17. Dugaan orang tua Lidya

"Owek.... Owek."

Lidya menajamkan pendengarannya dan beradu pandang dengan ayahnya.

"Papa dengar itu?" tanya Lidya untuk meyakinkan bahwa pendengaran nya tak salah. Pak Citro pun mengangguk sambil menyunggingkan senyum.

"Apa itu suara bayi Rosa?" tanyanya lagi sambil menyeka air matanya.

"Mungkin." jawab pak Citro apa adanya.

Lidya sedikit menyunggingkan senyum. Ia berjalan dan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Tak sabar hatinya menunggu pintu itu terbuka sempurna. Sedangkan pak Citro berjalan menuju kantin untuk membelikan Lidya teh hangat, agar bisa tenang.

Bugh...

Arghhh....

Lidya mengerang kesakitan, karena tubuh rampingnya menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi itu.

Hampir saja ia terjatuh, dan dengan sigap dokter itu menahan tubuh Lidya hingga akhirnya dia berada di pelukan dokter muda itu. Kedua netra mereka sejenak saling beradu. Lidya segera tersadar dan berusaha melepaskan pelukan dokter muda yang sangat tampan itu.

"Ma_maafkan saya dokter." ucap Lidya sambil menyatukan kedua tangan di depan dadanya, sedangkan kepala nya menunduk menghadap ke bawah. Ia benar-benar takut akan di marahi oleh dokter itu karena sudah mengganggu jam kerjanya.

Melihat tingkah Lidya yang seperti itu malah membuat dokter muda itu menyunggingkan senyum.

"It's okay, kamu ngga perlu minta maaf." ucapnya lembut. Setelah mendengar hal itu, Lidya mendongakkan kepalanya dan menatap dokter itu lagi.

"Bagaimana keadaan Rosa dok? Apakah dia masih hidup? Terus tadi aku seperti mendengar suara owek owek, apakah itu suara anaknya Rosa? Apakah aku boleh menemui nya sekarang?" Lidya mencecar dokter itu dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Dan lagi-lagi hal itu membuat dokter kembali tersenyum.

"Sudah selesai bertanya?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Lidya, dokter itu justru melempar pertanyaan pada Lidya, yang membuat Lidya mengerutkan keningnya.

"Alhamdulillah, semua masa kritisnya telah lewat. Ia masih hidup dan selamat walaupun sempat mengalami banyak pendarahan. Bayi nya juga sehat. Sebentar lagi kita akan memindahkan nya menuju ruang rawat inap. Jadi, tenanglah gadis kecil."

Lidya mengerutkan keningnya mendengar ucapan terakhir dokter itu yang menyebut nya gadis kecil. Tapi ia tetap bersyukur dan jauh lebih tenang setelah mendengar penjelasannya.

Tak lama kemudian, kedua orang tuanya datang.

"Ayah ibu, alhamdulilah Rosa dan bayinya masih hidup." seru Lidya kegirangan lalu menghambur ke pelukan kedua orangtuanya.

"Alhamdulillah." balas kedua orangtuanya. Perasaan lega menghinggapi ketiganya yang saling berpelukan itu.

Tentu saja, dokter itu masih berdiri di situ dan melihat tingkah lucu Lidya yang mirip anak kecil.

"Maaf, dimana suami nyonya Rosa?" tanya dokter itu memecah keharuan keluarga Lidya.

"Memangnya ada apa dok?" Lidya memberanikan diri untuk bertanya.

"Bayi nya belum diadzankan, silahkan bisa di adzani dulu sebelum pindah ruang."

Penuturan dokter itu membuat ketiganya saling beradu pandang. Dan tidak mungkin pula jika harus mengatakan yang sebenarnya.

"Papa, kamu saja yang mengadzani anaknya Rosa. Dia sudah ku anggap seperti keponakan ku sendiri." celetuk Lidya.

Pak Citro mengernyitkan keningnya, lalu memandang istrinya seolah-olah meminta persetujuan. Dan untungnya bu Cici mengangguk sambil tersenyum yang artinya mengijinkan.

Pak Citro segera mengikuti dokter itu masuk ke ruangan operasi dan mengadzani bayi Rosa. Setelah itu, ia kembali keluar.

