Memutar Balikkan Fakta

Alih-alih menangis Mita malah menatap tajam Bagas. "Dasar laki-laki pengecut! Pandai sekali kamu memutar balikkan fakta?! Biasanya orang yang menuduh pasangannya berselingkuh, sebenarnya dia lah yang berselingkuh?! Kau pikir aku tidak tahu apa yang telah kamu lakukan selama ini di belakangku! Kamu mengatakan padaku kalau kerja sampai malam! Tapi nyatanya kamu pergi ke apartment Bugenville kan!!!" teriak Mita di depan wajah Bagas.

Mendengar hal itu Bagas terkejut. Akan tetapi pria itu tak mengakui perbuatannya. Sebisa mungkin Bagas tak langsung membuka kartunya.

"Mana buktinya? Kalau aku pergi ke apartment Bugenville, memangnya siapa wanita yang kamu tuduh menjadi selingkuhanku?!" tanya Bagas dengan hatinya yang mulai gusar.

Mita tersenyum sinis. "Kamu mau bukti?!" Dengan cepat Mita mengambil ponsel mininya kemudian mengotak-atik ponselnya sejenak. Lalu menghadapkan layar ponselnya kepada Bagas.

Deg.

Bagas seketika bungkam, melihat foto ia dan Nadia sedang berjalan dengan bergandengan tangan di lorong apartment. Secepat kilat Mita melempar ponselnya itu ke atas kasur, kemudian melayangkan tatapan tajam pada Bagas.

"Bagaimana? Kamu masih mau mengelak lagi?!" kata Mita.

Bagas diam, menarik nafas pelan. Lalu menyambar tangan Mita tiba-tiba.

"Mit, maaf kalau aku menuduhmu tadi, aku marah kalau kau sampai berselingkuh dariku, tapi apakah boleh aku berpoligami, aku mencintai dirimu dan Nadia," kata Bagas.

Mendengar hal itu, nafas Mita memburu. Menahan gejolak amarah dihatinya. Begitu mudahnya Bagas mengungkapkan perasaannya dihadapannya. Ia tak habis pikir, Bagas dengan mudah melupakan janji-janjinya sewaktu dulu. Apa Bagas lupa kemarin jawaban dari dirinya, mengatakan bahwa ia tak bersedia dimadu. Apa pria itu amnesia? Entah lah...

"Mita, aku tahu aku salah, tapi percayalah aku juga bingung sejak kapan aku jatuh cinta sama Nadia. Cinta ini membelenggu kami berdua, Mit. Apa kamu mengizinkan kami bersama? Mama aku sudah tahu hubunganku dengan Nadia selama ini, bahkan dia juga mengizinkan aku menikahi Nadia, Mit." Bagas menahan sabar, melihat Mita tak langsung membalas ucapannya.

Hening sejenak!

Bagas masih mengenggam erat tangan Mita, menunggu jawaban dari istrinya itu, berharap Mita mengizinkannya menikah lagi.

"Mita, Mas akan membagi waktu untuk kalian," kata Bagas memandangi Mita yang tak mau menatapnya saat ini.

Enggan menyahut. Mita menyentak kasat tangan Bagas, kemudian bergegas pergi ke kamar Marisa. Secepat kilat Bagas menyusul Mita.

Brak!

Terdengar bunyi pintu kamar Marisa di tutup kuat tepat di depan wajah Bagas. Bagas mengetuk-etuk pintu kamar Marisa.

"Mita! Cepat buka pintunya! Mas butuh jawaban dari kamu!" teriak Bagas dari luar kamar.

Sedangkan Mita melirik sekilas daun pintu, kemudian berjalan perlahan mendekati tempat tidur Marisa. Melihat sang anak tertidur dengan damai. Seketika air mata Mita jatuh perlahan dipipinya. Sedari tadi Mita menahan dirinya agar tak menampakkan kesedihannya di depan Bagas.

"Mita! Buka pintunya!" Suara Bagas masih terdengar di luar sana. Mita tak menggubris panggilan Bagas, memilih merebahkan diri di samping tubuh Marisa.

'Besok aku harus geledah semua rumah ini, semoga sertifikat rumahnya besok ketemu.' Batin Mita.

Mita memeluk erat tubuh Marisa kemudian melabuhkan kecupan di kening sang anak. "Mama janji akan membahagiakan kamu, Nak." Mita bergumam pelan.

"Ma..." panggil Marisa tiba-tiba. Membuat Mita terkejut karena telah membangunkan anaknya. Seketika Mita pun melonggarkan pelukan.

