2. Bunuh diri

Sebulan sudah kematian pak Sastro. Desas desus tentang kehamilan Rosa mulai santer terdengar.

Awalnya Rosa yakin akan mampu melewati semua ini, tapi melihat beberapa tetangganya yang mulai menatap sinis ketika berpapasan dengan nya membuat hatinya seketika menciut.

Rosa kembali masuk ke kamarnya dan tak lupa mengunci pintu nya. Rosa duduk termenung di depan meja rias. Bingung dengan berbagai kemelut yang menyiksa pikirannya saat ini.

Pacar nya sudah berkali-kali di hubungi tapi tetap tak bisa. Bahkan nomor Rosa malah di blokir.

Rosa kembali merutuki kebodohan nya. Mau maunya menyerahkan satu satunya harta yang paling berharga yang di miliki oleh seorang wanita.

'Oh Tuhan, kenapa aku bisa sebodoh ini? Apakah aku sehina itu di mata mereka. Sehingga hanya dengan melihat ku saja seperti melihat kotoran yang menjijikkan?' batin Rosa sambil menatap wajahnya lewat pantulan cermin.

Di tengah pikirannya yang berkecamuk, Rosa melempar vas bunga yang ada di mejanya, hingga mengenai cermin riasnya hingga pecah. Kepingan kaca itu berserakan di meja dan beberapa nya jatuh ke lantai.

Seketika pikiran buruk hinggap di kepalanya ketika melihat serpihan kaca yang ada di meja. Tangannya memungut serpihan kaca yang jatuh diatas meja dan menatapnya sekian menit.

Cruss......

Seketika darah segar keluar dari tangan nya yang membuat dia seketika ambruk di lantai.

"Assalamu'alaikum."

bu Susi mengucapkan salam berkali kali namun tak ada sahutan sama sekali. Bergegas ia mengecek ke seluruh ruang dan tak menemukan Rosa sama sekali.

Bergegas ia menggedor pintu kamar Rosa namun tak ada jawaban. Hatinya semakin tak tenang, ketika pintunya di kunci dari dalam.

Sambil berlinangan air mata bu Susi segera keluar mencari bantuan. Beberapa warga yang sedang ngobrol di teras rumah dengan tergopoh-gopoh mengikuti langkah bu Susi yang kian cepat.

"Ayo mas di dobrak saja." usul salah satu warga yang langsung di balas anggukan oleh yang lainnya.

Setelah beberapa kali dobrakan, akhirnya pintu berhasil terbuka. Semua mata syok melihat Rosa yang sudah jatuh dilantai.

Bergegas semua warga dan bu Susi berdesakan masuk.

"Rosa!" seru Bu Susi melihat Rosa yang sudah tak sadarkan diri dan tangannya mengalir darah segar.

"Ayo segera bawa kerumah sakit." seru seorang warga. Lalu dengan sigap beberapa warga mulai mengangkat tubuh Rosa yang sedikit gemuk itu.

Nafas bu Susi tersengal-sengal ketika menunggu di luar IGD. Pikirannya kembali teringat akan kejadian sebulan lalu yang merenggut nyawa suaminya. Ia tak ingin Rosa mengalami hal yang sama.

"Kamu harus kuat nduk. Ibu hanya memiliki mu, jangan tinggalkan ibu. Ibu janji akan merawat dan membesarkan anakmu. Ibu ikhlas nduk." gumam bu Susi yang di sertai isakan tangis.

"Keluarga nona Rosa." kata seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD. Dengan tergopoh-gopoh bu Susi mendekat ke perawat.

"Sa_saya ibu nya dok." jawab bu Susi dengan suara yang bergetar.

"Alhamdulillah, nona Rosa berhasil melewati masa kritisnya. Sekarang tinggal menunggu sampai ia siuman."

"Alhamdulillah." ucap bu Susi yang bisa bernafas sedikit lega.

"Boleh saya masuk dok?"

"Iya silahkan bu. Pesan saya, selalu dampingi nona Rosa ya bu, jauhkan dari segala benda tajam, ajaklah ke tempat-tempat yang membuat hatinya tenang. Perbanyak mengingat Allah."

"I_iya dok, akan saya laksanakan semua nasehat dokter. Terimakasih sekali lagi." jawab bu Susi dengan sedikit menyunggingkan senyum. Bergegas ia masuk dan mendekati Rosa yang masih terbaring lemah di ranjang pasien.

