Nikah Yuk Mbak?!
"Mbak Nina! Nanti kalau aku lulus sekolah nikah sama aku ya."
"Astaghfirullah!!"
"Mbak kenapa mbak?" tanya Ozil bangkit dari pencucian nya di sumur.
"Kamu tu masih kecil, sekolah aja dulu." balas Nina yang sedang memandikan Zidan, anak lelakinya yang berusia 8bulan itu.
Ozil cengengesan kembali ke aktifatas mencuci nya.
"Aku dah gede mbak! Sama mbak Nina aja gedean aku. Aku juga udah sunat. Udah gede!" tegas Ozil masih dengan meneruskan aktifitas mencuci nya.
Astagfirullah, kenapa dengan anak ini? Baru juga kelas 3 SMK, sudah seharusnya mikirin gimana bisa lulus ujian, ini malah nambah ujian kesabaran. Ya salaaamm.
"Kamu tu masih sekolah Oz." Nina kembali mencoba menyabuni zidan anak nya. Bocah itu aktif banged lonjak-lonjak nggak karuan Nina sampai harus memegangi bawah ketiak nya. Alhasil nggak berhasil nyabunin.
"Kan Ozil bilang kalau dah lulus tadi kan?"
"Ya udah! Kamu lulusin aja dulu."
"Berarti mau mbak?"
"Astagfirullah." pekik Nina sabar. Entah untuk siapa itu, Ozil? Atau Zidan yang melonjak-lonjak dari mandi nya padahal dia belum sanggup untuk menapak dengan kedua kaki nya.
"Adek Zidan, diem! Kek gini ibuk nggak bisa mandiin kamu."
Ozil yang masih sibuk nyuci baju di embernya, beranjak mendekat, memegang bawah ketiak Zidan dengan kedua tangan nya tepat di atas tangan Nina, membuat Nina sedikit terkejut.
"Mbak yang sabunin, biar aku yang pegang." tanpa menjawab, Nina langsung menyabuni anaknya, mengguyur tubuh Zidan dengan air hangat kuku.
Ozil menatap intent kaka iparnya yang ada didepannya itu.
"Mbak kek gini kita dah kek pasangan suami istri loh, kerja sama mandiin Zidan." Ozil nyengir.
Entah harus bersikap seperti apa lagi Nina saat ini.
"Mau ya mbak?"
"Astagfirullah Ozziiilll."
Nina adalah janda kaka kedua Ozil yang meninggal 8bulan lalu. Ozil Ozura Putra adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dari pasangan Bahdim dan Ana. Anak pertama bernama kedhira sudah menikah dan beranak 3 tinggal di kota Magelang. Anak kedua Ozan yang baru dua tahun yang lalu menikahi Nina.
Flashback
Di sebuah klinik bersalin,Nina sedang berbaring di brangkar kusus bersalin. Dengan kaki yang menekuk ke atas. Seorang bidan mengecek bagian intim Nina.
"Udah buka'an 6 mbak." ucap bu bidan,
"Jadi aturan nya begini ya mbak Nina, kita akan menunggu jalan lahir sampai pembukaan sempurna. itu buka'an 10 ya. Selama itu mbak Nina nggak boleh ngeden.
Nggak usah kuatir pipis atau pup. Karena itu hal yang wajar. Malah yang bener ya begitu. " terang Bu Bidan menjelaskan.
"Aturan ngedennya sama kayak mau pup ya mbak Nina, jadi jangan di kerongkongan sampai bersuara kayak di sinetron itu. Tapi di sini, di perut. Pokok nya sama kayak ngeden mau ngeluarin pup itu ya mbak Nina. " Jelas bu Bidan lagi meneruskan.
"Dok! Ini kayak nya aku mau ngeden dok." Nina panik merasakan adanya dorongan dari dalam.
"Tenang mbak Nina. Tarik nafas,lalu hembuskan. Jangan panik! Tarik nafas, hembuskan, tarik nafas, hembuskan." instruksi bu Bidan sambil menyontohkan.
Nina mengikuti arahan bu Bidan.
"Bener! Begitu mbak Nina, setiap kali di rasa ada dorongan langsung lakukan seperti itu ya. " pesan bu Bidan lagi.
"Ini suaminya mana mbak Nina? Belum datang ya?"
"Iya bu Bidan, masih di jalan." ibu mertua Nina yang menjawab.
