19. Terlambat sekolah

Sesampainya di sekolah, pintu gerbang sudah tertutup rapat.

"Pak. Bukain pintu nya." ucap Lidya pada satpam yang berjaga.

"Tidak bisa! Peraturan tetap peraturan. Yang telat tidak boleh masuk." ucap satpam itu lantang.

Lidya mendengus kesal karena ucapan satpam itu. Jika pulang tentu saja akan membuat orang tuanya curiga dan justru mengkhawatirkan nya. Ia memutar otak mencari ide.

"Iya memang peraturan tetap peraturan pak. Tapi, tidak bisa kah bapak melihat ku yang terluka parah seperti ini karena di tabrak orang. Dan aku masih semangat untuk berangkat ke sekolah menimba ilmu agar kelak bisa jadi orang yang sukses." ucap Lidya memasang wajah yang sendu agar di kasihani oleh satpam.

Dan akhirnya rencananya itu berhasil membuat satpam itu tersentuh.

"Ya sudah ayo masuk." kata satpam itu sambil membuka pintu gerbang.

Lidya menghela nafas panjang, karena lega sudah di ijinkan masuk sekolah. Selama sekolah ia berusaha konsentrasi memperhatikan guru yang sedang menerangkan materi. Pesan Rosa agar semangat belajar dan bisa menjadi anak yang dibanggakan kedua orang tua menjadi pemacu semangat Lidya, walaupun seluruh badannya merasa kesakitan akibat kecelakaan tadi.

Sementara itu di waktu yang sama, Rosa mulai terbangun. Sakit yang ia rasakan sedikit berkurang. Ia di suapi ibunya makan.

Ia bersemangat menghabiskan makanannya itu, karena sebentar lagi akan menyusui bayinya. Sejak kemarin, ia belum melihat wajah bayi yang sudah di lahirkan tanpa sepengetahuannya itu.

Seorang dokter datang saat ia telah selesai menghabiskan sarapannya.

"Selamat pagi nyonya Rosa, saya cek kondisi ibu dulu ya." sapa dokter jaga.

Ia mulai melakukan serangkaian cek, mulai dari tensi darah sampai jahitan bekas operasi.

"Semuanya bagus. Semoga cepat sembuh ya." kata dokter itu setelah selesai mengecek.

"Terima kasih dok. boleh kah saya melihat bayi saya." tanya Rosa dengan ragu-ragu.

"Tentu saja boleh nyonya. Suster nanti tolong antarkan bayi nyonya Rosa kesini ya." titah dokter itu. Suster pun mengangguk mengiyakan.

Setelah pemeriksaan itu selesai, seorang perawat mengantar bayi mungil yang berwajah sangat tampan.

"Ini nyonya bayinya." kata suster itu sambil menyerahkan bayi mungil itu pelan pelan. Setelah itu, bergegas suster itu meninggalkan ruangan Rosa.

'Ya Allah, kenapa ia begitu mirip dengan Rico?' satu kalimat yang seketika muncul di pikiran Rosa ketika menatap bayi itu.

"Ya Allah, ganteng banget Ros." celetuk bu Susi sambil mengusap pelan pipi bayi yang masih terlihat merah itu. Rosa pun hanya mengangguk menanggapi celetukan ibunya.

'Bahkan ibu pun juga berkata seperti itu.' batin Rosa lagi.

"Sini Ros, ibu ngga sabar pengen gendong cucu ibu." ucap ibunya sambil mengambil alih pelan-pelan tubuh mungil bayi itu.

Hilang sudah kesedihan mereka ketika melihat bayi itu. Memang benar, anak itu adalah anugerah. Jangan pernah menolak kehadirannya. Karena ia bisa jadi obat pelipur lara bagi orang tua nya.

"Rosa, sepertinya ia kehausan. Ayo cepat kasih asi." ucap ibunya setelah melihat mulut bayi itu komat kamit dan sedikit menggeliat.

Rosa pun segera membuka kancing bajunya. Perlahan lahan ia mulai mendekatkan asi itu ke bibir bayi.

Sensasi pertama yang di rasakan Rosa ketika kulitnya menempel di mulut bayinya, adalah geli. Seperti hal yang pernah Rico lakukan dulu padanya.

