bag 8

"Mbak Nina."panggil Ozil dari ambang pintu dapur dan halaman belakang. Masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Hmmm...." Nina berdehem, sibuk dengan aktifitas memasaknya. Ozil mendekat,

"Apa mbak Nina beneran harus pindah ke sleman?" tanya Ozil dengan ragu-ragu.

"I-yaa gi-tu."balas Nina sambil mengetes rasa.

"Nggak bisa ya mbak tinggal disini aja?" tanya Ozil lagi dengan suara lesu menatap Nina dari samping.

"Ya gimana ya Oz, aku kan nggak bisa bolak-balik terus, ninggalin Zidan. Nggak mungkin juga minta tolong Adira handle terus. Sementara dia masih sekolah. Jualan mbak di sana lebih banyak dan lagi butuh banyak perhatian dari mbak." jelas Nina tentang situasinya.

"Mbak Nina pindah bukan karena menghindari aku kan?"tanya Ozil lagi.

Nina terkekeh.

"Yaaa, kenapa aku musti ngindari kamu Oz? Emang kamu depkolektor?"

"Yaaaa, mana tau mbak. Gara-gara semalam, mbak langsung mau pindah aja."

Nina terkekeh lagi.

"Kamu ini masih kecil."Nina mengusap kepala Ozil, membuat rambutnya berantakan. Dengan tawa yang masih menghiasi wajahnya.

"Kamu sekolah aja yang bener. Terus kerja, seperti yang udah bapak anjurin. Heeemmm?"

Mbak Nina masih aja memperlakukan aku kayak anak kecil. pikir Ozil menatap inten Kakaknya.

"Mbak Nina mau nunggu aku sampai lulus dan dapat kerja kan?"tanya Ozil mencoba meyakinkan diri.

Nina menghela nafasnya.

"Iya...."

"Yeeeesss!!" sorak Ozil girang menekuk sikunya dan mengepalkan kedua tangannya.

"Mbak Nina, aku belajar dulu ya.." sambungnya dengan riang melangkah meninggalkan dapur.

Nina tersenyum lucu melihat tingkah adiknya itu.

"Sudahlah, nanti jika dia sudah dewasa dan jatuh cinta juga akan melupakanku." gumam Nina kembali melanjutkan masaknya.

Selang berapa lama, Nina berjalan ke teras rumah, Ozil dengan beberapa buku di meja, dia asyik bercanda dengan Zidan.

"Zidan udah bangun?"Tanya-nya menggendong Zidan dari pangkuan Ozil.

"Om Oz kan lagi belajar. jangan ganggu ya nak." ucap Nina lagi.

"Nggak papa mbak." kata Ozil mengambil bukunya."Tadi Zidan bangun pas mbak lagi masak. jadi ya ku bawa aja." terang Ozil lagi.

"Iyaa Oz. Makasih ya." ucap Nina dengan senyum manis menimang Zidan.

"Masakannya udah jadi. Makan dulu sana."

"Iya mbak. ntar ku makan."

"Ibuk sama bapak masih diladang ya? Aku anter makanan dulu kesana ya."

"Sama Zidan mbak?"

"Heemm..."

"Ikut."

"Nggak usah. Kamu belajar aja. Masih ujian kan?"

"Iya sih."

"Ya udah, belajar aja yang bener." pesan Nina berlalu.

Nina membawa satu set rantang ditangannya. Dan Zidan dalam gendongannya. Nina berjalan menuju ladang agak jauh dari rumah.

Dan berhenti disaung, disana bapak dan ibuk sedang meminum teh.

"Nina bawain makan siang pak." serunya , saat melihat pak bahdim melihatnya lebih dulu.

"Yaaahh,, karena sudah dibawain ya sudah sih. Nggak jadi balik." ujar bapak.

"Masak apa nin?" tanya ibuk sembari menerima rantang yang dibawa Nina.

"cuma oseng sih buk sama mendoang dan pergedel."jawab Nina duduk tak jauh dari ibu mertuanya.

"Waahh,, enak ini." seru bapak girang, karena oseng kesukaannya, Oseng pete cabe ijo. Ibuk mengambil daun pisang lalu menyendokkan nasi dan lauknya di atas daun pisang itu.

"Ya udah. Ayo makan pak."ajak ibuk mengangsurkan jatah bapak. Lalu ibuk mengambil untuk dirinya sendiri.

"Nina, ayo kamu juga makan." ajak bapak dan ibuk bersamaan.

"Iya pak. buk." jawab Nina mengambil kotak makan yang lain. Itu kotak makan milik Zidan.

"Mau nyuapin Zidan dulu." ucapnya

"Nin, besok apa kamu bakal pulang sendiri naik motor?" tanya ibuk disela-sela makan siangnya.

"Nggak buk, besok ada teman yang jemput."

