16. Rosa kritis

Bugh...

Arghhh.....

Rosa berteriak kesakitan karena terpeleset saat keluar kamar mandi.

"Tolong... Tolong.."

Suara Rosa terdengar begitu menyayat hati, tapi tak ada siapapun juga yang datang untuk segera menolong nya. Sampai ia pingsan dan kehilangan banyak darah.

"Rasain tuh, anak kecil saja belagu. Makanya jangan macam-macam sama aku." gumam Anita pelan.

Senyum sinis nya melengkung sempurna di wajahnya. Ia segera menuju ke depan untuk melayani pembeli.

Sedangkan dari lantai atas, Lidya turun dengan tergesa-gesa menuju kamar mandi untuk karyawan karena air di kamar mandi nya kebetulan mati.

"ROSA!"

Seru Lidya karena terkejut melihat Rosa yang tergeletak di lantai, ada genangan darah segar di sekitar kaki Rosa.

Lidya bergetar hebat menyaksikan keadaan Rosa yang seperti itu. Tulang persendian nya bagai rontok sehingga sangat sulit untuk di gerakkan.

Namun, hati kecil nya terus berkata untuk segera membantu Rosa. Setelah menghembuskan nafas panjang berulang kali, barulah ia bisa berjalan sambil berteriak minta tolong.

"Tolong... Tolong..."

Teriak Lidya sampai berulang kali.

"Ada apa sayang?" bu Cici segera menghampiri anaknya setelah mengunci laci kasir.

"Ros... Rosa... Ada darah." Lidya berbicara dengan suara yang tercekat sambil telunjuk tangan nya mengarah pada kamar mandi karyawan.

Mendengar penjelasan anaknya yang tak jelas itu membuat bu Cici seketika merasa tak tenang dan langsung berlari ke arah kamar mandi karyawan di ikuti Anita.

"ROSA!"

Seru bu Cici yang terkejut melihat keadaan Rosa. Sedangkan Anita berpura pura terkejut agar tidak di curigai jika ia yang sudah melakukan hal itu.

Sementara itu, pak Citro yang baru saja pulang kerja dan seperti mendengar suara teriakan, segera berlari ke sumber suara. Ia tergopoh-gopoh datang menghampiri Lidya yang terduduk lemas di meja kasir.

"Ada apa sayang?" pak Citro mengelus kepala Lidya yang justru membuat ia terkejut.

"Rosa yah." Lidya tak mampu meneruskan kata-katanya dan ia menunjuk ke kamar mandi.

Bergegas pak Citro menuju kamar mandi. Ia membelalakkan matanya tak percaya dengan pemandangan yang ada di depan nya saat ini.

"Ayo segera kita bawa ke rumah sakit bu. Siap kan mobilnya, biar ayah yang gendong." Dengan sigap pak Citro menggendong tubuh Rosa yang semakin gendut itu.

Bu Cici segera berjalan mendahului untuk menyiapkan mobil. Di ikuti pak Citro yang berada di belakang nya sedang menggendong Rosa. Melihat kedua orang tuanya keluar dari kamar mandi dan membawa Rosa, Lidya segera mengikuti langkah mereka dengan tertatih dan menangis sesenggukan.

"Lidya ikut yah." teriak Lidya, ia segera naik di bagian belakang mobil di susul oleh bu Cici.

"Sini yah." seru Lidya menunjuk ke pahanya. Ia menyuruh ayahnya untuk meletakkan kepala Rosa di pangkuan nya. Sedangkan badan Rosa bertumpu di pangkuan bu Cici.

Setelah semua siap, bergegas pak Citro melajukan mobil nya, membelah keramaian jalan kota karena lalu lalang kendaraan orang yang pulang kerja.

Sementara itu, Lidya menangis sesenggukan sambil mengelus wajah Rosa.

"Rosa, cepat bangun. Ayo ajari aku belajar lagi." Lidya meracau sambil terus mengusap dan memandangi wajah Rosa yang pucat.

"Ma, kenapa Rosa mengeluarkan banyak darah? Apa bayi nya akan segera lahir?" tanya Lidya di sela-sela isak tangisnya.

"Mama juga tidak tahu Lid. Kita doakan saja semoga Rosa dan bayi nya ngga apa-apa." bu Cici mengelus dan mengecup kening Lidya.

