bab 16

Nina sampai juga di tempat ternak lele Ozil. Ternyata di sana sudah ada banyak orang. Teman-teman Ozil datang main. Ada sekitar lima orang termasuk dua cewek. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup seru. Gelak tawa khas candaan anak muda terdengar.

Nina melangkah mendekat.

"Mbak!" Ozil melambaikan tangannya. Adik iparnya itu sedang bermain air dengan Zidan dan sesekali ikut nimbrung bercanda.

"Dari tadi apa Zidan nggak mau keluar dari air?" Nina tampak sedikit khawatir. Teman-teman Ozil menatap padanya. Lalu menyalami, karena Nina adalah kakak ipar Ozil mereka juga jadi sedikit segan.

"Nggak mau mbak." Sahut Ozil.

Nina tersenyum ramah pada teman-teman Ozil itu. "Kalian udah lama di sini?"

"Enggak mbak baru aja. Nih, kami buat rujak." Ucap Karim menawari. Nina hanya mengulas senyum. Lalu kembali natap Zidaan anaknya.

"Zidan! Aku keluar! Sini! Ibuk mau pulang nih!"

"Kok udah mau pulang mbak?" Protes Ozil yang terlihat sedikit tak rela.

"Iya Oz, ntar keburu magrib soalnya kalau ntar-ntar." Jawab Nina jujur, yang memang ingin segera pulang ke Sleman."Zidan! Sini!"

Zidan menurut, meski cemberut. Ia keluar juga dari kolam dengan sigap Nina melepas pakaian Zidan, di belakang sana para teman Ozil sibuk bercanda entah apa, Nina tidak terlalu memperdulikan ya. Ozil sesekali membantu Nina mengelap tubuh Zidan dengan handuk sementara Nina melumuri minyak tubuh Zidan. Mereka bekerja sama meski Zidan masih mau berlarian.

"Ckckck..... Dah kek suami istri aja Zil ngurus Zidan." Seloroh teman Ozil.

"Dah pantes belum jadi bapak?" Balas Ozil dengan di selingi tawa.

"Cocok! Cocok!"

Ozil melirik kecil pada Nina dengan menahan senyum, sementara Nina hanya menggeleng kecil.

"Cocok mbak katanya."

"Buruan di kitbah Zil janda kakakmu! Nunggu apa lagi?"

"Woles, udah di boking ini."

"Ozil lebih suka janda ternyata dari pada gadis." Seloroh teman Ozil yang lain, kali ini yang bersuara seorang wanita.

"Wooo ya jelas.. lebih berpengalaman. Ya nggak mbak?" Ozil mengendikkan alis tak lupa senyum lebar di wajahnya.

Nina hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepala mendengar percakapan ala anak muda.

"Nggak buka segel dong kamu Zil kan bekas." Suara teman Ozil yang cewek terdengar sedikit sinis.

Nina hanya tersenyum kecil, padahal dia cewe, tapi bisa juga bicara seperti itu. Gumam Nina dalam hati, pun dia tetap enggan menanggapi. Nggak guna dan nggak berfaedah juga menurut Nina.

"Kalau janda, buka segel nya kan jelas. Beda dong sama yang ngakunya perawan tapi rasa janda." Ozil menanggapi dengan santai. "Sekarang kan banyak tuh, anak gadis yang sudah lecet segelnya, udah kebuka malah di tutup-tutupi."

"Wkwkwk.... Kena mental kamu ras." Teman Ozil tergelak mendengar jawaban Ozil dan reaksi dari gadis itu yang terlihat merah padam. Seperti menahan malu dan marah bersamaan.

"Udah, Zidan dah wangi. Udah ganteng." Puji ibunya dengan menciumi wajah Zidan dan memeluk nya gemas.

"Mbak Nina mau sama brondong?" Gadis itu mulai lagi memancing suasana.

Nina hanya tersenyum kecil sebagai bentuk jawaban. Ia nggak mau ikut terlibat dalam obrolan yang sebenarnya nggak etis menurutnya itu.

"Oz, mbak balik dulu ya. Bawa Zidan."

"Aku anter mbak." Tawar Ozil menggandeng Zidan.

"Nggak usah." Tolak Nina halus menjabat tangan teman-teman Ozil."mbak duluan ya."

"Iya mbak." Menjawab serentak dengan sopan.

Nina berbalik menatap anaknya. "Zidan ayo."

"Zidan masih mau di sini." Jawab Zidan dengan logat cedal khas anak-anak.

"Ibu mau pulang tempat uti sayang."

Ozil masih mengekori Nina yang mencoba membujuk anaknya untuk mau kembali ke Sleman.

"Besok main lagi sama om Ozil."

"Kalau Zidan mau di sini tinggal aja mbak."

"Ya nggak bisa, mama udah nungguin Ozil. Lagian kasian Simbah sama kakeknya jagain Zidan masih meladang lagi."

"Kan ada ku mbak. Nanti biar sama aku."

"Kamu kan masih harus ngurus lele."

"Ya nggak papa..." Ozil menoleh pada Zidan."kamu suka kan main sama ikan Zid?" Mencoba mencari dukungan ponakan yang berusia 2,5 tahun itu.

"Suka suka suka." Di jawab cedal oleh Zidan.

"Tuh." Ozil melengeh,"udah Zidan tinggal sini aja. Lusa Ozil anter deh, janji. Skalian mau antar lele ke pelanggan."

Nina menghela nafasnya. "Zidan masih mau di sini?"