Setelah semua di bersihkan, Rosa di pindah menuju kamar rawat inap. Sedangkan bayinya memang di letakkan di kamar khusus untuk bayi. Lidya senantiasa berada di sampingnya menunggu nya sampai ia sadar.

Tak lama kemudian, setelah mendapat telepon dari bu Cici, ibunya Rosa juga segera datang membawa baju ganti untuk Rosa.

"Rosa."

Tiba-tiba bu Susi sudah berada di ambang pintu masuk kamar Rosa. Lidya sekeluarga menoleh ke arah bu Susi berdiri. Untuk pertama kalinya mereka bertemu. Karena selama ini mereka hanya saling kenal lewat penuturan Rosa.

Bu Cici bangkit dari duduknya dan menghampiri bu Susi. Ia memeluk bu Susi layaknya saudara sendiri sambil mengelus punggung nya untuk memberi dukungan.

"Yang sabar ya bu. Alhamdulillah Rosa sudah berhasil melewati masa kritisnya dan tinggal menunggu ia sadar." ucap bu Cici pada bu Susi.

"Terima kasih ya bu atas segala kebaikan dan bantuan yang selama ini ibu lakukan untuk Rosa." ucap bu Susi dengan suara bergetar menahan tangis, melihat wajah Rosa yang masih pucat. Ia mengelus wajah anak semata wayangnya itu dengan penuh kelembutan.

Mereka saling bercerita membahas soal Rosa. Walaupun bu Susi sudah mengikhlaskan kejadian itu dan tidak sedikitpun menyalahkan keluarga bu Cici, tetap saja hal itu membuat bu Cici merasa tak enak.

Hari sudah beranjak malam, pak Citro mengajak pulang karena sepulang kerja ia langsung mengurus Rosa dan akhirnya kecapekan. Lidya dengan berat hati harus meninggalkan Rosa. Ia teringat akan perkataan Rosa untuk bisa membahagiakan kedua orangtuanya.

"Tante, saya pamit dulu ya. Besok pasti aku balik kesini lagi." pamit Lidya sambil mencium punggung tangan ibunya Rosa.

"Iya nak, terima kasih ya sudah menjadi teman yang baik untuk Rosa. Dia selalu bercerita tentang mu di rumah." tutur ibu Rosa yang membuat Lidya sedikit menyunggingkan senyum.

Menurutnya itu terlalu berlebihan, karena Lidya merasa tidak banyak melakukan sesuatu untuk Rosa.

Setelah berpamitan akhirnya keluarga Lidya keluar dari ruang kamar Rosa.

"Lidya, bisa kamu ceritakan sama ayah, kenapa Rosa bisa terpleset?" celetuk ayahnya.

Lidya menengok ke arah ayahnya dan sejenak berpikir.

"Lidya tidak tahu pasti yah. Karena sewaktu Lidya mau ke kamar mandi karyawan, aku sudah menemukan Rosa tergeletak dengan bersimbah darah."

"Yah, tadi sewaktu ibu mau menolong Rosa juga hampir terpeleset. Sepertinya ibu melihat genangan air di sana." imbuh bu Cici. Dahinya juga berkerut seakan sedang berpikir.

"Berarti sama seperti ayah dong, tadi ayah juga hampir terpeleset. Apa mungkin....."

"Mungkin apa pa?" sahut Lidya cepat.

"Ah sudahlah, mungkin ini hanya dugaan ayah saja."

"Jangan buat kita penasaran yah. Ayo katakan yang sebenarnya." desak Lidya.

"Mungkin ada seseorang yang ingin mencelakai Rosa." jelas pak Citro yang membuat Lidya membulatkan matanya dan mulutnya menganga lebar. Bu Cici juga tampak syok mendengar penjelasan suaminya.

"Papa, jangan ngawur deh. Bikin ibu jadi parno. Masa di rumah kita ada orang jahat." bu Cici seketika merasa panik karena selama ini keadaan rumah nya selalu baik baik saja. Dan baru ada kejadian seperti ini seumur hidupnya.

"Papa ngga ada maksud seperti itu. Tapi lihat saja, masa iya ada genangan air sebanyak itu di luar kamar mandi. Biasanya juga ada kain keset, tapi kenapa tadi ngga ada? Apa baru di cuci?"

