Anaya langsung merapikan rambutnya, tersenyum kepada Ica. "Iya, aku 'kan suka mendengarkan musik," bohongnya.
"Oh, tapi sebaiknya jika sedang jam pelajaran di lepas saja, takutnya ketahuan oleh guru, nanti kamu terkena masalah," jawab Ica.
"Iya, Ca, terima kasih sudah mengingatkan aku. Tapi, saat ini 'kan jam kosong jadi boleh dong mendengarkan musik," jawab Anaya.
"Boleh, sini aku pinjam headset-nya, aku juga ingin dengar," pinta Ica.
Anaya gugup mendengar permintaan Ica, secepat mungkin dirinya mengalihkan perhatian. "Ca, kita kerjakan tugas dari Pak Wali kelas saja," ucap Anaya, lalu melepaskan salah satu ABD-nya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Oke deh," jawab Ica.
Huh! Anaya bernafas lega, kemudian keduanya mulai mengerjakan tugas.
*
*
Jam istirahat telah tiba. Ica sangat bersemangat untuk membawa Anaya menuju kantin.
"Jika di sekolah ini kamu harus menghindari Siswa yang namanya Gerald dan Trio racun," ucap Ica sembari menggandeng tangan Anaya menuju kantin.
"Memangnya kenapa?" tanya Anaya.
"Gerald adalah siswa famous di sini karena ketampanannya dan keahliannya bermain alat musik, dia di gandrungi banyak siswi tapi sayang, dia di jaga oleh tiga siswi centil yang so disgusting, iyuhhh," jelas Ica, berekspresi jijik di akhir kalimatnya.
Anaya mengangguk saja bertanda mengerti.
Sampai di kantin Anaya dan Ica memesan es jeruk dan makanan ringan.
"Kok sama kalau kita lagi diet," ucap Ica yang duduk bersisian dengan Anaya.
"Iya, berat badanku naik satu kilogram. Kata Ibuku seorang wanita itu tidak boleh gendut," ucap Anaya, meminum es jeruknya dari sedotan.
"That true, bestie," jawab Ica tertawa pelan.
Krauk ... Krauk ... Krauk ...
Anaya dan Ica memakan keripik ketela-nya sambil memainkan ponsel, sesekali mengobrol dan bercanda.
Anaya merasa sangat senang dan bahagia karena ia mendapatkan teman yang sangat baik seperti Ica.
"Kalau boleh tahu kamu tinggal di mana, Nay? Boleh 'kan kalau kapan-kapan aku main?" tanya Ica, menatap wajah Anaya yang sangat mulus seperti pantat bayi.
"Aku malu, Ca. Rumahku jelek," jawab Anaya tersenyum tipis.
"Tidak apa-apa, Ca, aku saja bisa sekolah di sini karena beasiswa," ucap Ica.
"Wah, benarkah? Kamu hebat banget," puji Anaya.
"Nggak juga, lebih hebat kamu, Nay. Udah cantik dan baik lagi." Ica memuji balik.
"Waduh hidungku rasanya mau terbang ini," ucap Anaya tertawa pelan, lalu menyedot es jeruknya.
"Ya ampun, wajahnya mulus sekali," pikir Ica sembari meraba wajahnya yang di tumbuhi banyak jerawat, lalu ia membenarkan kaca mata minus-nya yang bertengger di hidung mancungnya.
"Kenapa?" tanya Anaya yang sejak tadi di perhatikan oleh Ica.
"Tidak apa-apa, he he he," jawab Ica tertawa pelan. "Jam istirahat sudah mau habis, kita ke kelas yuk," ajak Ica, dan di angguki oleh Anaya.
"Ca, aku mau ke toilet dulu," ucap Anaya, saat mereka sampai di depan kelas.
"Oh, ya sudah. Kamu tinggal lurus saja, nanti belok kiri dan mentok di sanalah toiletnya," jelas Ica sembari menunjuk jalan ke arah toilet yang ada di ujung sana.
"Oke." Anaya langsung berlari menuju toilet, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara piano yang terdengar begitu indah.
Anaya sangat penasaran, ia mengurungkan niatnya ke toilet, dan membelokkan langkahnya ke ruangan Musik.
Anaya memejamkan mata, dalam benaknya bertanya, siapa yang memainkan piano seindah ini?
***
Ketemu lagi sama Mbak Naya, jangan lupa dukungannya ya, like, komentar, dan Vote❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dyah Oktina
awas aja kla kamu teman tp nusuk dari belakang.. biar d pites sama author.. yg udah buat cerita tentang kamu.. nisa.. 🤭
2024-11-27
1
Aulia Regina Putri1301
lanjut thoor
2023-02-18
2
Juan Sastra
calon musuh buyutankah atau calon ayang naya ??
2023-02-02
3