
86
86. Sebuah informasi
87
87. Menangisi laki-laki
88
88. Kabur
89
89. Kemarahan Oma
90
90. Ke ujung dunia
91
91. Sidang ke 2
92
92. Sebuah keputusan
93
93. Keputusan hakim
94
94. Makan bersama
95
95. Menyatakan cinta
96
96. Di blokir
97
97. Mencari kerja
98
98. Abigail mencari kerja
99
99. Abrisam mencari kerja
100
100. Mencari solusi
101
101. Menolak tawaran
102
102. Diculik
103
103. Mengembalikan uang
104
104. Diculik 2
105
105. Terkejut
106
106. Motor Rosa
107
107. Siapa dia?
108
108. The power off kepepet
109
109. Kesetrum
110
110. Racun ular, obat penawar
111
111. Rahasia
112
112. Pengejar berita
113
113. Bercerita
114
114. Tak percaya
115
115. Undangan makan malam
116
116. Penolakan
117
117. Menjemput Rosa
118
118. Menjemput Lidya
119
119. Permintaan Oma Sekar
120
120. Reaksi orang tua
121
121. Melamar Rosa
122
122. Pernikahan Rosa
123
123. Pernikahan Lidya
124
124. Membobol gawang
125
125. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!