"Alhamdulillah, kamu simpan saja baik baik untuk biaya kelahiran nanti." Kata bu Susi setelah Rosa memamerkan gaji pertamanya.
"Ini untuk ibu." Rosa menyerahkan 5 lembar uang merah itu pada ibunya.
"Ibu kan sudah dapat gaji dari pabrik, jadi uang ini untuk kamu saja." ibunya mendorong uang itu ke Rosa.
"Kalau kamu ngga mau ya sudah, uang itu untuk cucu ibu saja. Jadi ibu titipkan sama kamu." bu Susi tersenyum yang di balas senyuman juga oleh Rosa.
"Terima kasih banyak bu." ucap Rosa sambil memeluk ibunya.
______
"Huh." bu Cici mendengus kesal sambil menghempaskan pantatnya di kursi kasir.
"Ada apa bu?" tanya Rosa. Ia terkejut melihat bos nya seperti marah.
"Itu si Lidya, di suruh berangkat les ngga mau. Katanya guru nya galak." bu Cici menjawab dengan muka cemberut.
Rosa seketika bernafas lega, ternyata bos nya marah bukan urusan kerja. Sehingga Rosa hanya mendiamkan nya saja sampai amarah nya hilang.
"Ros." kata bu Cici tiba-tiba.
"Iya bu, ada apa?" jawab Rosa sambil merapikan dagangan yang berantakan.
"Kesini sebentar." titah bu Cici, lantas Rosa mendekat ke arah bu Cici.
"Seingat ku dulu ketika kamu melamar kerja di sini, nilai mu bagus semua. Kalau kamu bantuin Lidya gimana? Tenang, nanti ibu berikan upah tambahan untuk mu."
Rosa terkejut dengan permintaan bu Cici, sejenak ia berpikir untuk menerima atau menolak tawaran itu. Karena yang ia tahu, Lidya itu sangat keras kepala, dan mudah emosi. Lalu bagaimana ia akan mengajari nya. Ia juga takut akan di cemooh mengingat lulusannya yang cuma tamat SMP.
"Ros?" tanya bu Cici yang membuyarkan lamunan Rosa.
"I_iya bu."
"Gimana, kamu mau kan bantuin ibu?"
"Tapi, saya kan cuma tamat SMP, seumuran dengan mbak Lidya juga."
"Ibu tuh sebenarnya sudah beberapa kali mengundang guru les privat juga, tapi enggak ada yang cocok dengan keinginan tuh anak. Siapa tahu kalau yang mengajarinya seumuran dengannya jadi ada kecocokan gitu." Rosa manggut-manggut mendengar penuturan bu Cici.
"In shaa Allah akan Rosa coba bu kalau begitu."
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Terima kasih ya Ros." ucap bu Cici dengan wajah yang berbinar.
"Tetap saya yang harus mengucapkan terima kasih, bukan ibu. Karena sudah memberi kesempatan pada saya untuk kembali belajar."
Bu Cici semakin tersentuh dengan setiap perkataan dan perbuatan Rosa. Dalam hati ia sangat menyayangkan dengan ujian yang sedang di lewati Rosa hingga dia hamil.
"Nanti ibu kabari kamu lagi ya Ros."
"Iya bu, Rosa permisi kerja lagi."
______
Hari minggu sebenarnya Rosa libur. Biasanya ia akan membantu ibunya menyiram tanaman hias di depan rumah mereka, dan merapikan rumput liar.
Tapi, hari itu seperti biasa ia sudah rapi dan menyelempangkan tas bersiap untuk pergi ke rumah bu Cici.
"Bu, Rosa pamit dulu ya, mau pergi ke rumah bu Cici." Rosa mengulurkan tangan pada ibunya.
"Lhoh, katanya hari minggu kamu libur, kok ini tetap berangkat kerja?" tanya ibunya sambil mengelap peluh yang perlahan mulai membasahi wajahnya.
"Astaghfirullah. Rosa lupa bilang bu, hari ini Rosa di minta untuk membantu mbak Lidya belajar." ucap Rosa sambil meringis.
"Ya Allah nduk, harusnya kamu tolak saja tawaran itu. Seminggu kamu sudah bekerja, harusnya sekarang waktunya kamu beristirahat di rumah, menikmati waktu sambil santai. Ibu ngga mau kamu kecapekan."
