Setelah mendapat nasehat dari simbok jamu, hati Rosa menjadi lebih lega dalam menerima cobaan ini. Benar apa kata simbok, dari pada waktu nya di buang percuma untuk merutuki kesalahan lebih baik di pakai untuk kegiatan yang bermanfaat.
Ia ke kamar untuk mengambil handphone. Jari tangan nya lincah menyecroll layar handphone. Sedangkan matanya awas membaca setiap deretan tulisan.
Setelah membaca beberapa petunjuk yang ia dapat melalui handphone nya, bergegas ia ke kamar mandi untuk berwudhu.
Ia melaksanakan dua rekaat sholat taubat. Dengan penuh khusyu' ia mengerjakan sholat itu. Setelah ia selesai di lanjutkan dengan berdoa, lalu bermunajat pada sang Pencipta.
Tangis penyesalannya kembali pecah. Ia benar-benar memohon ampunan Allah atas dosa yang telah ia lakukan. Ia juga berdoa semoga di beri kekuatan dalam melewati ujian ini.
Setelah selesai sholat, ia mengambil Al Qur'an yang terselip di antara buku buku pelajaran sekolah. Ia membaca deretan huruf hijaiyah itu semampu yang ia bisa.
Mungkin karena ia sudah ikhlas menerima takdir yang harus di jalani, sehingga setelah melakukan ibadah itu, pertama kalinya ia langsung bisa tertidur dengan pulas.
"Assalamu'alaikum."
Beberapa kali bu Susi mengucap salam, tapi Rosa tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Rasa khawatir dan was was kembali melanda hati bu Susi. Takut kejadian dulu terulang lagi.
Bergegas ia segera membuka kamar Rosa dengan keras, sehingga pintu itu membentur dinding kamar.
Dugh...
Rosa langsung tersentak kaget dan bangun dari tidurnya menoleh ke asal suara.
"Rosa."
"Ibu. Maafkan Rosa ketiduran bu."
"Kenapa harus mengucapkan maaf berulang kali nduk?" bu Susi segera menghampiri anak semata wayangnya itu yang masih duduk di lantai, karena ia memang tertidur di lantai sejak tadi. Ia memeluk dan menghujani ciuman yang bertubi-tubi pada wajah Rosa.
"Ada apa dengan ibu?" tanya Rosa kebingungan.
"Ibu kira..... Kamu melakukan hal seperti dulu nduk." jawab ibunya di iringi isak tangis.
"In shaa Allah Rosa sudah menerima takdir Rosa bu. Jadi, ibu tak perlu terlalu mengkhawatirkan Rosa." jawab Rosa sambil mengurai pelukan di antara mereka.
"Kamu serius?" ibunya menatap Rosa dengan intens. Rosa pun mengangguk sambil tersenyum.
Tak ada lagi air mata yang ia keluarkan. Karena semua air mata telah ia keluarkan untuk merayu Allah, agar mengampuni seluruh dosanya.
"Alhamdulillah, ibu lega mendengarnya nduk." kembali bu Susi memeluk Rosa lagi.
Rosa mengelus pelan punggung ibunya. Punggung yang dulu selalu menggendong nya kemanapun ia pergi.
Punggung yang selalu menjadi penopang berat badannya kala ia kecil, karena Rosa suka sekali di gendong belakang. Dan sekarang punggung itu memperlihatkan kerapuhannya. Tentu membuat Rosa tak tega melihatnya.
"Astaghfirullah, apa ini sudah pukul 4 bu?" tanya Rosa, ibunya mengangguk sambil menyeka air matanya.
"Rosa ketiduran lama sekali, sampai belum melaksanakan sholat dhuhur." ucap Rosa sambil meringis.
"Memangnya kamu tidur dari jam berapa nduk?"
"Setelah sholat sunah, sekitar pukul 11 bu sampai sekarang. Jika ibu tidak membuka pintu tadi, pasti sampai sekarang Rosa belum bangun."
"Ya Allah, ibu senang akhirnya kamu bisa tidur nyenyak. Semoga seterusnya begitu ya nduk." bu Susi mengelus pucuk kepala Rosa, ia pun hanya mengangguk sembari menyunggingkan senyum.
"Ya sudah ibu mau mandi, habis itu juga mau melaksanakan sholat ashar. Kita sholat sama sama ya nduk."
"Iya bu." keduanya berjalan bersama menuju kamar mandi.