Zidan mengganguk. "Macih."

Nina tersenyum kecil. "Jangan nakal ya. Ibuk mau pergi, benaran di tinggal loh."

"UMM..." Zidan mengangguk mantap.

"Ya udah, cium dulu." Nina menyodorkan pipi nya. Zidan mencium kedua pipi ibunya.

"Titip Zidan ya Oz."

"Woles mbak."

Nina berbalik hendak melangkah.

"Eh, bentar mbak." Ozil melahan lengan Nina. Nina menatap Ozil.

"Jilbabnya miring." Ucap Ozil membetulkan sedikit jilbab Nina.

"Cie cie...."

"Romantis nya woooiii.... Masih ada orang di sini."

"Cemburu yaa?" Sahut Ozil nyengir.

"Udah mbak." Ozil terus bersikap seolah tak terlalu memperdulikan teman-teman nya. "Udah cantik."

"Panas... Panass...." Seloroh teman Ozil yang lain.

Nina hanya mengulas senyum dan menggeleng.

"Maklum ya mbak, mereka emang suka gitu."

"Nitip Zidan ya, kalau ada apa-apa telp." Pamit Nina.

"Santai mbak."

Selepas kepergian Nina. Ozil ikut bergabung bersama Zidan.

"Nikahin janda itu ya, ibarat beli satu, gratis satu." Canda Ozil pada teman-teman nya sembari memeluk Zidan sayang. Di sambut tawa tawa teman-temannya.

"Bisa ae kamu Zil."

"Apa sih enaknya janda?" Dengus Teman Ozil bernama Laras yang menang sedari sedikit sinis pada Nina. Bukan karena ia suka pada Ozil tapi lebih ke setia kawan pada Nisa yang memang memiliki rasa pada Pria tak peka seperti Ozil.

Ozil memang tak peka pada wanita, namun beda jika bersama Nina. mungkin karena memang memiliki rasa hingga kepekaannya hanya muncul pada kakak iparnya itu.

"Ck! Lain kali jangan ngomong kek gitu lagi depan mbak Nina. Aku nggak suka."

"Kamu cinta sama dia? Udah tua juga."

"Iyalah, ngapain nanya yang udah jelas." Ketus Ozil, ia memang nggak suka kalau bakal calon istri nya di jelek-jelek in.

Laras tampak kesal, mendengar jawaban Ozil yang tak mempertimbangkan perasaan Nisa. Ia hendak menjawab, tapi di tahan oleh Nisa.

"Udah! Kok malah kek berantem gini sih?"

"Habis Ozil inilah, bikin gerah aja." Tukas Laras.

"Udah lah, kita kan kesini mau main bukan nya mau berantem."

Ozil tak terlalu memperhatikan, ia sibuk dengan Zidan dan memilih bicara hal lain dengan Karim.

Di sisi lain,

Nina baru saja menginjakkan kaki di halaman rumah di Sleman. Hp nya sudah berdering. Panggilan dari Ben Arfa.

("Udah sampai rumah?")

"Udah. Kok kamu tau?" Nina mengernyit heran.

("Tau dong. Nih, aku di belakangmu sekarang.")

Mata Nina melebar langsung memutar tubuh nya 180 derajat. Ia terperangah melihat Ben sudah ada di belakangnya dengan menenteng dua kresek di tangannya.

"Aku bawa martabak nih, manis sama asin." Ben Arfa memasukkan hp nya ke dalam saku jaket.

"Kok kamu di sini?" Nina mengernyit heran sembari berjalan ke arah teras rumah.

"Hmmm.... Tadi pas beli martabak liat kamu melintas. Jadi skalian aja mampir."

Ben langsung duduk di kursi teras dan menyerahkan kantong berisi martabak pada Nina.

"Bentar ya, aku masuk dulu. Mau minum apa?"

"Serah aja nin. Yang penting kamu yang bikin." Ben Arfa mengendikkan alis. Nina tertawa kecil.

"Tunggu ya."

Nina berjalan masuk ke rumah. "Assalamualaikum Bunda! Nina pulang nih."

.

.

.

Malam harinya, Nina tengah menyusun beberapa pembukaan dagangan nya. Pintu kamar yang memang Nina biarkan terbuka di ketuk.

Nina mendongak, bunda sudah berdiri ambang pintu.

"Ada apa Bun?"

"Lagi apa Nin?" Melangkah mendekat.

"Ini Bun, pembukuan."

Bunda duduk di sisi ranjang samping Nina yang tengkurap sambil mencatat.

"Gimana hubungan mu sama Ben? Sepertinya makin dekat."

"Kami temen Bun. Lagian kami kan panitia reuni. Nggak ada yang spesial."

Bunda menghela nafasnya. "Bunda rasa, Ben suka sama kamu Nin."

Nina tertawa kecil.

"Kok malah ketawa sih?"

"Nggak mungkinlah bun."

Bunda mendessaah pelan mencoba sabar pada anak nya tak lagi gadis itu.

"Kapan kamu mau kasih Zidan bapak? Ben itu baik nin, dia juga sayang sama Zidan. Dan bunda rasa, Ben juga ada rasa suka sama kamu. Apa kamu nggak mau mempertimbangkan?"

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

neng iyi

neng iyi

bun,, anakmu sudah ad yg boking 😁😁

2022-11-08

0

Ny Jeon

Ny Jeon

Like bgt lah ma Ozilll

2022-11-08

0

Ny Jeon

Ny Jeon

Belom kapok 😂😂😂😂

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!