Sambil menangis sesenggukan, bu Susi menggenggam tangan Rosa, tangan yang satunya lagi membelai lembut kepala Rosa.

"Alhamdulillah Allah masih memberikan kamu kesempatan hidup nduk. Kamu tidak boleh menyia-nyiakannya. Ibu tahu kamu seorang gadis yang kuat.

Karena mendapat bius total, akhirnya Rosa baru tersadar keesokan harinya. Matanya terasa berat hanya untuk sekedar berkedip.

Arghhh....

Rosa mengerang kesakitan ketika hendak menggerakkan tangan untuk mengucek mata yang masih sulit terbuka.

"Rosa, kamu sudah sadar nduk?" tanya bu Susi yang langsung terbangun dari tidurnya. Tangannya semakin erat memegang tangan sebelah kanan Rosa yang tidak sakit.

"Di_dimana Rosa bu?" dengan suara pelan Rosa bertanya ke ibunya. Matanya mulai lamat-lamat terbuka. Sinar lampu ruang perawatannya membuatnya ia sedikit silau sehingga tak bisa melihat jelas ke seisi ruangan.

"Kamu ada dirumah sakit nduk."

"Rumah sakit." gumam Rosa lirih. Pikirannya kembali mengingat kejadian yang baru saja ia alami.

Arghhh...

Rosa kembali berteriak karena berusaha mengingat kejadian kemarin sehingga kepalanya berdenyut sakit.

"Jangan memikirkan hal lainnya. Fokuslah untuk kesembuhan mu nduk. Ibu ngga mau kamu tinggal sendirian." bu Susi terus menyemangati Rosa.

"Maafkan Rosa yang bodoh ini Bu." balas Rosa sambil tergugu menahan tangis.

"Kamu tetap menjadi anak kebanggaan ibu yang pintar, cantik dan baik nduk." bu Susi mengelap air yang perlahan mulai menetes di pipi Rosa.

"Permisi, sarapan pagi nya." kata seorang petugas rumah sakit mengantar nasi untuk sarapan pasien. Dan meletakkannya di atas nakas dekat ranjang pasien.

"Terimakasih sus." jawab bu Susi sambil berusaha tersenyum.

"Sarapan pagi sudah datang, ayo segera di makan nak. Biar bisa segera sembuh."

Awalnya Rosa memang tak ingin makan apapun karena memang tak bernafsu sama sekali. Akan tetapi melihat perjuangan ibunya selama ini tentu dia tak tega. Akhirnya dengan pelan ia mulai mengunyah suapan demi suapan yang di berikan ibunya hingga sarapannya habis.

"Nah kalau seperti ini kan kamu jadi cepat sembuh nduk. Ibu ada temannya lagi di rumah." ucap Bu Susi sambil tersenyum.

Setelah selesai sarapan bu Susi mengajak Rosa bercerita banyak hal. Hal itu dia lakukan agar Rosa lebih terhibur dan pelan-pelan bisa melupakan semua kejadian buruk yang menimpanya saat ini.

"Permisi." suara dokter jaga sedikit mengejutkan mereka. Sebaris senyum mengembang di wajah mereka sebagai tanda saling menghormati.

"Saya mulai cek dulu ya." dokter itu mulai membenarkan letak stetoskop nya. Serangkaian pemeriksaan mulai dilakukan.

"Kondisi nya mengalami peningkatan yang cukup baik. Semangat terus untuk sembuh ya dek." kata dokter itu dengan senyum ramah. Rosa pun mengangguk.

Beberapa hari sudah Rosa di rawat di rumah sakit. Wajahnya terlihat tak lagi pucat. Dia sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri. Dan hari itu dokter mengijinkan nya pulang.

Dengan menaiki kursi roda, Rosa di dorong pelan ibunya menuju ke depan rumah sakit.

"Hati hati bu, biar saya benarkan posisi mbaknya dulu." kata sopir memberi aba-aba ke bu Susi.

Mobil yang sengaja di sewa pun mulai melaju pelan meninggalkan rumah sakit. Menempuh perjalanan sekitar 15 menit, akhirnya sudah tiba di kediaman bu Susi.

