"Ayo sini." ulang kak Angel karena melihat Lidya dan Rosa masih diam mematung.
Bergegas Lidya menggandeng tangan Rosa dan mendudukkan nya di kursi depan meja rias. Sedangkan Lidya sendiri menarik sebuah kursi yang ada di samping Rosa untuk ia duduk.
Kak Angel mulai memberikan seluruh perawatan pada Rosa. Ia menyuruh seorang karyawan nya untuk memberikan pijat badan agar peredaran darah lancar. Sehingga bisa mengurangi stress yang berlebih, yang juga bisa memicu seseorang muncul jerawat.
Seorang karyawan lainnya memotong kuku kuku Rosa dan mempercantik nya. Sedangkan kak Angel sendiri mulai melakukan smooting untuk meluruskan rambut Rosa.
Setelah itu, seorang karyawan mulai melakukan treatment pada wajah Rosa. Ia mulai membersihkan wajah Rosa yang kusam, dekil dan penuh jerawat. Barulah ia mengecek jenis kulit Rosa agar bisa menentukan jenis cream yang tepat untuknya.
Arghhh....
Teriak Rosa kesakitan karena jerawat yang sebesar tomat di pencet hingga keluar nanah oleh karyawan kak Angel. Mereka yang melihat itu langsung terkikik gemas termasuk Lidya.
"Harusnya aku saja kak yang ngelakuin itu." celetuk Lidya pada karyawan yang baru membersihkan wajah Rosa. Rosa pun langsung melotot ke arah Lidya yang justru kembali terkikik.
"Sabar ya beb, itu baru satu. Masih banyak lagi tomat yang lainnya." imbuh karyawan itu sambil terkikik. Rosa mendengus kesal mendengar hal itu, tapi ia hanya bisa pasrah demi bisa memiliki wajah secantik Lidya.
Arghhh......
Untuk yang kesekian kalinya Rosa berteriak kesakitan. Dan kembali hal itu mengundang tawa Lidya, kak Angel dan karyawan yang sedang menangani Rosa.
Setelah kurang lebih 4 jam, akhirnya treatment itu pun selesai.
Rosa merasakan tubuh nya jauh lebih segar, enteng dan pikiran nya lebih rileks. Tak hanya itu saja, rambut panjang lurus nya tergerai dengan indah. Wajahnya yang penuh jerawat telah hilang, menyisakan beberapa bekas jerawat. Tapi tak lama lagi bekas itu akan hilang jika ia rutin memakai cream yang di berikan oleh kak Angel.
"Terima kasih kak Angel sudah membantu teman ku." ucap Lidya ketika perawatan itu telah selesai.
"Terima kak Angel." ucap Rosa juga sambil membungkukkan badan.
"Hemm, kalau kamu mau cantik seperti Lidya,harus rutin datang ke salon kak Angel ya nek." ucap kak Angel sambil menowel dagu Rosa.
Ia merasa risih atas sikap kak Angel itu, karena mengingatkan pada Rico. Tangan nya menjelajah tak karuan.
Ketiganya berjalan menuju meja kasir.
"Totalnya berapa kak." kata Rosa pada karyawan itu.
"1 juta rupiah kak." balas karyawan itu. Yang membuat Rosa begitu terkejut, seketika ia membulatkan matanya.
'Ya Allah, mahal sekali. Setara gaji ku sebulan.' batin Rosa sambil meneguk ludahnya.
Rosa pun mengeluarkan dompet nya dengan perasaan yang berat. Sebulan penuh ia bersusah payah untuk menghasilkan uang, tapi justru raib dalam sekejap.
"Aku aja yang bayar." Rosa yang hendak mengeluarkan dompet nya segera di cegah oleh Lidya.
"Udah ngga apa-apa, aku aja yang bayar. Itung-itung sedekah sama ponakan." celetuk Lidya sambil mengelus perut Rosa. Ia tertawa geli merasakan perut Rosa seperti bergerak pelan mengikuti arah telunjuk tangannya.
"Ih, kok seperti gerak-gerak sih Ros." dengan polosnya Lidya bertanya. Membuat orang di sekelilingnya tertawa.
"Say, kasih diskon sama baby girl ku yang cantik ini yah." ucap kak Angel pada karyawan nya.
"Ih, makasih kak Angel yang baik hati dan tidak sombong. Aku doain deh, salon nya makin banyak pengunjung nya, bisa buka cabang lagi." ucap Lidya sambil meringis.
"Aamiin ya rabbal aalamiin." mereka kompak mengaminkan doa Lidya.