"Oo ya udah."ucap ibu lega,"Ibu cuma kwatir aja kalau kamu pergi bawa Zidan naik motor berdua aja."

"Hehe nggak kok buk."

"Brngkat jam berapa besok?"

"Pagi sih buk. skitar jam 10an mungkin"jawab Nina sambil menyuapin Zidan.

"Nin, maafin Ozil ya, kalau dia gangguin kamu terus."kata ibuk dengan wajah tak enak.

"Nggak papa buk." balas Nina, "Namanya juga bocah. Masih masa puber."

"Hahahah... bener kamu Nin." seru ibu dengan tawanya."Yaahh, bagus kalau kamu maklum sih."

Nina tersenyum lucu. kembali menyuapi Zidan.

"Ozil itu sampai sekarang anaknya baik kok. Rajin juga, Nina senang ada yang nemenin bercanda bantuin jaga Zidan juga, Jadi Nina nggak terlalu sedih ditinggal Mas Ozan bu." lanjut Nina dengan seberkas senyuman.

"Lagi pula Ozil nanti jika sudah dewasa dan ngerti juga bakal lupain Nina, jatuh cinta dengan gadis seumurannya. Ibuk nggak usah kwatir. Bocah itu masih labil dan udah seperti adek Nina sendiri buk....."

"Siapa yang masih labil?" suara Ozil terdengar sedikit tinggi dan kesal.

Membuat ibuk, pak Bahdim dan Nina menoleh kearahnya.

Wajah Ozil sudah memerah, sepertinya sih marah. Mungkin.

Duuuhhh! bocah ini? ngapain pake nyusul segala sih? pikir Nina.

Ozil mendekat dan duduk disisi pak Bahdim.

"Mbak Nina pikir aku masih kecil ya? Aku masih bocah ya?"

"Apa sih Oz, datang-datang marah?" sergah Nina yang berubah mood nya.

"Iya kamu ini Zil,Kalau lapar itu makan jangan marah-marah. Kayak bocah aja. Kalau mau jadi suami Nina itu ya harus dewasa dikit donk pikirannya."ucap bapak menasehati.

"Betul kata bapakmu."Ibuk ikut menimpali. "Tuuhh, malu sama Zidan calon anakmu." kekeh ibu, di ikuti kekehan lain dari bapak.

"Aku nggak marah. Cuma kesel aja di tinggal sendirian dirumah. begitu nyusul malah dengar pada nggibahin aku." dengus Ozil menyomot mendoang dari rantang lalu memakannya.

"Ya harusnya kamu senang donk digibahin, dapet sumbangan pahala dari kita."kekeh Nina.

Ozil mendengus..

"Mbak Nina besok brangkat jam brapa?"

"Jam sepuluh mungkin."

"Yaahh.. nggak ketemu aku donk nanti. Aku masih disekolah ujian."

"Iya. nggak papalah, kan kamis siang Mbak sama Zidan dah kesini lagi."

"Iya mbak?"

"Iya, mau Ziarah tempat mas Ozan."

Ozil terdiam, melirik sekilas wajah kakaknya.

Mungkin hati Mbak Nina masih terpaut sama Mas Ozan. Apa aku terlalu memaksa buat segera nikahi mbak Nina? Huuuff, kalau nggak gercep ntar malah keduluan orang lain gimana? pikir Ozil kala itu, matanya melihat keatas seolah sedang cari wangsit.

Ya Alloh, kasih petunjuk donk. Ozil galau nih.

###

Keesokan harinya, Ozil berpapasan dengan Nina yang baru keluar dari dapur menuju padasan dekat sumur hendak mengambil wudu.

"Mbak Nina mau subuhan?"

"Ini mau ambil wudhu." jawab Nina menyingsingkan lengannya lalu mulai berwudhu.

Yes, bisa jama'ahan nih batin Ozil berjalan mendahului. Begitu sampai di ruangan yang dikhususkan untuk sholat itu, Ozil segera memakai koko dan sarung, lalu memasang pecinya. Dia berkaca sebentar.

Udah ganteng! batinnya lagi. Ozil mengintip dibalik tirai yang menutupi ruangan itu, Nina sedang berjalan kearahnya.

Yeeesss!! Target udah mendekat. batin Ozil lagi. Gegas Ozil mengambil posisi diatas sajadah.

Tak lama tirai dibuka,

"Eehh, mbak Nina. Pas nih belum sholat aku. Jama'ah an yukk!"

___€€€___

Terpopuler

Comments

rindu senja

rindu senja

gayamu ziiiillllll ngga tawar q 🤣🤣🤣🤣

2022-11-04

0

rindu senja

rindu senja

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-11-04

0

neng iyi

neng iyi

wkwkwkw gercep bangt zul,,, klo jdoh gk bkln ktuker kok, tenang ajj

2022-11-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!