Mendengar suara yang sangat tak asing di telinga mereka, lantas Bagas dan Nadia pun menoleh.
Deg.
Keduanya terlonjak kaget, melihat Mita berada di Mall. Saat ini jantung Bagas berdetak sangat cepat, ia tak menyangka Mita bisa di sini. Berbeda dengan Nadia, seulas senyum penuh arti terukir jelas diwajahnya sekarang.
"Hai Mita, tadi aku nggak sengaja ketemu Mas Bagas di sini. Bagas nemenin Marisa yang minta di ajak main bola basket." Mita beranjak hendak mencium pipi Mita, seperti yang biasanya ia lakukan kepada Mita.
Sekuat mungkin Mita menahan diri untuk tak menjambak rambut Nadia yang sedang merangkul dan cipika-cipiki dengannya.
'Wanita ular! Kau pikir aku bodoh, benar-benar tidak tau diri kau, Nadia.' Monolog Mita seraya menempelkan pipi kanannya pada Nadia.
"Oh begitu," kata Mita seraya beralih menatap Bagas yang nampak terdiam sedari tadi.
"Kok kamu nggak ngasi tau aku, Bagas? Bukannya kamu jam segini pergi ke lapangan?" tanya Mita.
Bagas sedang menutupi kegugupan dengan mengaruk kepalanya sesaat. "Pas pulang sekolah, Marisa rewel minta di bawa ke Mall."
Enggan menyahut. Mita malah mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Marisa yang tak ada di antara keduanya.
"Terus, Marisanya kemana?" Mita melayangkan tatapan dingin ke arah Bagas. Membuat Nadia keheranan dengan sikap Mita yang tak seperti biasanya.
"Hm dijaga sama temanku, Mit." Bukan Bagas yang menjawab, melainkan Nadia.
Satu alis Mita terangkat, kemudian ia kembali bertanya,"Teman? Kenapa harus nyuruh teman kamu buat jagain Marisa? Bukannya kamu juga kerja ya, Nadia? Kok malah keluyuran di Mall. Nanti kamu sanksi sama bos."
Nadia semakin kebingungan, ada apa dengan Mita, mengapa setiap kalimat dan sorot matanya terkesan meremehkan. Tidak mungkin Mita mengetahui perselingkuhan dirinya dan Bagas.
'Mita kenapa sih?! Ngurusin banget! Iya, iya lah, aku di sini mau pacaran sama suami kamu, bodoh!'
"Aku udah pulang kok, Mit. Lagian kerjaan aku juga uda selesai. Oh ya, tadi aku chat kamu kok nggak dibalas." Nadia tengah mengalihkan pembicaraan.
"Hm, cepat juga ya pulangnya." Mita melayangkan tatapan datar tanpa ekspresi sedikitpun.
"Chat? Aku nggak sempat balas," sambung Mita lagi.
Nadia nampak mangut-mangut mendengar penuturan Mita. Secara bersamaan pula ia melirik Bagas sekilas seraya mengangkat satu kakinya yang berada di bawah meja, lalu ia mengelus-elus pelan betis Bagas.
Mendapat elusan di kakinya, Bagas merinding disko.
'Si@lan! Nadia jangan kayak gini, si Jony bangun nih!' Bagas tersenyum tipis kepada Nadia. Sementara itu Nadia tersenyum penuh kemenangan karena Bagas selalu masuk jebakannya. Dengan tenang keduanya saling melirik satu sama lain, seperti yang mereka lakukan sebelum-belumnya.
Tanpa keduanya sadari Mita yang sedang melihat Marisa di ujung sana tengah bermain dan melempar bola basket, meredam dadanya bergemuruh kuat, ketika mendapati pergerakan di bawah meja. Ingin sekali Mita menuangkan minuman ke atas kepala Bagas dan Nadia tapi dia tak mau bertindak gegabah karena sertifikat rumah belum juga ketemu. Mita memilih bermain halus agar Bagas dan Nadia tak menyadari rencananya.
"Bagas! Tolong ambilin Marisa udah waktunya dia pulang," kata Mita tiba-tiba seraya menatap Bagas dingin membuat suaminya itu nampak gelagapan.
"Kok aku yang ambil Marisa, sayang. Aku kecapean loh, kamu aja ya, Mas mau lanjut buat laporan di hp ini."
"Bisa di rumah Kan kerjainnya kenapa harus di sini, ambil Marisa sekarang atau pisau di dapur melayang," kata Mita datar membuat Bagas meneguk ludahnya berulang kali. Tanpa banyak kata Bagas menangkis kaki Nadia agar berhenti bergerak kemudian dia bangkit berdiri, menghampiri Marisa.
Nadia terkekeh merasa guyonan Mita sedikit bar-bar menurutnya.
"Haha, ternyata kamu bisa bar-bar juga ya Nadia, kasihan loh Mas Bagas kamu gituin," kata Nadia selepas kepergian Bagas.
"Kasihan? Untuk apa? Pisau di dapur ku benar-benar bisa melayang kalau suamiku selingkuh. Jangankan pisau, panci di dapur ku juga bisa melayang ke kepala pelakornya." Mita melipat tangan di dada dengan mengangkat wajahnya dengan angkuh.
'Mita, kenapa ya? Kok berubah begini, ngak mungkin dia tahu kalau aku sama Bagas selingkuh Kan? Kalaupun tau pasti dia uda labrak aku.' Nadia tersenyum tipis menanggapi perkataan Mita.
"Tapi Bagas nggak mungkin selingkuh, kalau istrinya pandai muasin suaminya di atas ranjang dan nggak buat dia bosan."
Nadia melontarkan kalimat yang sering dikatakan Bagas ketika mereka saling berhubungan badan. Iya, itulah alasan Bagas menduakan Mita. Kata Bagas, Mita tak pandai memberikan kepuasan padanya, belum lagi pria itu juga merasa bosan dengan penampilan Mita yang menurutnya setiap hari semakin berubah tak seperti dahulu kala ketika mereka berpacaran.
Mita menyeringai tipis. Lalu berkata,"Memangnya seorang istri hanya mengurusi burung pipitnya itu, kerjaan istri di rumah itu banyak loh, Nadia. Apa tadi katamu, bosan? Kalimat itu hanya diucapkan sama orang yang nggak pandai bersyukur. Lagian istri itu bukan seorang pelacur, yang modal ngangkang aja bangga bisa muasin laki orang." Ia melayangkan tatapan merendah ke arah Nadia.
Sontak Nadia tersinggung dengan ucapan Mita barusan.
'Awas saja kau, Mita! Sebentar lagi Bagas bakal tendang kau jauh-jauh, terus rumah sama harta Bagas bakalan jadi milik aku!' Nadia berseru lantang di dalam hatinya dengan menampilkan senyum penuh arti kepada Mita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sukliang
modal niror may selingkuh
2023-10-02
0
Masiah Cia
Bagas....Bagas.....modal cuma motor sdh berani selingkuh 😀
2023-09-01
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
betul..tugas istri itu berat lelah dan tdk dihargai. lain halnya dg pelakor yg cm dimanjah ketemu cuma buat maksiat taune enak2 doang
2023-09-01
0