'Pantes aja aku di suruh kesini lagi, biaya nya saja mahal. Ya tentulah dia bisa cepat kaya dan punya cabang.' batin Rosa lagi.
Lidya pun segera membayar total tagihan setelah diskon. Setelah itu, mereka berpamitan pulang.
"Lidya, cukup sekali saja ke salon nya. Bisa bangkrut aku nanti kalau ke salon terus." cetus Rosa setelah mobil melaju melewati jalan raya.
"Kaya aja belum, udah bangkrut." dengan entengnya Lidya menjawab lalu ia tertawa. Lagi-lagi Rosa tak marah atas candaan Lidya, walaupun memang benar adanya. Dia belum kaya dan sudah takut bangkrut. Sehingga Rosa hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
"Ros, cari uang kan untuk di nikmati. Ya mumpung kamu baru kerja dapat uang, makanya di nikmati aja." imbuh Lidya lagi.
"Tapi, aku kan juga butuh biaya untuk persiapan melahirkan nanti Lid. Masa, semua harus aku bebankan pada ibu ku."
"Tenanglah, pasti nanti ada rezeki lagi. Yang penting, ketika seluruh orang yang pernah menghina fisik mu termasuk mantan pacar mu melihat mu, dia bakal nyesel karena sudah menyia-nyiakan kamu. Ingat, sekarang kamu itu mawar berdarah. Siapa yang menyakiti mu akan menerima pembalasan yang tidak main-main." tegas Lidya.
"Ya Allah Lidya, kita tak pernah ada hubungan darah. Tapi kamu selalu membangkitkan semangat ku lewat perkataan mu yang ceplas-ceplos tapi sangat berbobot itu. Aku bingung cara membalas kebaikan mu." ucap Rosa serius sambil menatap Lidya.
Yang membuat Lidya justru terkekeh mendengar gombalan Rosa.
"Masa? Perasaan seluruh teman sekolah ku selalu menjaga jarak dengan ku gara-gara kata kata ku yang seperti belati. Kok kamu justru memuji ku? Mau minta gratisan lagi ya." gurau Lidya.
"Lidya... aku sungguhan." kata Rosa sambil tersenyum kecut.
Dalam hati Lidya, memang dia juga suka bisa memiliki teman. Walaupun cantik, dia tidak pernah membeda-bedakan dalam memilih teman. Yang penting adalah adanya kecocokan. Dan itu hanya ia temui pada Rosa. Sehingga ia tak ragu untuk membayar biaya treatment Rosa ketika di salon tadi.
Mobil Lidya pun belok ke sebuah rumah makan. Ia tahu jika orang hamil harus banyak makan. Jangan sampai kekurangan gizi. Ia pun memesan beberapa menu untuk Rosa.
"Harus di habiskan! Aku ngga mau keponakan ku sampai kekurangan gizi." cetus Lidya.
Yang membuat Rosa lagi-lagi merasa terharu dengan kebaikan Lidya. Ia pun segera melahap hidangan itu hingga habis, karena memang merasa sangat lapar. Sesampainya di meja kasir, lagi lagi Lidya yang membayar total tagihan nya.
"Nanti kalau aku sudah kaya, aku janji bakal balas semua kebaikan kamu." celetuk Rosa.
"Aamiin ya rabbal aalamiin." seru Lidya.
Lidya kembali melajukan mobil nya menuju rumah karena sudah benar-benar capek.
"Terima kasih Lidya, aku pamit pulang dulu ya. Sampaikan salam ku sama ayah dan ibu mu."
Lidya hanya berdehem sambil menyunggingkan senyum. Pertanda ia sudah benar-benar lelah. Ia segera menuju kamar nya dan merebahkan diri, tak lama kemudian sudah terbuai dalam mimpi.
Sedangkan Rosa, melajukan motor nya dengan pelan-pelan, karena harus menjaga kandungan nya agar tetap baik baik saja.
Ia memarkirkan motor nya di depan rumah. Dengan pelan-pelan ia melepas helm nya agar rambut lurus nya tidak nyangkut di helm.
Sttt......
"Tuh liat, hamil besar ngga punya suami. Sekarang malah pulang sore, penampilan nya juga beda banget. Dapat uang dari mana coba?" celetuk ibu ibu tukang ghibah yang berada di sebrang jalan rumah Rosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
luiya tuzahra
aku skip bacanya jujur geli ngebayanginya,dulu pun aku pernah punya jerawat parah smpe kaya koreng tpi gak besar2,alhamdulillah sembuh,dan gak ada yg bopeng cma pori2.
2024-03-01
0