Bag 4

Malam itu langit bergemuruh, suara petir menyambar bersautan, kilatannya membelah gelapnya malam. Menambah suasana menjadi mencekam. Rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi. Kediaman Keluarga Bahdim terasa sunyi. Nina yang sedang menidurkan anak lelakinya Zidan tertegun mendengar suara pintu kamarnya di ketuk dari luar.

"Siaapa?" tanya Nina melongokkan kepalanya.

"Ozil mba." jawab suara dibalik pintu.

"Ada apa Oz?" Nina menutup dadanya seusai menyusui Zidan.

"Zidan dan tidur belum?" suara Ozil lagi dibalik pintu yang masih tertutup.

"Udah."

"Keluar bentar bentar mba." pinta Ozil

Nina melirik jam, pukul sembilan malam.

"Mau ngapain Ozil malam-malem gini nyuruh keluar?"gumam Nina beranjak bangun. Dia bersungut mendekati pintu.

"Apa Oz?" tanya Nina membuka pintu kamarnya.

"Sini mba," ajak Ozil berjalan mendahului keruang keluarga yang berada di sebelah kamar Nina.

"Apa sih?" tanya Nina lagi mengikuti.

"Ajari aku mbak.. Ada tugas nih." pinta Ozil duduk seraya menggeser beberapa tumpukan buku diatas meja.

"Tugas apa?" tanya Nina duduk tak jauh dari Ozil.

"Nih." Ozil menyerahkan box kardus warna coklat.

"Apaaan nih?" tanya Nina mengolak-alik isi kardus itu. yang rata-rata isinya kertas berwarna.

"Bingung aku mba, sama guru seni rupa dikasih tugas bikin prakarya." ucap Ozil dengan tampang memelas.

"Ya udah bikin aja. apa yang dibingungin? Suruh bikin apa emangnya?"

"Bebas mba."

"Tuuuhh bebas. lebih gampang kan?"

"Justru itu mba, karena bebas makanya jadi bingung."

"Astaga..." Nina mengelus dadanya."Kamu mau nya bikin apa Oziiilll?"

"Bikin mbak jatuh cinta sama Ozil." ujarnya cengar-cengir dengan mengerling nakal.

"Ck... kutinggal nih!" kesal Nina meletakkan box coklatnya.

"Jangan marah lah mba. Tambah cantik kalau mbak marah."

"Kamu ini kecil-kecil pinter nggombal ya."

Ozil tertawa renyah.

"Woo ya jelas, kalau nggak pinter mana bisa jadi ketua karang taruna, pengurus mudamudi, wakil remaja masjid, tambah jadi guru ngaji anak-anak lagi sekarang." ucapnya nyombong.

"Ck. nyombong kamu sama mbak." cibir Nina menjitak kepala Ozil.

"Mbak di mudamudi jadi apa?" tanya Ozil menggoda di selingi ejekan.

"Jadi patung!" ketus Nina.

"Buahahahhaha... jadi patung..." ledek Ozil dengan tawa yang memenuhi ruangan.

Nina memutar matanya malas.

"Haaaaahhh.... Apaan ketawamu itu, yang katanya ketua karang taruna, minta bantuan patung buwat ngerjain tugas." cibir Nina jengkel.

"Ya kan dari pada mbak Nina nggak ada kerjaan mbak." oceh Ozil.

"Mana ibuk sama bapak? kok sepi?" tanya Nina celingukan.

"Lagi kondangan mba." ucap Ozil santai.

"Kondangan?" tanya Nina heran menautkan alisnya."Malam-malam gini kondangan dimana?"

"Eh, bukan kondangan sih. Rewang tempat yang punya hajatan. bantu-bantu mba."

"Heemm.." Nina manggut-manggut."Kamu ini sebenernya takut aja kan minta ditemeni?" goda Nina melirik jail pada Ozil. Adik iparnya itu memang sudah dikenal takut hantu. Aneh bukan? aktif berbagai kegiatan tapi malah takut hantu.