"Apa kalian sudah menghubungi ibunya." celetuk pak Citro kemudian.

Lidya membelalakkan matanya, seakan baru saja tersadar. Ia menangis sejak tadi sampai lupa mengabari ibunya Rosa.

"Aku belum mengabari nya pa, aku pinjam handphone ayah sebentar ya untuk memberi kabar." lalu pak Citro merogoh dan menyerahkan handphone pada Lidya.

"Astaghfirullah. Lidya kan ngga tahu nomor telepon ibunya Rosa ma." Lidya mendengus kesal.

Ia merutuk dalam hati, kenapa terlalu lama menangis, sehingga tidak bisa membantu Rosa semaksimal mungkin.

Akhirnya mobil pun sampai di rumah sakit terdekat. Pak Citro segera menghampiri petugas rumah sakit. Dan tak lama kemudian, ia sudah kembali dengan beberapa perawat yang mengekor di belakangnya sambil mendorong brankar.

Para perawat segera memindahkan Rosa ke brankar dam mendorong nya secepat mungkin agar segera mendapat pertolongan.

"Tunggu saja di luar mbak. Kami akan melakukan tindakan medis untuk menyelamatkan nyawa pasien." kata seorang perawat mencegah Lidya yang hendak ikut masuk ke ruang IGD. Perawat itu segera menutup pintunya.

"Sabar sayang, ayo kita duduk dulu." ucap bu Cici sambil memapah Lidya menuju kursi terdekat di mana ayah nya sedang duduk.

Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruang IGD itu. Lidya yang melihat perawat itu keluar segera menghampirinya di susul oleh kedua orang tuanya.

"Gimana keadaan nya sus?" tanya Lidya yang tak sabar.

"Pasien kehilangan banyak darah, kita harus segera melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa keduanya."

"Operasi?" kata Lidya dan kedua orangtuanya serempak. Suster pun mengangguk.

"Bagaimana ini ma?" tanya Lidya yang tak paham.

"Keluarga pasien harus menandatangani surat persetujuan dulu sebelum operasi di lakukan." Suster itu menyerahkan selembar surat.

Ketiganya saling beradu pandang. Di satu sisi, mereka ingin agar Rosa cepat di tangani. Sedangkan di sisi yang lain, mereka bukanlah keluarga kandungnya. Tentu saja mereka takut jika terjadi apa-apa dengan Rosa dan bayinya, akan di salahkan oleh ibu Rosa.

"Baiklah saya akan tanda tangani." ucap pak Citro setelah menarik nafas panjang. Bu Cici pun mengangguk sambil tersenyum ke arah suami nya yang sangat bertanggung jawab itu. Sedangkan Lidya langsung memeluk ayahnya.

"Terima kasih pa." ucapnya berulang kali setelah ayahnya menyerahkan selembar kertas itu pada suster.

Lidya tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Rosa dan bayinya. Sedangkan bu Cici berpikir bagaimana cara mengabari ibunya Rosa.

"Yah, kalau mama pulang dulu gimana? ambil handphone dan uang untuk biaya Rosa." pak Citro hanya bisa mengangguk menuruti kemauan istrinya.

"Sayang, mama tinggal sebentar ya." ucap bu Cici pada Lidya sambil mengelus kepala anak kesayangannya itu.

Bu Cici dengan langkah tergopoh-gopoh segera menuju ke parkiran di mana mobilnya berada. Sedangkan Lidya kembali menunjukkan kepalanya sambil terus merapalkan doa. Pak Citro yang melihat anaknya seperti itu segera merengkuh dan memeluk nya erat.

"Sabar sayang, Rosa pasti bisa melewati semuanya." lirih pak Citro tapi masih mampu di dengar Lidya.

Tangan kiri pak Citro mengelus pucuk kepala Lidya dengan penuh kasih sayang. Selama ini ia bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apa yang menjadi permintaan Lidya selalu di turuti sehingga ia selalu bisa melihat senyum anak gadisnya yang cantik itu.

Tapi kini, untuk pertama kalinya ia melihat anak gadisnya yang cantik jelita menangis sesenggukan karena seseorang yang jelas-jelas tidak ada hubungan darah nya dengan nya. Dan itu membuat pak Citro sangat bersedih.