"Belajar nya mungkin hanya butuh waktu sekitar 2 jam bu. Jadi nanti Rosa masih bisa istirahat. Alhamdulillah sebulan lebih kerja, Rosa ngga merasakan kecapekan. Sepertinya bayi ku ini mengerti dengan kondisi mamanya, tidak mau merepotkan mamanya." jawab Rosa sambil mengelus perutnya yang buncit. Mendengar penjelasan Rosa, ibunya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Ya sudah, kamu hati hati ya, kalau capek kamu harus segera minta ijin sama bos mu." dengan berat hati akhirnya ibunya memberi ijin.
"Baik bu." jawab Rosa sambil tersenyum dan mencium punggung tangan ibunya dengan takzim.
Menempuh 15 menit perjalanan, akhirnya Rosa sudah sampai di rumah bu Cici. Rumah itu berdampingan dengan toko kelontong milik nya.
Tok ...Tok....Tok
Rosa mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Semenjak hal buruk menimpa nya, ia memang sedikit lebih religius.
Kemana pun ia pergi selalu mengucap salam, bibirnya senantiasa menyebut asma Allah kala mendengar, merasakan berita yang baik dan buruk.
Terbersit keinginan untuk mengenakan hijab. Tapi, Ia takut jika mengenakan hijab sekarang, justru akan mengotori kesucian hijab. Ia sempat berpikir negatif pada orang sekitarnya, jika ia nanti mengenakan hijab takut di kira untuk menutupi kehamilan nya. Bukan karena niat mengharap ridho Allah. Jadi dengan terpaksa ia menunda keinginan nya yang mulia itu.
"Rosa." Anita memanggil nya, seperti heran dengan kedatangan Rosa, karena ia tahu jika Rosa hari itu mendapat jatah libur.
"Iya mbak." Rosa tersenyum manis menjawab panggilan temannya.
"Kenapa kamu ada di sini? Bukan kah kamu sedang libur hari ini?" tanya Anita lagi.
"Saya kesini di suruh sama bu Cici untuk membantu mengajari mbak Lidya belajar." jelas Rosa.
"Belajar, belajar apa? Belajar bikin anak?" tebak Anita sambil terkekeh.
Hati Rosa bagai tercabik-cabik mendengar gurauan Anita.
"Ros? Sudah lama nunggu?" suara bu Cici tiba-tiba mengejutkan keduanya. Anita seketika terdiam kala mendengar suara bos nya yang di anggap pelit itu.
"Baru saja kok bu." Rosa bangkit berdiri dan segera menghampiri bu Cici untuk bersalaman seperti biasanya.
"Ya sudah, ayo masuk." bu Cici merangkul Rosa masuk ke rumah besar nya seperti anak nya sendiri.
"Segitunya sih memperlakukan Rosa yang cuma anak baru, hamil ngga ada suami nya pula." gerutu Anita kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"Lid, Lidya." bu Cici mengetuk kamar anaknya sambil berteriak menyebut namanya.
"Iya ma." akhirnya setelah beberapa kali teriakan yang cukup membuat bu Cici kehabisan tenaga, pintu itu di buka juga oleh anaknya.
"Kamu ngapain saja sih? Mama hampir aja pingsan karena terus meneriaki kamu." gerutu bu Cici yang membuat Rosa sedikit menyunggingkan senyum karena lucu.
"Lidya kan baru mandi ma." dengan santainya Lidya menjawab sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Ini Rosa mau nemenin kamu belajar. Dia sabar dan baik orangnya, harusnya kamu betah. Capek mama selalu nyariin guru les tapi tak bisa bertahan lama." pandangan Lidya pun beralih pada Rosa. Dari atas ke bawah, balik lagi dan berhenti pada perut buncit Rosa.
"Kamu hamil?" tanya Lidya. Rosa mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu kan masih muda, kenapa sudah berani menikah? Jadinya hamil kan." celetuk Lidya.
"Hush, rezeki orang tuh beda-beda. Kalau rezeki Rosa punya anak sekarang ya ngapain harus di tolak." sergah bu Cici pada anaknya, takut menyinggung perasaan Rosa. Rosa hanya tersenyum menanggapi tingkah ibu dan anak itu.
"Ya sudah, kalian berdua belajar sana. Ibu bikin kan cemilan untuk kalian berdua."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
luiya tuzahra
jgn2 niih si lidya kenal rico trus pacaran lgi
2024-03-01
0
Andi Fitri
kirain si anita tulus sm rosa tak tau punya iri dan dengki juga..
2023-10-10
0