"Eehh,, enggak lah!" bantah Ozil dengan muka memerah, "Takut apa aku......"

PAAATTTSSS

Listrik tiba-tiba padam

"Mbaaaakkkk....." Jerit kengerian Ozil memeluk Nina.

"Hiiiiihh... jangan peluk-peluk lah." protes Nina kesal melepas pelukan Ozil.

"Takut mbak." Ozil begidig memegang lengan Nina.

"Tadi katanya nggak takuuutt...." ejek Nina mencibir.

"Mbak mati listrik nih."

"Taulah. malah ngasih tau lagi." ucap Nina sedikit kesal."Eh, Zidan!" Serunya beranjak dari duduk.

"Mbak Nina jangan tinggalin akulah." rengek Ozil

"Iiiisshh cemen banget sih, katanya ketua karang taruna!" cibir Nina lagi mengejek."Sama gelap aja takut!"

"Ya ini sama itu bedalah mbak." balas Ozil bersungut mengikuti Nina. " masalah takut gelap sama... bla bla bla." entah ngoceh apa dia, Nina sampai pusing mendengarnya.

Nina memgambil senter yang ada di bifet ruang tengah dengan diiringi suara ocehan Ozil. Dia yang sudah gedeg mendengar ocehan Ozil jadi dapet ide, menyeringai jahat.

Nina mengarahkan kepala senter ke bawah wajahnya,

"Mbak! Jangan jauh-jauhlah."rengek Ozil lagi,

Nina diam, bersiap menyenteri wajahnya,menoleh kearah Ozil.

"Mbak!"

"BBAAAAAAAAA......." Seru Nina menyalakan senternya dibawah wajahnya dan menyeringai.

"WUUUUUAAAAAAAAA......"jerit Ozil melengking kengerian.

"Buaaahahaahahaa....."tawa Nina, "Kencing dicelana kamu Oz?"

"Hiiiihhh... mbak Nina nggak lucu tau!" seru Ozil kesal.

"Hahahahah...." Nina masih meneruskan tawanya, dia bahkan memegangi perutnya saking sakitnya karena tawa.

"Luculah, nih aku ketawa. Hahahah"

Ozil manyun,

"Dah kek cewe abg aja kamu manyun Oz." ledek Nina, berjalan menuju kamarnya melihat bagaimana Zidan.

Ternyata bocah itu masih pulas. Syukurlah.

"Oz, dimana lilin?"

"Di lemari, mbak."

"Ambil gih."

"Takut mbak."

"Ya ampun. Kamu laki bukan sih? gini aja takut."

"Bukan." ucap Ozil

"Jadi?"

"Waria."

"Wahahhaha..... Cocok kok Oz."

"Apa sih mbak Nina." sungut Ozil makin jengkel."Bisa dibunuh aku sama bapak kalau jadi waria."

"Hahaha...." tawa Nina dan Ozil bersamaan.

"Kamu ngetawain dirimu sendiri?"

"Iya."

Nina menggelengkan kepalanya.

Lilin sudah dinyalakan dibeberapa tempat. Membuat rumah sedikit lebih terang. Nina dan Ozil kembali duduk di ruang tengah.

"Gimana tugasmu Oz? belum kelar kan?"

"Lanjut besok aja mbak."

"Oh ya udah, aku balik ke kamar ya. Kasian Zidan."

"Eehh, jangan mba. Aku takut."

"Astaga Ozil. kek gini kok jadi guru ngaji."cibir Nina heran,

"Iya ini sama itu kan beda mbak." ucap Ozil ngeles."Zidan bawa sini aja mbak."

"Ya ampuunn.... punya adek laki satu aja gini amat." keluh Nina bersungut kekamarnya. Ozil mengekori, Nina yang melihatnya hanya menggeleng aja.

Zidan digendong Ozil ke ruang tengah. menidurkannya di kasur kecil diatas karpet. Ozil dan Nina duduk menunggui disamping Zidan terbaring.