"Ohh, ya udah! Nggak papa, ini di luar juga masih hujan deras. Nanti langsung suruh masuk aja ya, biar nemenin istrinya yang lagi berjuang lairan."
Ozan suami Nina yang sedang bekerja dan mendapat panggilan jika istrinya akan melahirkan, meminta ijin pulang.
Siang itu hari Jum'at, jam 14.30. Hujan begitu deras mengguyur kota jogja. Dengan memacu motor nya maksimal, Ozan mencoba sesegera mungkin untuk bisa sampai di klinik bersalin tempat istrinya, Nina akan melahirkan. Jarak dari tempat kerja nya di wilayah Sleman sampai klinik skitar 40menit dengan kondisi jalan lancar tanpa hujan.
"Udah buka ' an 10 mbak Nina. Udah bisa ngenden. Ayo mbak." bu bidan memberi instruksi.
Nina mulai mengeden, selain karena memang ada dorongan dari dalam, juga dia ikut ngeden. Namun si bayi masih belum mau keluar, Sekali lagi Nina mengenden, dengan di semangati bu bidan dan asisten nya, juga ibu mertuanya yang masih setia menemani.
Ozan semakin memacu laju motor nya perasaan nya terasa tak enak. Info terakhir yang dia dapat, Nina sudah buka'an 6. Itu artinya sebentar lagi debay bakal melihat dunia. Dia harus ada di sana saat jagoan kecil nya menghirup udara dunia untuk pertama kali nya.
Siang itu jalanan cukup licin, mengingat hujan cukup deras mengguyur bumi tak menyusutkan keinginan pengguna jalan untuk melakukan perjalanan. Begitu pun dengan Ozan. Namun Ozan malah terjebak macet,dengan jalan dua arah itu,Ozan mencoba menyalip-nyalip dengan motor matik nya untuk memangkas jarak macet kendaraan. Hingga sampai dia di barisan ke dua dari biang pembuat kemacetan panjang. Yang ternyata sebuah truk tronton yang melaju perlahan.
Ozan melongok ke depan memastikan aman untuk menyalip tronton yang hampir memenuhi setengah badan jalan itu. Ozan mulai menarik gas motor nya.
"Sedikit lagi mbak Nina! Udah kelihatan kepalanya loh! Ayo mbak!" Bu Bidan menyemangati Nina yang menjeda menarik nafas sebentar.
"Mas Ozan... Mas Ozan belum datang buk?" Tanya Nina di tengah-tengah perjuangannya.
"Sabar Nina, jangan mikirin Ozan dulu. Yang penting sekarang anakmu lahir. Ya?" Ucap Bu Ana mencoba menenangkan Nina yang mulai cemas di tengah perjuangan hidup dan mati melahirnya sang jabang bayi.
Ternyata perjuangan melahirkan lumayan juga. Menguras semuanya. Nina sudah kelelahan namun dia harus tetap berjuang. Sekali lagi, dengan kekuatan penuh. Nina mengeden bersamaan dengan dorongan yang dia rasakan dari dalam.
Mata Ozan membulat baru setengah tronton yang dia lewati dari arah berlawanan muncul bus pariwisata yang melaju kencang. Ozan mencoba membelokkan arah stang motor nya. sayang, jalanan yang diguyur air hujan begitu licin hingga membuat roda motor nya selip dan
BRUUUUAAAAAKKKKK!
CEEKKKIIIIIITTTTTT!
BRRUUUUUAAAAKKKK!
Tubuh Ozan terpental menghempasnya di aspal jalanan dengan darah segar yang merembes dari tubuh nya. Benturan nya begitu keras hingga helm yang dia kenakan terlepas dari kepala nya. Dia masih tersadar, air mata nya mengalir menyatu dengan hujan dan darah. Hingga nafasnya terputus oleh takdir.
"MASS OZAANN!!" Teriakan Nina bersamaan dengan suara bayi yang keluar dari jalan rahimnya.
"OOWEEE.... OOOOWEEE..."
Suara tangisan bayi kecil di sambut dengan suka cita. Satu kehidupan pergi dan digantikan oleh kehidupan yang lain nya.
"Alhamdulillah..."
Bersambung.
Mohon dukungan nya ya para reader dengan
Like
Komen
Fav
Vote
Gift
terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
mobie mz
baca berulang kali masih ttp cekikikan ak🤣🤣
2024-11-12
0
" sarmila"
lnjut d sini semngat truuuuuussss
2023-11-11
0
Ummi Nza
baru part lertama udh miris.aja
2023-10-08
0