Dulu Rosa membiarkan Rico melakukan semuanya karena ia sangat mencintainya. Tapi sekarang, Rosa membiarkan ASI-nya di hisap oleh anaknya, juga karena rasa sayangnya.

Rosa berjanji dalam hatinya, akan merawat bayinya dengan sepenuh hati, meskipun Rico sebagai ayah tak menginginkan nya.

Beruntung sekali, asi Rosa langsung keluar banyak, sehingga membuat bayi nya langsung kenyang, dan kini kembali tertidur.

"Ya ampun, pinter nya cucu nenek." bu Susi terkekeh sambil mengusap pelan kening bayi itu yang sudah tertidur pulas.

______

Siang yang terik itu, Lidya nekad menjenguk Rosa di rumah sakit. Ia tak sabar ingin melihat anak Rosa.

Ia sangat ingin memiliki adik kecil, tapi sayangnya ibunya tak kan pernah bisa memilik anak lagi, karena rahimnya harus di angkat karena pernah menderita kanker ovarium.

Sesampainya di rumah sakit, ia segera memarkirkan motornya, dan mempercepat langkahnya agar segera sampai di kamar Rosa.

"Rosa." seru Lidya.

Mata Lidya kian berbinar ketika melihat Rosa yang tengah memangku bayi nya. Ia pun mendekat ke arah Rosa.

Setelah bertegur sapa dan meluapkan kebahagiaan, Lidya berniat menggendong bayi tampan itu.

"Ros, boleh kah aku gendong bayi mu?"

"Tentu saja boleh." Rosa pun mengangguk mengiyakan.

"Lhoh, tangan mu kenapa Lidya?"

Rosa terkejut ketika hendak menyerahkan bayinya, ia melihat tangan Lidya yang lecet dan berdarah, bahkan ada beberapa memar.

"Oh, ini ngga apa-apa kok Ros. Cuma lecet sedikit, nanti juga sembuh." ucap Lidya tak menghiraukan sakitnya. Dan kini ia justru menimang bayi kecil itu.

Ketiganya asyik bercerita hingga tiba-tiba Lidya memekik.

"Arghhh......"

Hup...

Dengan sigap, dokter itu menangkap bayi Rosa yang hampir saja jatuh, karena tiba-tiba Lidya berteriak sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Rosa dan ibunya yang melihat hal itu hanya bisa membulatkan matanya. Jantung keduanya seakan hendak lompat, ketika melihat bayi itu hampir saja jatuh.

"Hati-hati dek, kamu bisa melukai bayi ini." ucap dokter setelah berhasil menangkap bayi itu. Untung saja dia datang tepat waktu. Jika tidak, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi pada bayi itu.

Lidya membulatkan mata, mulutnya terbuka lebar, dan ia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menyadari kesalahannya.

"R_Ros, ma_afkan, aku tak sengaja, tangan ku perih terkena pipis anak mu." ucap Lidya dengan terbata-bata. Tapi hal itu justru membuat dokter itu menyunggingkan senyum.

"Ngga apa-apa Lid, alhamdulillah bayi ku juga masih selamat." ucap Rosa sambil tersenyum, walaupun hatinya juga masih berdegup kencang.

Dokter segera menyerahkan bayi itu pada Rosa. Lalu segera mengecek kondisi keduanya.

"Semuanya semakin menunjukkan kondisi yang bagus nyonya. Jika besok keadaan kalian lebih baik lagi, saya ijinkan untuk pulang." ucap dokter yang membuat mereka tersenyum lega.

Lidya kembali mengusap wajah bayi tampan itu. Ia merasa bersalah karena hampir saja mencelakakan nya. Dokter mengernyitkan dahi ketika melihat tangan Lidya yang penuh luka.

"Sepertinya tangan adik harus di obati, agar lekas sembuh juga." imbuh dokter itu.

"Oh, tidak perlu pak. Nanti juga sembuh sendiri."

"Nak Lidya, ikuti saran dokter saja, agar lekas sembuh dan bisa menggendong bayi nya Rosa lagi." ucap bu Susi, yang membuat Lidya menunduk tak dapat membantah.

