Malam harinya, Aiden memasuki kamar putrinya dengan kesal karena Gwen tidak mengizinkan dirinya memasuki kamar.
"Maaf tidak menerima bantuan." Baru saja Aiden akan membuka mulutnya, namun putrinya itu sudah berbicara lebih dahulu.
Aiden mendudukkan diri di tepian tempat tidur, sembari menatap punggung putrinya yang sedang belajar.
"Kamu jahat dengan Daddy," ucap Aiden lesu.
Anaya terkekeh pelan, menoleh kebelakang sesaat, ayahnya sedang merasa gegana (gelisa, galau, merana).
"Habisnya Daddy juga menyebalkan!" jawab Anaya, menutup buku sekolahnya, memasukkannya ke dalam tas. Belajar sudah selesai. Ia berjalan menghampiri Aiden dan duduk di samping ayahnya itu.
"Memangnya Daddy kenapa?" Aiden menoleh ke putrinya.
"Daddy terlalu tampan, hingga para wanita di luar sana pasti akan terpesona melihat Daddy!" Anaya memanyunkan bibirnya tajam.
Aiden tergelak mendengar perkataan putrinya. Ia mengacak pucuk kepala Anaya dengan gemas.
"Daddy sudah tampan dari dalam kandungan Oma-mu, Naya. Coba kamu perhatikan, wajah Daddy Nathan, Papi Ansel dan Ayah Sean, apakah wajah kami ada yang jelek?" tanya Aiden masih menyisakan tawanya.
"Kalian memang tampan semua sih," jawab Anaya, mengakuinya.
"Jadi sekarang kamu harus bertanggung jawab. Bujuk Mommy-mu, karena Daddy tidak bisa tidur tanpa memeluknya," ucap Aiden.
"Tidak semudah itu, Daddy," jawab Anaya menggeleng pelan.
Aiden menghembuskan nafas kasar. Kalau sudah begini, ia harus mengeluarkan ajiannya.
"Kamu mau apa?" tanya Aiden yang sudah paham karakter putrinya.
"Dad, aku mendapatkan tawaran ikut perlombaan menyanyi dari sekolah. Dan pasanganku adalah Gerald. Jadi, izinkan aku untuk mengambil tawaran itu Dad, lumayan hadiahnya," jawab Anaya dengan serius.
Aiden menaikkan sebelah alisnya, menatap putrinya dengan selidik.
"Gerald yang tadi siang itu?" tanya Aiden, dan Anaya menganggukkan kepala.
"Iya, Dad, berikan aku izin," bujuk Anaya.
"Jika Daddy tidak memberikan aku Izin, aku akan mengadukan kepada Mommy jika Dad—"
"Oke! Daddy izinkan!" potong Aiden dengan cepat.
Anaya terseyum sambil bertepuk tangan kecil.
"Dasar licik!" ucap Aiden, Anaya tertawa menanggapinya.
"Sekarang giliramu, bujuk Mommy," lanjut Aiden.
"Baiklah," jawab Anaya, segera keluar dari kamar dan melakukan tugasnya.
*
*
*
Waktu bergulir dengan cepat, pagi telah menyapa. Anaya mendengus ketika melihat kemesraan kedua orang tuanya di meja makan.
"Mommy! Aku juga mau di suapi!" gerutu Anaya sambil menggeser piringnya ketengah meja, cemburu melihat Gwen menyuapi Aiden.
"Anaya sudah besar kenapa minta di suapi, malu," sahut Aiden.
"Daddy sudah tua kenapa masih di suapi Mommy? Nggak malu sama umur?" balas Anaya cemberut kesal.
"Karena Daddy adalah bayi besar," jawab Aiden, semakin membuat Anaya marah.
"Ayo, suapi lagi, Mom," ucap Aiden kepada istrinya yang duduk di pangkuannya.
"Ish!! Mommy!" rengek Anaya, lalu segera beranjak dari ruang makan, sarapan di sekolah saja kalau begitu.
"Seharusnya dia mempunyai adik, agar tidak terlalu manja," ucap Aiden ketika Anaya sudah tidak terlihat.
"Rasa traumaku masih membekas di ingatkanku, Dad. Akibat kesalahanku dulu, Anaya menjadi seperti ini," jawab Gwen, dengan sendu.
Rasa trauma yang di alaminya, membuat Gwen enggan untuk hamil lagi. Terkadang rasa bersalah menyusup ke dalam dada.
"Maaf," ucap Gwen kepada suaminya.
Aiden memeluk Gwen yang ada di pangkuannya dengan erat.
"Semua sudah berlalu. Putri kita tumbuh menjadi anak yang cantik dan sangat cerdas," ucap Aiden kepada istrinya yang menangis di pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
ya..jd inget kapan yo terakhir nyuain p.suami q..
wauauuausuwuuauauau
2024-05-21
0
flowers city
🤣😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-03-22
1
Silla
GK mung bayi besar tp bayi tuir🤣🤣🤣🤣
2023-02-28
1