Dalam hati pak Citro berjanji, akan melakukan apa saja agar senyum di wajah Lidya bersinar lagi. Termasuk membayar total tagihan rumah sakit Rosa, karena ia sudah terlanjur menandatangani surat persetujuan itu.

"Owek.... Owek."

Lidya menajamkan pendengarannya dan beradu pandang dengan ayahnya.

Episodes
1 1. Rosa hamil?
2 2. Bunuh diri
3 3. Meminta pertanggungjawaban
4 4. Membeli jamu
5 5. Takdir yang harus dijalani
6 6. Mencari kerja
7 7. Gaji pertama
8 8. Tawaran bu Cici
9 9. Les privat
10 10. Penilaian mereka
11 11. Keceplosan
12 12. Make over
13 13. Di salon
14 14. Kebaikan Lidya
15 15. Mawar berduri
16 16. Rosa kritis
17 17. Dugaan orang tua Lidya
18 18. Kecelakaan
19 19. Terlambat sekolah
20 20. Pulang dari rumah sakit
21 21. Mendaftar jadi guru les
22 22. Menangkap Anita
23 23. Anita di tangkap polisi
24 24. Sebuah keputusan
25 25. Menjadi TKI
26 26. Bertemu majikan
27 27. Di rumah sakit
28 28. Sebuah fakta
29 29. Sebuah niat
30 30. Keputusan
31 31. Di bandara
32 32. Abrisam
33 33. Hinaan netizen
34 34. Memulai usaha
35 35. Melepas rindu dengan sahabat
36 36. Menyatakan cinta
37 37. Memikirkan Lidya
38 38. Akhirnya diterima
39 39. Foto itu
40 40. Menikahi mu
41 41. Di hantui wanita itu
42 42. Hampir saja ketahuan
43 43. Kesiangan
44 44. Si kembar tampan
45 45. Menjemput mempelai
46 46. Sah
47 47. Berjanji pada ibu
48 48. Menyingkap baju
49 49. Satu kamar
50 50. Belajar sholat
51 51. Tangisan di kamar mandi
52 52. Tidur sekamar
53 53. Di dalam lift
54 54. Bermunajat
55 55. Kenapa seribet ini?
56 56. Ibu karbitan
57 57. Istri untuk selamanya
58 58. Hanya author yang tahu
59 59. UPS, sorry
60 60. Kembali bekerja
61 61. Rico cemburu
62 62. Kejutan dari umi Farhana
63 63. Perasaan oma
64 64. Matamu dikondisikan dong
65 65. Menyambut kedatangan orangtua
66 66. Dendam yang mengakar
67 67. Husein dan Farhana
68 68. Masa lalu
69 69. Tertangkap basah
70 70. Di kira pacar
71 71. Curhat
72 72. Jebakan
73 73. Melapor
74 74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75 75. Penangkapan
76 76. Berdoa
77 77. Curhat
78 78. Mati
79 79. Keputusan oma
80 80. Kedatangan Husein dan Farhana
81 81. Prahara besar
82 82. Di usir dan di kurung
83 83. Disita
84 84. Di pengadilan
85 85. Sidang pertama
86 86. Sebuah informasi
87 87. Menangisi laki-laki
88 88. Kabur
89 89. Kemarahan Oma
90 90. Ke ujung dunia
91 91. Sidang ke 2
92 92. Sebuah keputusan
93 93. Keputusan hakim
94 94. Makan bersama
95 95. Menyatakan cinta
96 96. Di blokir
97 97. Mencari kerja
98 98. Abigail mencari kerja
99 99. Abrisam mencari kerja
100 100. Mencari solusi
101 101. Menolak tawaran
102 102. Diculik
103 103. Mengembalikan uang
104 104. Diculik 2
105 105. Terkejut
106 106. Motor Rosa
107 107. Siapa dia?
108 108. The power off kepepet
109 109. Kesetrum
110 110. Racun ular, obat penawar
111 111. Rahasia
112 112. Pengejar berita
113 113. Bercerita
114 114. Tak percaya
115 115. Undangan makan malam
116 116. Penolakan
117 117. Menjemput Rosa
118 118. Menjemput Lidya
119 119. Permintaan Oma Sekar
120 120. Reaksi orang tua