"Ya sudah bu, Ros, Lidya sekalian pamit pulang ya. Kabari aku ya kalau ada apa-apa."

Setelah berkata seperti itu, Lidya memeluk Rosa, mengecup bayinya, dan juga mencium punggung tangan bu Susi.

"Ayo ikut dengan saya."

Episodes
1 1. Rosa hamil?
2 2. Bunuh diri
3 3. Meminta pertanggungjawaban
4 4. Membeli jamu
5 5. Takdir yang harus dijalani
6 6. Mencari kerja
7 7. Gaji pertama
8 8. Tawaran bu Cici
9 9. Les privat
10 10. Penilaian mereka
11 11. Keceplosan
12 12. Make over
13 13. Di salon
14 14. Kebaikan Lidya
15 15. Mawar berduri
16 16. Rosa kritis
17 17. Dugaan orang tua Lidya
18 18. Kecelakaan
19 19. Terlambat sekolah
20 20. Pulang dari rumah sakit
21 21. Mendaftar jadi guru les
22 22. Menangkap Anita
23 23. Anita di tangkap polisi
24 24. Sebuah keputusan
25 25. Menjadi TKI
26 26. Bertemu majikan
27 27. Di rumah sakit
28 28. Sebuah fakta
29 29. Sebuah niat
30 30. Keputusan
31 31. Di bandara
32 32. Abrisam
33 33. Hinaan netizen
34 34. Memulai usaha
35 35. Melepas rindu dengan sahabat
36 36. Menyatakan cinta
37 37. Memikirkan Lidya
38 38. Akhirnya diterima
39 39. Foto itu
40 40. Menikahi mu
41 41. Di hantui wanita itu
42 42. Hampir saja ketahuan
43 43. Kesiangan
44 44. Si kembar tampan
45 45. Menjemput mempelai
46 46. Sah
47 47. Berjanji pada ibu
48 48. Menyingkap baju
49 49. Satu kamar
50 50. Belajar sholat
51 51. Tangisan di kamar mandi
52 52. Tidur sekamar
53 53. Di dalam lift
54 54. Bermunajat
55 55. Kenapa seribet ini?
56 56. Ibu karbitan
57 57. Istri untuk selamanya
58 58. Hanya author yang tahu
59 59. UPS, sorry
60 60. Kembali bekerja
61 61. Rico cemburu
62 62. Kejutan dari umi Farhana
63 63. Perasaan oma
64 64. Matamu dikondisikan dong
65 65. Menyambut kedatangan orangtua
66 66. Dendam yang mengakar
67 67. Husein dan Farhana
68 68. Masa lalu
69 69. Tertangkap basah
70 70. Di kira pacar
71 71. Curhat
72 72. Jebakan
73 73. Melapor
74 74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75 75. Penangkapan
76 76. Berdoa
77 77. Curhat
78 78. Mati
79 79. Keputusan oma
80 80. Kedatangan Husein dan Farhana
81 81. Prahara besar
82 82. Di usir dan di kurung
83 83. Disita
84 84. Di pengadilan
85 85. Sidang pertama
86 86. Sebuah informasi
87 87. Menangisi laki-laki
88 88. Kabur
89 89. Kemarahan Oma
90 90. Ke ujung dunia
91 91. Sidang ke 2
92 92. Sebuah keputusan
93 93. Keputusan hakim
94 94. Makan bersama
95 95. Menyatakan cinta
96 96. Di blokir
97 97. Mencari kerja
98 98. Abigail mencari kerja
99 99. Abrisam mencari kerja
100 100. Mencari solusi
101 101. Menolak tawaran
102 102. Diculik
103 103. Mengembalikan uang
104 104. Diculik 2
105 105. Terkejut
106 106. Motor Rosa
107 107. Siapa dia?
108 108. The power off kepepet
109 109. Kesetrum
110 110. Racun ular, obat penawar
111 111. Rahasia
112 112. Pengejar berita
113 113. Bercerita
114 114. Tak percaya
115 115. Undangan makan malam
116 116. Penolakan
117 117. Menjemput Rosa
118 118. Menjemput Lidya
119 119. Permintaan Oma Sekar
120 120. Reaksi orang tua
121 121. Melamar Rosa
122 122. Pernikahan Rosa