"Enak saja, memang mama ngga nyiapin keset pengganti kalau keset yang satunya baru di cuci. Ibu sendiri kok yang naruh keset pengganti tadi pagi." balas bu Cici tak mau kalah.

"Daripada papa sama mama terus menerus berdebat, mending kita cek cctv-nya saja." cetus Lidya yang membungkam perdebatan di antara kedua orang tuanya.

Episodes
1 1. Rosa hamil?
2 2. Bunuh diri
3 3. Meminta pertanggungjawaban
4 4. Membeli jamu
5 5. Takdir yang harus dijalani
6 6. Mencari kerja
7 7. Gaji pertama
8 8. Tawaran bu Cici
9 9. Les privat
10 10. Penilaian mereka
11 11. Keceplosan
12 12. Make over
13 13. Di salon
14 14. Kebaikan Lidya
15 15. Mawar berduri
16 16. Rosa kritis
17 17. Dugaan orang tua Lidya
18 18. Kecelakaan
19 19. Terlambat sekolah
20 20. Pulang dari rumah sakit
21 21. Mendaftar jadi guru les
22 22. Menangkap Anita
23 23. Anita di tangkap polisi
24 24. Sebuah keputusan
25 25. Menjadi TKI
26 26. Bertemu majikan
27 27. Di rumah sakit
28 28. Sebuah fakta
29 29. Sebuah niat
30 30. Keputusan
31 31. Di bandara
32 32. Abrisam
33 33. Hinaan netizen
34 34. Memulai usaha
35 35. Melepas rindu dengan sahabat
36 36. Menyatakan cinta
37 37. Memikirkan Lidya
38 38. Akhirnya diterima
39 39. Foto itu
40 40. Menikahi mu
41 41. Di hantui wanita itu
42 42. Hampir saja ketahuan
43 43. Kesiangan
44 44. Si kembar tampan
45 45. Menjemput mempelai
46 46. Sah
47 47. Berjanji pada ibu
48 48. Menyingkap baju
49 49. Satu kamar
50 50. Belajar sholat
51 51. Tangisan di kamar mandi
52 52. Tidur sekamar
53 53. Di dalam lift
54 54. Bermunajat
55 55. Kenapa seribet ini?
56 56. Ibu karbitan
57 57. Istri untuk selamanya
58 58. Hanya author yang tahu
59 59. UPS, sorry
60 60. Kembali bekerja
61 61. Rico cemburu
62 62. Kejutan dari umi Farhana
63 63. Perasaan oma
64 64. Matamu dikondisikan dong
65 65. Menyambut kedatangan orangtua
66 66. Dendam yang mengakar
67 67. Husein dan Farhana
68 68. Masa lalu
69 69. Tertangkap basah
70 70. Di kira pacar
71 71. Curhat
72 72. Jebakan
73 73. Melapor
74 74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75 75. Penangkapan
76 76. Berdoa
77 77. Curhat
78 78. Mati
79 79. Keputusan oma
80 80. Kedatangan Husein dan Farhana
81 81. Prahara besar
82 82. Di usir dan di kurung
83 83. Disita
84 84. Di pengadilan
85 85. Sidang pertama
86 86. Sebuah informasi
87 87. Menangisi laki-laki
88 88. Kabur
89 89. Kemarahan Oma
90 90. Ke ujung dunia
91 91. Sidang ke 2
92 92. Sebuah keputusan
93 93. Keputusan hakim
94 94. Makan bersama
95 95. Menyatakan cinta
96 96. Di blokir
97 97. Mencari kerja
98 98. Abigail mencari kerja
99 99. Abrisam mencari kerja
100 100. Mencari solusi
101 101. Menolak tawaran
102 102. Diculik
103 103. Mengembalikan uang
104 104. Diculik 2
105 105. Terkejut
106 106. Motor Rosa
107 107. Siapa dia?
108 108. The power off kepepet
109 109. Kesetrum
110 110. Racun ular, obat penawar
111 111. Rahasia
112 112. Pengejar berita
113 113. Bercerita
114 114. Tak percaya
115 115. Undangan makan malam
116 116. Penolakan
117 117. Menjemput Rosa
118 118. Menjemput Lidya
119 119. Permintaan Oma Sekar
120 120. Reaksi orang tua