121 121. Melamar Rosa
122 122. Pernikahan Rosa
123 123. Pernikahan Lidya
124 124. Membobol gawang
125 125. Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Rosa hamil?
2
2. Bunuh diri
3
3. Meminta pertanggungjawaban
4
4. Membeli jamu
5
5. Takdir yang harus dijalani
6
6. Mencari kerja
7
7. Gaji pertama
8
8. Tawaran bu Cici
9
9. Les privat
10
10. Penilaian mereka
11
11. Keceplosan
12
12. Make over
13
13. Di salon
14
14. Kebaikan Lidya
15
15. Mawar berduri
16
16. Rosa kritis
17
17. Dugaan orang tua Lidya
18
18. Kecelakaan
19
19. Terlambat sekolah
20
20. Pulang dari rumah sakit
21
21. Mendaftar jadi guru les
22
22. Menangkap Anita
23
23. Anita di tangkap polisi
24
24. Sebuah keputusan
25
25. Menjadi TKI
26
26. Bertemu majikan
27
27. Di rumah sakit
28
28. Sebuah fakta
29
29. Sebuah niat
30
30. Keputusan
31
31. Di bandara
32
32. Abrisam
33
33. Hinaan netizen
34
34. Memulai usaha
35
35. Melepas rindu dengan sahabat
36
36. Menyatakan cinta
37
37. Memikirkan Lidya
38
38. Akhirnya diterima
39
39. Foto itu
40
40. Menikahi mu
41
41. Di hantui wanita itu
42
42. Hampir saja ketahuan
43
43. Kesiangan
44
44. Si kembar tampan
45
45. Menjemput mempelai
46
46. Sah
47
47. Berjanji pada ibu
48
48. Menyingkap baju
49
49. Satu kamar
50
50. Belajar sholat
51
51. Tangisan di kamar mandi
52
52. Tidur sekamar
53
53. Di dalam lift
54
54. Bermunajat
55
55. Kenapa seribet ini?
56
56. Ibu karbitan
57
57. Istri untuk selamanya
58
58. Hanya author yang tahu
59
59. UPS, sorry
60
60. Kembali bekerja
61
61. Rico cemburu
62
62. Kejutan dari umi Farhana
63
63. Perasaan oma
64
64. Matamu dikondisikan dong
65
65. Menyambut kedatangan orangtua
66
66. Dendam yang mengakar
67
67. Husein dan Farhana
68
68. Masa lalu
69
69. Tertangkap basah
70
70. Di kira pacar
71
71. Curhat
72
72. Jebakan
73
73. Melapor
74
74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75
75. Penangkapan
76
76. Berdoa
77
77. Curhat
78
78. Mati
79
79. Keputusan oma
80
80. Kedatangan Husein dan Farhana
81
81. Prahara besar
82
82. Di usir dan di kurung
83
83. Disita
84
84. Di pengadilan
85
85. Sidang pertama
86
86. Sebuah informasi
87
87. Menangisi laki-laki
88
88. Kabur
89
89. Kemarahan Oma
90
90. Ke ujung dunia
91
91. Sidang ke 2
92
92. Sebuah keputusan
93
93. Keputusan hakim
94
94. Makan bersama
95
95. Menyatakan cinta
96
96. Di blokir
97
97. Mencari kerja
98
98. Abigail mencari kerja
99
99. Abrisam mencari kerja
100
100. Mencari solusi
101
101. Menolak tawaran
102
102. Diculik
103
103. Mengembalikan uang
104
104. Diculik 2
105
105. Terkejut
106
106. Motor Rosa
107
107. Siapa dia?
108
108. The power off kepepet
109
109. Kesetrum
110
110. Racun ular, obat penawar
111
111. Rahasia
112
112. Pengejar berita
113
113. Bercerita
114
114. Tak percaya
115
115. Undangan makan malam
116
116. Penolakan
117
117. Menjemput Rosa
118
118. Menjemput Lidya
119
119. Permintaan Oma Sekar
120
120. Reaksi orang tua
121
121. Melamar Rosa
122
122. Pernikahan Rosa
123
123. Pernikahan Lidya
124
124. Membobol gawang
125
125. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!