Esok harinya. Mita terbangun seperti biasa di pagi hari. Walaupun hari ini adalah tanggal merah, yang artinya Marisa tak bersekolah. Akan tetapi ia tetap mengerjakan pekerjaan rumah. Mita mendesah kasar, melihat tempat tidur kamarnya kosong. Mita menebak Bagas pergi menemui Nadia semalam. Mendapati hal tersebut Mita pun sangat bersemangat untuk mencari sertifikat rumahnya lagi.
Setelah membersihkan diri. Mita pun mulai membereskan rumah, dari menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring dan sebagainya. Dalam kurun waktu dua jam Mita sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Mama!" Marisa menyembul dari kamar dengan wajah yang masih mengantuk. Anak perempuan berwajah bulat itu menguap lebar, lalu menatap ke arah Mamanya yang sedang menaruh potongan roti di atas piring.
Mita menghentikan gerakan tangannya, kemudian menoleh ke sumber suara. "Wah anak mama sudah bangun ya ternyata, sini mama udah masakin roti bakar untuk Marisa," katanya dengan berjalan mendekati Marisa.
Mendengar hal itu kedua mata Marisa berbinar-binar. Kemudian berlarian cepat menuju meja makan.
"Yeyeye, roti bakar buatan Mama pasti enak!" sahutnya dengan menaiki kursi.
"Pelan-pelan Nak." Mita merekahkan senyuman, melihat tingkah Marisa yang nampak mengemaskan.
"Hehe, oke ma bos!" Marisa mengangkat jempol seraya memasukan roti ke mulut munggilnya itu.
Mita pun duduk di samping Marisa, ikut sarapan bersama anaknya. Terdengar canda dan tawa sesekali dari keduanya di ruang makan itu.
*
*
*
Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Mita sudah memandikan Marisa. Setelah merasa semua kegiataan rumahnya selesai. Mita bergegas mencari sertifikat rumah. Di mulai dari kamar Marisa, ia menggeledah lemari pakaian Marisa, meja belajar anaknya, dan lemari buffet. Sudah hampir setengah jam dokumen penting itu tak kunjung ketemu. Tak menyerah, Mita pun bergegas ke ruang tengah, ke ruang keluarga, memeriksa setiap lemari-lemari kecil di setiap ruangan.
Mita mendesah sebab sudah dua jam berlalu akan tetapi pencariannya nihil, tak membuahkan hasil. Sementara, sedari tadi Marisa kebingungan melihat Mamanya sibuk sendiri sampai-sampai ia pun ikut mencari benda yang dia sendiri pun tak tahu benda apa itu.
"Mama cari apa sih?" tanya Marisa di sela-ssla-sela tangan munggilnya menggeledah laci meja.
Mita menghentikan gerakan tangan, kemudian mendekati Marisa yang berjinjit di depan meja. Mita merekahkan senyumnya, melihat Marisa begitu antusias membantunya.
"Cari dokumen. Marisa duduk aja ya, anak mama pasti capek." Mita mengelus rambut panjang Marisa.
Marisa mengangguk patuh. "Oke Ma bos." Kemudian ia berlari pelan menuju sofa bulat di ruangan lalu merebahkan badannya di sofa empuk itu.
Mita tersenyum simpul kemudian kembali mencari sertifikat rumah. Ia pun pergi ke kamarnya hendak mencari lagi. Bergegas Mita membuka lemari pakaian Bagas. Dia mengobrak-abrik pakaian Bagas. Kedua mata Mita memicing seketika, melihat di bawah papan lemari Bagas seperti ada laci kecil. Tanpa banyak kata ia pun menarik papan tersebut. Mita terkejut ternyata di dalam laci ada banyak dokumen penting. Tak mau membuang waktu, ia pun memeriksa dokumen itu satu-persatu.
Bagai ketimpa durian runtuh. Akhirnya Mita sangat senang mendapati sertifikat rumahnya. Akan tetapi Mita mendesah pelan melihat nama kepemilikan rumah adalah milik Nadia.
"Bedebah! Sejak kapan Bagas menganti nama pemilik rumah menjadi Nadia. Si@lan kau Bagas! Tapi setidaknya aku bisa ganti nama kepemilikan rumah ini!" kata Mita. Bergegas Mita merapikan pakaian Bagas yang berantakan tadi.
"Mita!"
Deg
Nafas Mita tercekat mendengar Bagas memanggilnya. Secepat kilat Mita mengambil sertifikat rumah dan menyelipkan dokumen itu di dalam bajunya.
"Mita, kamu ngapain?" tanya Bagas di ambang pintu, melihat Mita membelakanginya.
Mita memutar tubuh, kemudian melayangkan tatapan tajam pada Bagas.
"Mas!" Nadia datang tiba-tiba, menghampiri Bagas yang sedang berdiri di depan pintu kamar. Melihat kedatangan Mita menahan amarahnya saat ini.
"Hm, Mita maaf kalau aku lancang, aku sama Nadia udah nikah siri. Mulai hari ini dia bakalan tinggal di rumah sama kita," kata Bagas dengan menarik tangan Nadia pelan.
Mita menatap datar Nadia dan Bagas secara bergantian, kemudian mendekat.
"Oh, selamat," katanya lalu keluar dari kamar dengan melewati Bagas.
"Kamu udah nerima Nadia jadi madu kamu kan sayang?" tanya Bagas senang.
Mita menoleh. "Oh, tentu saja." Senyum penuh arti terukir diwajahnya.
'Bersiap lah Nadia selama sebulan ini aku akan menjadikan rumah ini neraka untukmu, selagi aku mengubah nama pemilik sertifikat rumah ini menjadi milikku.' Batin Mita dengan menatap Nadia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kok bisa rmh mlk suami istri si mita g prnah tau sertifikatnya mana d gnti nama na nadia gmn crtanya pas d notaris thor
2023-09-01
0
Ilan Irliana
knp jg hrs mmprthnkn rumh yg udh di buat Zinna itu Mith ohh Mith..
2023-08-22
0
Yunerty Blessa
syukur Mita sudah ketemu sertifikat rumah..
2023-08-14
0