123 123. Pernikahan Lidya
124 124. Membobol gawang
125 125. Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Rosa hamil?
2
2. Bunuh diri
3
3. Meminta pertanggungjawaban
4
4. Membeli jamu
5
5. Takdir yang harus dijalani
6
6. Mencari kerja
7
7. Gaji pertama
8
8. Tawaran bu Cici
9
9. Les privat
10
10. Penilaian mereka
11
11. Keceplosan
12
12. Make over
13
13. Di salon
14
14. Kebaikan Lidya
15
15. Mawar berduri
16
16. Rosa kritis
17
17. Dugaan orang tua Lidya
18
18. Kecelakaan
19
19. Terlambat sekolah
20
20. Pulang dari rumah sakit
21
21. Mendaftar jadi guru les
22
22. Menangkap Anita
23
23. Anita di tangkap polisi
24
24. Sebuah keputusan
25
25. Menjadi TKI
26
26. Bertemu majikan
27
27. Di rumah sakit
28
28. Sebuah fakta
29
29. Sebuah niat
30
30. Keputusan
31
31. Di bandara
32
32. Abrisam
33
33. Hinaan netizen
34
34. Memulai usaha
35
35. Melepas rindu dengan sahabat
36
36. Menyatakan cinta
37
37. Memikirkan Lidya
38
38. Akhirnya diterima
39
39. Foto itu
40
40. Menikahi mu
41
41. Di hantui wanita itu
42
42. Hampir saja ketahuan
43
43. Kesiangan
44
44. Si kembar tampan
45
45. Menjemput mempelai
46
46. Sah
47
47. Berjanji pada ibu
48
48. Menyingkap baju
49
49. Satu kamar
50
50. Belajar sholat
51
51. Tangisan di kamar mandi
52
52. Tidur sekamar
53
53. Di dalam lift
54
54. Bermunajat
55
55. Kenapa seribet ini?
56
56. Ibu karbitan
57
57. Istri untuk selamanya
58
58. Hanya author yang tahu
59
59. UPS, sorry
60
60. Kembali bekerja
61
61. Rico cemburu
62
62. Kejutan dari umi Farhana
63
63. Perasaan oma
64
64. Matamu dikondisikan dong
65
65. Menyambut kedatangan orangtua
66
66. Dendam yang mengakar
67
67. Husein dan Farhana
68
68. Masa lalu
69
69. Tertangkap basah
70
70. Di kira pacar
71
71. Curhat
72
72. Jebakan
73
73. Melapor
74
74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75
75. Penangkapan
76
76. Berdoa
77
77. Curhat
78
78. Mati
79
79. Keputusan oma
80
80. Kedatangan Husein dan Farhana
81
81. Prahara besar
82
82. Di usir dan di kurung
83
83. Disita
84
84. Di pengadilan
85
85. Sidang pertama
86
86. Sebuah informasi
87
87. Menangisi laki-laki
88
88. Kabur
89
89. Kemarahan Oma
90
90. Ke ujung dunia
91
91. Sidang ke 2
92
92. Sebuah keputusan
93
93. Keputusan hakim
94
94. Makan bersama
95
95. Menyatakan cinta
96
96. Di blokir
97
97. Mencari kerja
98
98. Abigail mencari kerja
99
99. Abrisam mencari kerja
100
100. Mencari solusi
101
101. Menolak tawaran
102
102. Diculik
103
103. Mengembalikan uang
104
104. Diculik 2
105
105. Terkejut
106
106. Motor Rosa
107
107. Siapa dia?
108
108. The power off kepepet
109
109. Kesetrum
110
110. Racun ular, obat penawar
111
111. Rahasia
112
112. Pengejar berita
113
113. Bercerita
114
114. Tak percaya
115
115. Undangan makan malam
116
116. Penolakan
117
117. Menjemput Rosa
118
118. Menjemput Lidya
119
119. Permintaan Oma Sekar
120
120. Reaksi orang tua
121
121. Melamar Rosa
122
122. Pernikahan Rosa
123
123. Pernikahan Lidya
124
124. Membobol gawang
125
125. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!