121 121. Melamar Rosa
122 122. Pernikahan Rosa
123 123. Pernikahan Lidya
124 124. Membobol gawang
125 125. Tamat
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Rosa hamil?
2
2. Bunuh diri
3
3. Meminta pertanggungjawaban
4
4. Membeli jamu
5
5. Takdir yang harus dijalani
6
6. Mencari kerja
7
7. Gaji pertama
8
8. Tawaran bu Cici
9
9. Les privat
10
10. Penilaian mereka
11
11. Keceplosan
12
12. Make over
13
13. Di salon
14
14. Kebaikan Lidya
15
15. Mawar berduri
16
16. Rosa kritis
17
17. Dugaan orang tua Lidya
18
18. Kecelakaan
19
19. Terlambat sekolah
20
20. Pulang dari rumah sakit
21
21. Mendaftar jadi guru les
22
22. Menangkap Anita
23
23. Anita di tangkap polisi
24
24. Sebuah keputusan
25
25. Menjadi TKI
26
26. Bertemu majikan
27
27. Di rumah sakit
28
28. Sebuah fakta
29
29. Sebuah niat
30
30. Keputusan
31
31. Di bandara
32
32. Abrisam
33
33. Hinaan netizen
34
34. Memulai usaha
35
35. Melepas rindu dengan sahabat
36
36. Menyatakan cinta
37
37. Memikirkan Lidya
38
38. Akhirnya diterima
39
39. Foto itu
40
40. Menikahi mu
41
41. Di hantui wanita itu
42
42. Hampir saja ketahuan
43
43. Kesiangan
44
44. Si kembar tampan
45
45. Menjemput mempelai
46
46. Sah
47
47. Berjanji pada ibu
48
48. Menyingkap baju
49
49. Satu kamar
50
50. Belajar sholat
51
51. Tangisan di kamar mandi
52
52. Tidur sekamar
53
53. Di dalam lift
54
54. Bermunajat
55
55. Kenapa seribet ini?
56
56. Ibu karbitan
57
57. Istri untuk selamanya
58
58. Hanya author yang tahu
59
59. UPS, sorry
60
60. Kembali bekerja
61
61. Rico cemburu
62
62. Kejutan dari umi Farhana
63
63. Perasaan oma
64
64. Matamu dikondisikan dong
65
65. Menyambut kedatangan orangtua
66
66. Dendam yang mengakar
67
67. Husein dan Farhana
68
68. Masa lalu
69
69. Tertangkap basah
70
70. Di kira pacar
71
71. Curhat
72
72. Jebakan
73
73. Melapor
74
74. Pertemuan Lidya dengan orang tua si kembar
75
75. Penangkapan
76
76. Berdoa
77
77. Curhat
78
78. Mati
79
79. Keputusan oma
80
80. Kedatangan Husein dan Farhana
81
81. Prahara besar
82
82. Di usir dan di kurung
83
83. Disita
84
84. Di pengadilan
85
85. Sidang pertama
86
86. Sebuah informasi
87
87. Menangisi laki-laki
88
88. Kabur
89
89. Kemarahan Oma
90
90. Ke ujung dunia
91
91. Sidang ke 2
92
92. Sebuah keputusan
93
93. Keputusan hakim
94
94. Makan bersama
95
95. Menyatakan cinta
96
96. Di blokir
97
97. Mencari kerja
98
98. Abigail mencari kerja
99
99. Abrisam mencari kerja
100
100. Mencari solusi
101
101. Menolak tawaran
102
102. Diculik
103
103. Mengembalikan uang
104
104. Diculik 2
105
105. Terkejut
106
106. Motor Rosa
107
107. Siapa dia?
108
108. The power off kepepet
109
109. Kesetrum
110
110. Racun ular, obat penawar
111
111. Rahasia
112
112. Pengejar berita
113
113. Bercerita
114
114. Tak percaya
115
115. Undangan makan malam
116
116. Penolakan
117
117. Menjemput Rosa
118
118. Menjemput Lidya
119
119. Permintaan Oma Sekar
120
120. Reaksi orang tua
121
121. Melamar Rosa
122
122. Pernikahan Rosa
123
123. Pernikahan Lidya
124
124. Membobol gawang
125
125. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!