"Mbak kek gini romantis ya." kata Ozil menatap api lilin yang bergerak kesana kemari mengikuti tiupan angin. Lalu beralih menatap Nina

Nina memutar matanya malas. 'Mulai lagi deh bocah ingusan ini' batin Nina jengah.

KLOOTAAAKK

KLLOOOOTTAAAAKKK..

Nina dan Ozil berpandangan,

"Suara apa itu mbak?" bisik Ozil ngeri.

"SSSTTTTT...." Nina mendekatkan jari ke bibirnya.

KLOOTAAKK SRREEEEEKKK....

"Suaranya dari dapur Oz, Cek sana!"

"Ogah. Kalau begu gimana?"

"Hiiisshhh... mana ada begu bisa bikin suara kek gitu." ucap Nina memukul ringan kepala Ozil.

"Sakit mbak. Main tangan aja." protes Ozil mengusap kepalanya.

"Udah cek sana!"

"Takut mba. kalau demit gimana?"

"Yaasaalaamm. Ozil! Katanya guru ngaji! Tinggal baca-bacain aja kalau demit mah."

"Ya ampun mba, kalau udah takut bukan ayat kursi yang kebaca malah doa mau tidur gimana? Dikiranya aku ngajak dia tidur lagi." kata Ozil bergidig ngeri membayangkan dirinya tidur dikeloni demit.

Nina pun membayangkan juga, Ozil yang meronta-ronta dipeluk mbak Kunti. Itu membuatnya geli dan akhirnya tertawa.

"apaan sih mbak Nina.. Ngeri tau ketawa sendiri gitu." protes Ozil makin bergidig.

"OOOOOZZZZIIIIIILLLLLLL...."kata Nina dengan suara dibuat-buat menirukan hantu.

"Hiiiii......"Ozil bersujud dan bersembunyi dibali bantal. Membuat Nina tertawa gemas.

"Udah cek sana! Malah ngumpet lagi!"

"Temenilah mba, masa aku ngecek sendiri."

"Ya ampun adek satu ini, ngak ada laki-lakinya blass." geram Nina beranjak.

"Mbak mau kemana?"ikut beranjak

"Ngecek. kamu kan takut."sindir Nina bersungut ke arah dapur dimana suara itu berasal.

"Terus Zidan gimana?"

"Ya udah gih, sana kamu yang ngecek!" Nina udah mulai nggak sabar,"siapa tau maling."

"Waduuhh maling, kek rumah wakil dpr aja mba dimaling." cicit Ozil

"Ya ampun Ozill, pergunakan kelakianmu donk!"geram Nina mengepalkan tangannya, pingin rasanya meremas bocah tengil satu itu.

"Mbak tunggu sini ya, kalau ntar aku teriak demit langsung datang selametin aku ya mbak."

'Ni bocah, pingin tak heeeemm rasanya.'batin Nina geram

Ozil bersungut ke arah dapur. meninggalkan Nina yang geram karenanya. Suara yang tadi mengganggu tak lagi terdengar. Jantung Ozil malah berdegub kencang membayangkan apa yang bakal dihadapinya nanti..

"Semoga bukan mbak kunti!"gumam Ozil ngeri..

Pintu penghubung dapur Ozil buka...

Kriieeettt..

___€€€___

Apa yang Ozil bakal temui?

a.begu

b.maling

c.isi sendiri

Dukung Othor ya biar semangat up terus

like dan komen

makasih

salam___

😊

Terpopuler

Comments

Raudatul zahra

Raudatul zahra

Ozil ini beneran anaknya pak Bahdim? bukan anaknya Andhika Pratama atau Denny Cagur kan??

2023-09-01

1

Rahmi Hasibuan

Rahmi Hasibuan

apa iya begu ada d situ begu adanya d hutan atau d pohon gede

2022-12-21

0

MAY.s

MAY.s

begu tuh apaan yah thor?

2022-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!