Anaya berpegangan pada kedua sisi tas punggung Gerald dengan erat, saat pria tersebut melajukan motornya dengan kecepatan penuh.
"Di mana rumahmu?" tanya Gerald ketika sudah memasuki perumahan yang di tunjukkan oleh Anaya.
"Berhenti di pos satpam saja," jawab Anaya.
Gerald menghentikan motornya di dekat pos satpam, menoleh ke belakang. Anaya kesulitan saat ingin turun dari motor.
"Dasar menyusahkan!" Gerald turun dari motor, dan membatu Anaya turun dari sana.
"Susah, aku 'kan pakai rok. Jangan mengintip!" sungut Anaya saat roknya terbuka sedikit lebar.
"Cih! Nggak naffsu!" balas Gerald dengan nada ketus.
"Syukur deh," jawab Anaya yang kini sudah turun dari motor Gerald yang tinggi itu.
"Sana masuk!" Gerald menyuruh Anaya untuk masuk ke dalam perumahan tersebut.
"Aku menunggu kamu pulang," jawab Anaya.
Gerald menggelengkan kepalanya, dan menaiki kuda besinya lagi.
"Terima kasih, Rald," ucap Anaya sembari melambaikan tangan kanannya kepada Gerald yang sudah melajukan motor, semakin menjauh dari pandangannya.
Anaya segera pergi dari perumahan tersebut, dan menuju rumahnya yang berjarak 50 meter dari sana. Ia tidak ingin menunjukkan identitasnya yang sebenarnya kepada siapa pun lagi. Ia ingin terlihat seperti gadis biasa pada umumnya.
*
*
"Kamu pulang dengan siapa? Dan naik apa?" tanya Gwen kepada putrinya yang baru memasuki rumah. "Pak Mamad khawatir loh sama kamu," lanjut Gwen.
"Iya, Mom. Maaf, tadi aku naik ojek online," bohong Anaya, sembari melepaskan sepatunya dan melatakkan di atas rak yang sudah di sediakan di dekat pintu rumahnya.
"Oh My God! My princess naik ojek online?" pekik Gwen
"Memang kenapa?Ada yang salah?" tanya Anaya.
"Tidak ada yang salah hanya saja Mommy takut jika kamu terluka," jawab Gwen, terlalu berlebihan.
Anaya menjawab dengan gelengan kepala, lalu melepaskan ABD-nya yang seharian tertempel di kedua telinganya. "Mom, telingaku sakit, sepertinya iritasi," ucap Anaya, meringis ngilu.
"Bersihkan dirimu dulu, setelah itu kita akan pergi ke dokter," jawab Gwen, dan di angguki oleh Anaya.
Kini Anaya dan Gwen sudah pulang dari dokter THT. Mereka memasuki rumah dengan nafas lega karena tidak ada yang serius dengan telinga Anaya, hanya iritasi ringan dan akan sembuh bila di oleskan salep anti iritasi. Tapi, walau hanya iritasi ringan tetap membuat Anaya tidak merasa nyaman.
"Aku ke ruang musik dulu, Mom," pamit Anaya.
"Istirahat dulu Sayang, kamu pasti lelah," ucap Gwen, karena biasanya Anaya suka lupa waktu jika sudah berada di ruangan musik.
"Aku hanya ingin bermain piano," jawab Anaya.
*
*
Anaya memaikan tuts-tuts piano menjadi melody yang terdengar begitu indah. Sebuah lagu dari Mahalini-Kisah Sempurna, yang di nyanyikan oleh Anaya.
Tenggelam, jiwaku dalam angan
Tersesat, hilang, dan tak tahu arah
Ku terjebak masa lalu yang kelam
Tak kulihat lagi cahaya cinta
Dan kamu hadir coba bawa bahagia
Ketika ku masih mati rasa
Karena dia yang pertama membuatku cinta
Dia juga yang pertama membuatku kecewa
Kamu yang pertama menyembuhkan luka
Tak ingin lagi ku mengulang keliru akan cinta
Jadi kisah yang sempurna
Anaya menyanyikan tersebut sembari bermain piano, dan suaranya terdengar sangat merdu. Ia bernyanyi dari hatinya yang paling dalam. Namun, tiba-tiba ia berhenti ketika wajah Gerald melintas di benaknya.
Disisi lain. Gerald yang baru sampai rumahnya harus mengelus dada karena lagi-lagi kedua orang tuanya memarahi dirinya.
"Papa dan Mama menyekolahkanmu dan bekerja keras untukmu, agar kamu menjadi anak yang pintar cerdas, dan berguna!! Bukan menjadi anak berandalan seperti ini!" teriak Papa Gerald.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
hadeeehhh marah marah terus andalan nya,,jadi orang tua KOG gak.oeka,,,bawa ngobrol kek baik baik,,biar ada aroma 2 keluarga Cemara gitu
2024-09-07
0
anonim
ortu tukang marah2 tak sadar akan sikap anaknya yg bandel karena apa 🤔🤔🤔
2023-09-14
1
mimih
aiiisshh punya ortu gtu amat Gerald
2023-08-08
1