Mereka melaksanakan sholat ashar dengan khusyu'. Setelah itu keduanya ke dapur untuk memasak. Walaupun hanya berdua di rumah, bu Susi tetap menyempatkan waktu untuk memasak. Tidak seperti orang di luar sana yang lebih memilih beli ketimbang memasak.
Keduanya terlihat kompak dalam meracik bumbu, sehingga tercipta sayur yang sangat menggugah selera. Hingga keduanya tak sabar untuk segera mencicipinya.
"Hemm.... enak banget bu." ujar Rosa setelah mencicipi sayur asem dengan ujung sendok yang ia pegang.
"Ya sudah, ayo buruan kita makan." ajak bu Susi bersemangat.
Dan, untuk yang pertama kalinya juga, keduanya kembali menikmati makanan dengan lahap.
"Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga."
"Tambah lagi nasinya nduk, kamu harus makan yang banyak agar bayi nya juga sehat." ucap ibunya.
"Nanti saja bu, kalau rosa lapar lagi." Rosa berdiri dan mengambil piring ibunya untuk di cuci. Namun ibunya melarang nya, takut jika Rosa kecapekan.
"Seharian Rosa tidur bu, ya ngga mungkin kecapekan lah." Rosa tetap bersikukuh untuk mengambil piring itu. Akhirnya ibunya pun mengijinkan nya untuk mencuci.
Malam itu, mereka kembali melaksanakan sholat Maghrib dan isya' berjama'ah. Setelah nya mereka membaca Al-Qur'an. Setelah beribadah, keduanya merasa jauh lebih tenang.
"Mungkin ini juga teguran untuk ibu nduk, karena selama ini ibu tak pernah mengerjakan sholat." celetuk ibunya. Rosa menggenggam tangan ibunya sambil tersenyum.
"Ibu." lirih Rosa.
"Maafkan ibu nduk." ibunya menangkup pipi Rosa dan menghujani ciuman yang bertubi-tubi.
"Ayo kita tidur, sudah malam, besok ibu harus kerja." ucap ibunya mengakhiri pembicaraan malam itu.
Keduanya kembali ke kamar masing-masing.
Pagi itu, setelah Rosa melaksanakan sholat tahajud ia tak bisa tidur lagi, sehingga memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, menyapu dan mencuci piring. Tepat adzan subuh berkumandang, semua telah selesai ia kerjakan.
"Apa aku bermimpi? Kenapa semua sudah selesai dan rapi? Perasaan aku baru bangun." bu Susi mengucek matanya sekali lagi.
Ia duduk di meja makan dan membuka tudung saji karena mencium bau masakan. Ia membelalakkan matanya ketika hidangan juga sudah tersaji di meja.
"Ini nyata." desis nya setelah merasakan sedikit sambel terasi yang pedas nya minta ampun. Seketika ia teringat Rosa, karena Rosa menyukai sesuatu yang pedas sejak dulu.
"Apa ini semua Rosa yang melakukan?" bergegas ia menuju kamar Rosa. Langkah nya seketika berhenti ketika samar-samar mendengar suara Rosa sedang membaca Al-Qur'an. Ia pun mengurungkan niatnya dan melangkah ke belakang untuk berwudhu.
Rosa yang merasakan perutnya sudah keroncongan segera menuju dapur untuk makan. Bertepatan dengan ibunya yang telah selesai mandi.
"Apa kamu yang mengerjakan semua ini nduk?"
"Iya bu." Rosa mengangguk sambil tersenyum.
"Harusnya kan kamu istirahat saja, biar ibu yang ngerjain semuanya."
"Rosa ngga mau terus menerus merepotkan ibu. Lagian kalau Rosa tidur terus, waktu akan terasa lama. Rosa juga perlu banyak gerak agar bayi nya sehat."
"Ibu senang melihat mu bersemangat seperti itu nduk." ibunya tersenyum haru.
"Ayo bu kita makan sama sama, Rosa sudah lapar." ucap Rosa dengan meringis. Ibunya tersenyum dan segera duduk di samping Rosa.
Keduanya menikmati sarapan pagi dengan penuh kebahagiaan.
"Jaga diri baik-baik di rumah ya nduk. Kamu lihat tivi biar ngga bosen di rumah. Atau lakukan kegiatan sesukamu. Yang penting kamu bahagia. Assalamu'alaikum."
"Iya bu, wa'alaikumussalam." balas Rosa sambil mencium punggung tangan ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments