Rosa pulang dari rumah Lidya ketika hari sudah sore. Maklum saja, selain memberi les, ia juga di make over Lidya sampai 3 jam.
Sesampainya di rumah, ia mengucap salam tapi tak ada balasan dari ibu nya. Bergegas ia masuk rumah dan mencari keberadaan ibunya, tapi tak juga ia temui.
Karena kelelahan ia pun segera masuk kamar nya. Ketika ia menaruh tas selempang nya di meja rias, ia kembali melihat bayangan nya lewat pantulan cermin.
"Lidya benar benar hebat. Mampu mengubah itik buruk rupa jadi angsa putih yang cantik. Rasanya sayang sekali jika aku harus menghapus dandanan ini." gumamnya sambil mengelus wajahnya dan menengok ke kiri dan kanan.
"Rosa, kamu sudah pulang?" teriak ibunya yang sudah masuk ke dalam rumah.
"Iya bu." bergegas ia menghampiri di mana ibunya berada.
"Habis dari mana bu? Kok aku cariin ngga ada."
"Belanja sabun dan perlengkapan lainnya, ternyata sudah ha....." belum selesai ibunya mengeluarkan belanjaan dari kantong plastik, ia menatap Rosa tanpa berkedip.
"Kenapa bu?" tanya Rosa sambil tersenyum.
"Kamu cantik sekali Ros." ibunya bangkit berdiri dan meraba rambut dan wajah Rosa dengan takjub.
"Ini semua berkat Lidya bu, dia yang mendadani ku jadi seperti ini. Keluarga bu Cici sangat baik dengan ku bu."
"Alhamdulillah, ibu senang sekali mendengar nya. Oh ya, kamu pasti belum mandi." tebak ibunya yang membuat Rosa menyunggingkan senyum.
"Sayang bu, nanti make up nya jadi luntur." celetuk Rosa sambil meringis.
"Hush, ngga boleh gitu. Mandi biar badan sehat dan segar. Nanti habis mandi dandan lagi." bu Susi pun pura pura memasang wajah seram. Akhirnya Rosa mengikuti perkataan ibunya untuk segera mandi.
Hari berikutnya Rosa kembali memberi les pada Lidya. Setelah selesai memberi les, waktu nya ia menerima les make up dari Lidya agar bisa berdandan sendiri di rumah. Lidya juga memberitahu satu persatu nama nama alat make up dan penggunaan nya pada Rosa.
Awalnya tangan Rosa sangat kaku dalam memegang alat alat itu, bahkan membingkai alis saja bisa beda antara kiri dan kanan. Ia juga pernah terlalu banyak mengaplikasikan foundation pada wajah nya, alhasil membuat mukanya malah mirip badut yang membuat Lidya justru tertawa terbahak-bahak ketika melihat nya.
'Ternyata ini tak semudah yang dibayangkan. Tapi kenapa Lidya bisa pintar sekali berdandan? Gerakan tangan nya terlihat lincah.' batinnya.
Tapi lama kelamaan usaha Rosa mulai berhasil. Ia perlahan bisa membingkai wajahnya dengan make up natural, yang membuat jerawat nya tidak begitu terlihat, dan wajah nya terlihat lebih cerah.
"Bu, aku boleh beli make up ngga?" tanya Rosa ketika keduanya tengah duduk bersama melihat tayangan televisi. Ia merasa sungkan jika terus menerus menggunakan make up Lidya untuk belajar.
"Apa yang membuat mu bahagia, ya lakukan saja. Ibu hanya bisa mendukung mu." jawab ibunya tanpa menoleh karena sedang serius melihat tv.
Mendengar jawaban ibunya, Rosa sangat senang sekali. Bergegas ia mengirim pesan pada Lidya untuk mengantarkannya ke tempat penjualan make up seperti punya Lidya.
Hari yang di janjikan pun tiba, Rosa menjemput Lidya untuk pergi ke toko kosmetik.
"Naik mobil ku saja Ros, aku takut di bonceng sama orang hamil." cetus Lidya sambil meringis. Bergegas ia kembali masuk rumah minta kunci mobil pada ayah nya. Tak berselang lama ia sudah mengeluarkan mobil itu dari carport.
"Ayo." seru Lidya pada Rosa.
"Kamu serius bisa naik mobil kan?" tanya Rosa dengan wajah yang sedikit tegang. Karena ia selama ini tidak pernah melihat Lidya mengemudikan mobil. Apalagi umur Lidya juga masih kecil, karena seumuran dengan nya.
"Kamu meremehkan ku?" jawab Lidya, pandangan nya di buat tajam pada Rosa.
Kemudian ia mulai melajukan mobil meninggalkan pelataran rumah nya. Rosa tampak sedikit tegang, hingga tak bersuara sama sekali. Sedangkan Lidya diam diam melirik ke arah Rosa sambil meringis melihat ekspresi nya.
"Kita ini lagi naik mobil Ros, bukan naik roller coaster yang berputar cepat dan bikin kepala pusing. Jadi, kamu tenang saja. Aku tuh sudah jago nyetir, bukti nya ayah ibu ku mengijinkan aku keluar sama kamu bawa mobil." celetuk Lidya.
"Iya sih, perlahan lahan aku juga mulai nyaman dan ngga takut lagi kok Lid. Cuma aku heran saja sama kamu. Kamu pinter dandan, pinter bawa mobil, tapi kenapa ngga pinter soal pelajaran?" ceplos Rosa sambil terkekeh. Lidya yang tak terima langsung menonjok lengan Rosa.
"Sialan kamu ya." ucap Lidya lalu dia juga ikut terkekeh.
"Waktu pembagian otak, aku telat datang. Jadi cuma kebagian sedikit. Jadi deh kayak gini, ngga terlalu pintar. Untung aku anak orang kaya." gurau Lidya.
"Iya ya, orang kaya itu memang paling bisa ngelakuin apa aja. Orang pintar kalah sama orang kaya. Orang kaya kalah sama orang beruntung. Nah kamu, sudah kaya, beruntung lagi." tutur Rosa dengan wajah serius nya. Lidya pun sejenak melirik Rosa sambil mencerna ucapannya.
"Hei, kamu tersinggung ya sama ucapan ku?" tanya Lidya sambil memelankan laju mobil nya.
"Enggak lah, aku tahu kamu orang nya selalu bercanda. Makanya aku seneng dekat sama kamu. Katanya kalau orang yang suka bercanda itu awet muda. Seperti nya memang benar sih." ucap Rosa sambil tersenyum ke arah Lidya.
"Iya sih aku emang awet muda, banyak kok yang bilang gitu." ucap Lidya terkekeh.
Ia segera turun dari mobil karena sudah sampai di tempat di salon.
"Lhoh kok ke salon Lid?" tanya Rosa sambil mengernyitkan kening nya.
"Wajah mu juga perlu di amplas biar mulus. Baru nanti di kasih make up tipis tipis. Nanti hasilnya bisa secantik aku. Okay?"
Rosa hanya geleng-geleng kepala melihat Lidya yang terus saja melempar candaan padanya. Hari hari nya pun kian berwarna karena candaan Lidya. Entah mengapa walau hanya sekedar candaan, tapi justru mampu membangkitkan semangat Rosa. Mungkin hari nya akan terasa sangat sepi dan kelam jika ia tak pernah bertemu dengan Lidya. Ia segera menyeimbangi langkah Lidya yang justru tampak bersemangat itu.
"Hai baby girl ku." sapa pemilik salon ramah menyambut kedatangan Lidya.
"Hai kak Angel." balas Lidya, keduanya pun bercipika cipiki. Rosa terkejut melihat apa yang di lakukan Lidya dan seseorang yang di sapa kak Angel itu.
Setelah keduanya saling mengurai pelukan. Kak Angel melihat dengan seksama ke arah Rosa. Wajah nya sangat sulit di artikan ketika melihat Rosa dengan wajah yang penuh jerawat dan bekas nya, di tambah lagi dengan perutnya yang buncit. Hingga ia hanya mampu geleng-geleng kepala.
"Oh iya, aku lupa ngenalin. Ini Rosa teman aku kak. Tolong amplas wajahnya biar halus ya kak. Aku gemes aja sama tomat yang tumbuh subur di wajahnya. Pengen aku iih...." ceplos Lidya gemas, sambil menyatukan tangan nya.
"Beres baby." jawab kak Angel sambil mengedipkan mata dan tangannya membentuk isyarat ok.
"Ayo duduk di sana." ajak kak Angel kemudian. Lidya segera mengikuti langkah kak Angel, namun tangannya segera di tahan oleh Rosa.
"Bukankah dia laki laki?" bisik Rosa.
"Iya, dia memang laki-laki tapi pisang nya sudah di potong. Jadi, dia ngga kan macam-macam sama kita. Lagian kita ini bukan tipe nya lagi." balas Lidya dengan berbisik pula. Rosa langsung membulatkan matanya mendengar penjelasan Lidya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Hot Red Gingger
percuma kalo cantiknya krn make up. kalo ga make up jd jelek lg. yg asa perawatan, jerawat dihilangkan, kulit dikinlongi. biar bersih n lbh cerah tdk keliatan dekil. penampilan dirubah.
2023-02-12
2