"Ibu tidak akan tinggal diam Rosa. Katakanlah dengan jujur siapa yang tega menghamilimu. Kita harus meminta pertanggung jawabannya."

"Percuma bu, dia tak akan mau bertanggung jawab."

"Jangan menyerah sebelum mencoba. Cepat katakan ke ibu sekarang. Jangan terus-terusan menutupinya. Sebelum perutmu semakin besar."

Rosa menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengatakan yang sejujurnya pada ibunya.

Terpopuler

Comments

mickey

mickey

tetap tegar jangan putus asa Rosa,semangat💪

2023-09-03

0

lihat semua
Episodes
1 1. Rosa hamil?
2 2. Bunuh diri
3 3. Meminta pertanggungjawaban
4 4. Membeli jamu
5 5. Takdir yang harus dijalani
6 6. Mencari kerja
7 7. Gaji pertama
8 8. Tawaran bu Cici
9 9. Les privat
10 10. Penilaian mereka
11 11. Keceplosan
12 12. Make over
13 13. Di salon
14 14. Kebaikan Lidya
15 15. Mawar berduri
16 16. Rosa kritis
17 17. Dugaan orang tua Lidya
18 18. Kecelakaan
19 19. Terlambat sekolah
20 20. Pulang dari rumah sakit
21 21. Mendaftar jadi guru les
22 22. Menangkap Anita
23 23. Anita di tangkap polisi
24 24. Sebuah keputusan
25 25. Menjadi TKI
26 26. Bertemu majikan
27 27. Di rumah sakit
28 28. Sebuah fakta
29 29. Sebuah niat
30 30. Keputusan
31 31. Di bandara
32 32. Abrisam
33 33. Hinaan netizen
34 34. Memulai usaha
35 35. Melepas rindu dengan sahabat
36 36. Menyatakan cinta
37 37. Memikirkan Lidya
38 38. Akhirnya diterima
39 39. Foto itu
40 40. Menikahi mu
41 41. Di hantui wanita itu
42 42. Hampir saja ketahuan
43 43. Kesiangan
44 44. Si kembar tampan
45 45. Menjemput mempelai
46 46. Sah
47 47. Berjanji pada ibu
48 48. Menyingkap baju
49 49. Satu kamar
50 50. Belajar sholat
51 51. Tangisan di kamar mandi
52 52. Tidur sekamar
53 53. Di dalam lift
54 54. Bermunajat
55 55. Kenapa seribet ini?
56 56. Ibu karbitan
57 57. Istri untuk selamanya
58 58. Hanya author yang tahu
59 59. UPS, sorry
60 60. Kembali bekerja
61 61. Rico cemburu
62 62. Kejutan dari umi Farhana
63 63. Perasaan oma
64 64. Matamu dikondisikan dong
65 65. Menyambut kedatangan orangtua
66 66. Dendam yang mengakar
67 67. Husein dan Farhana
68 68. Masa lalu
69 69. Tertangkap basah
70 70. Di kira pacar
71 71. Curhat
72 72. Jebakan
73 73. Melapor
74 74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75 75. Penangkapan
76 76. Berdoa
77 77. Curhat
78 78. Mati
79 79. Keputusan oma
80 80. Kedatangan Husein dan Farhana
81 81. Prahara besar
82 82. Di usir dan di kurung
83 83. Disita
84 84. Di pengadilan
85 85. Sidang pertama
86 86. Sebuah informasi
87 87. Menangisi laki-laki
88 88. Kabur
89 89. Kemarahan Oma
90 90. Ke ujung dunia
91 91. Sidang ke 2
92 92. Sebuah keputusan
93 93. Keputusan hakim
94 94. Makan bersama
95 95. Menyatakan cinta
96 96. Di blokir
97 97. Mencari kerja
98 98. Abigail mencari kerja
99 99. Abrisam mencari kerja
100 100. Mencari solusi
101 101. Menolak tawaran
102 102. Diculik
103 103. Mengembalikan uang
104 104. Diculik 2
105 105. Terkejut
106 106. Motor Rosa
107 107. Siapa dia?
108 108. The power off kepepet
109 109. Kesetrum
110 110. Racun ular, obat penawar
111 111. Rahasia
112 112. Pengejar berita
113 113. Bercerita
114 114. Tak percaya
115 115. Undangan makan malam
116 116. Penolakan
117 117. Menjemput Rosa
118 118. Menjemput Lidya
119 119. Permintaan Oma Sekar
120 120. Reaksi orang tua
121 121. Melamar Rosa
122 122. Pernikahan Rosa
123 123. Pernikahan Lidya
124 124. Membobol gawang
125 125. Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Rosa hamil?
2
2. Bunuh diri
3
3. Meminta pertanggungjawaban
4
4. Membeli jamu
5
5. Takdir yang harus dijalani
6
6. Mencari kerja
7
7. Gaji pertama
8
8. Tawaran bu Cici
9
9. Les privat
10
10. Penilaian mereka
11
11. Keceplosan
12
12. Make over
13
13. Di salon
14
14. Kebaikan Lidya
15
15. Mawar berduri
16
16. Rosa kritis
17
17. Dugaan orang tua Lidya
18
18. Kecelakaan
19
19. Terlambat sekolah
20
20. Pulang dari rumah sakit
21
21. Mendaftar jadi guru les
22
22. Menangkap Anita
23
23. Anita di tangkap polisi
24
24. Sebuah keputusan
25
25. Menjadi TKI
26
26. Bertemu majikan
27
27. Di rumah sakit
28
28. Sebuah fakta
29
29. Sebuah niat
30
30. Keputusan
31
31. Di bandara
32
32. Abrisam
33
33. Hinaan netizen
34
34. Memulai usaha
35
35. Melepas rindu dengan sahabat
36
36. Menyatakan cinta
37
37. Memikirkan Lidya
38
38. Akhirnya diterima
39
39. Foto itu
40
40. Menikahi mu
41
41. Di hantui wanita itu
42
42. Hampir saja ketahuan
43
43. Kesiangan
44
44. Si kembar tampan
45
45. Menjemput mempelai
46
46. Sah
47
47. Berjanji pada ibu
48
48. Menyingkap baju
49
49. Satu kamar
50
50. Belajar sholat
51
51. Tangisan di kamar mandi
52
52. Tidur sekamar
53
53. Di dalam lift
54
54. Bermunajat
55
55. Kenapa seribet ini?
56
56. Ibu karbitan
57
57. Istri untuk selamanya
58
58. Hanya author yang tahu
59
59. UPS, sorry
60
60. Kembali bekerja
61
61. Rico cemburu
62
62. Kejutan dari umi Farhana
63
63. Perasaan oma
64
64. Matamu dikondisikan dong
65
65. Menyambut kedatangan orangtua
66
66. Dendam yang mengakar
67
67. Husein dan Farhana
68
68. Masa lalu
69
69. Tertangkap basah
70
70. Di kira pacar
71
71. Curhat
72
72. Jebakan
73
73. Melapor
74
74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75
75. Penangkapan
76
76. Berdoa
77
77. Curhat
78
78. Mati
79
79. Keputusan oma
80
80. Kedatangan Husein dan Farhana
81
81. Prahara besar
82
82. Di usir dan di kurung
83
83. Disita
84
84. Di pengadilan
85
85. Sidang pertama
86
86. Sebuah informasi
87
87. Menangisi laki-laki
88
88. Kabur
89
89. Kemarahan Oma
90
90. Ke ujung dunia
91
91. Sidang ke 2
92
92. Sebuah keputusan
93
93. Keputusan hakim
94
94. Makan bersama
95
95. Menyatakan cinta
96
96. Di blokir
97
97. Mencari kerja
98
98. Abigail mencari kerja
99
99. Abrisam mencari kerja
100
100. Mencari solusi
101
101. Menolak tawaran
102
102. Diculik
103
103. Mengembalikan uang
104
104. Diculik 2
105
105. Terkejut
106
106. Motor Rosa
107
107. Siapa dia?
108
108. The power off kepepet
109
109. Kesetrum
110
110. Racun ular, obat penawar
111
111. Rahasia
112
112. Pengejar berita
113
113. Bercerita
114
114. Tak percaya
115
115. Undangan makan malam
116
116. Penolakan
117
117. Menjemput Rosa
118
118. Menjemput Lidya
119
119. Permintaan Oma Sekar
120
120. Reaksi orang tua
121
121. Melamar Rosa
122
122. Pernikahan Rosa
123
123. Pernikahan Lidya
124
124. Membobol gawang
125
125. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!