"Mama minta maaf udah ganggu Marisa tidur. Sekarang Marisa tidur lagi ya," kata Mita.

"Hoamm... ngak apa-apa, Ma. Kok Papa teriak-teriak di luar, Papa bentak Mama lagi ya?" Marisa menyentuh kantung mata Mita yang sedikit sembab itu.

"Nggak kok sayang. Itu Papa lagi latihan akting."

"Akting? Oh gitu, Marisa ngak suka lihat Papa bentak-bentak Mama. Marisa kangen Papa yang dulu." Marisa memanyunkan bibirnya seketika.

"Mama juga kangen sama Papa yang dulu sayang," kata Mita.

Sementara itu. Di luar kamar. Bagas mendesah frustrasi karena pintu kamar tak kunjung di buka. Secepat kilat ia pun kembali ke kamarnya, mengambil ponselnya, segera menghubungi Nadia. Gurat kekhawatiran tergambar jelas di wajah Bagas ketika Nadia mengiriminya pesan singkat bahwa Nadia membutuhkannya sekarang. Tanpa banyak kata Bagas pun bergegas ke apartment Nadia.

Sesampainya di apartment. Nadia berhamburan memeluk Bagas. Wanita itu terlihat kacau dan berantakan.

"Nadia, kamu kenapa?" tanya Bagas gelisah.

"Mas, aku kangen sama kamu tahu nggak? Aku tadi mimpi kalau kita nggak bisa menikah gara-gara Mita, hiks, hiks, hiks..." Nadia mendongakkan kepalanya, dengan menitihkan air matanya.

Bagas mengulas senyum, lalu menggeleng pelan. "Kamu ini ada-ada aja, tenang sayang. Aku tetap nikahin kamu. Mita udah tahu tentang kita," kata Bagas membuat Nadia menghentikan tangisnya.

"Mita udah tau?" tanyanya penasaran.

'Haha, akhirnya sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya besar di rumah Bagas.' Batin Nadia saat impiannya akan terwujud.

Bagas mengangguk. "Iya sayang."

"Kalau begitu, kamu cepat nikahin aku, Bagas. Aku nggak sanggup jauhan terus sama kamu!" seru Nadia dengan menampilkan wajah memelas.

Bagas menghela nafas. Serba salah karena belum mendapatkan izin dari Mita.

"Mas, kok malah diam?" Nadia menggeram sebal Bagas terkesan mengulur-ulur waktu.

"Nadia, tunggu beberapa hari lagi ya."

"Ish, aku maunya besok Mas harus nikahin aku! Asal kamu tahu Mas aku hamil! Nikah siri aja mas, aku udah nggak sanggup tahu!" Nadia berseru nyaring.

Deg.

"Apa? Kamu bilang apa tadi? Hamil? Itu nggak mungkin Nadia. Dokter dulu vonis aku mandul' kamu tahu sendiri kan Marisa bukan anak kandungku."

"Kamu yakin? Bisa aja Mita yang mandul. Bagas, cepat nikahi aku, ada darah daging kamu di sini, Bagas."

Bagas tergugu. Meragukan anak yang ada di dalam kandungan Nadia saat ini. Pasalnya sewaktu dulu ketika Mita pergi ke rumah sakit hendak melahirkan anak pertama mereka. Kendaraan yang mereka tumpangi kecelakaan dalam perjalanan, menyebabkan bayi yang di dalam kandungan Mita meregang nyawa seketika.

Mita yang tak sadarkan diri, tak mengetahui anaknya telah pergi kala itu. Tak mau membuat impian Mita sirna. Bagas pun terpaksa mengambil seorang bayi munggil di panti asuhan untuk menggantikan anaknya. Sampai sekarang Mita tak tahu jika Marisa bukan anaknya.

Setelah Marisa beranjak berusia dua tahun. Bagas dan Mita pun ingin memberikan Marisa adik. Akan tetapi dokter mengatakan padanya bahwa ia dan Nadia tak bisa memiliki keturunan lagi karena salah satu dari mereka mandul.

"Kamu lebih sayang Marisa daripada anak kamu sendiri gitu?! Oke, kalau gitu aku bakalan pergi dari hidup kamu!" ucap Nadia tiba-tiba, melihat Bagas melamun sedari tadi.

"Jangan donk sayang, aku sayang kalian, iya besok aku akan menikahi mu, sekarang kamu tidur ya." Bagas mengelus punggung Nadia pelan, berusaha menenangkan wanitanya itu.

...----------------...

...Bab selanjutnya, sertifikat rumah bakalan ketemu nih. Kira-kira apa yang di lakuin Mita ya? Ada yang bisa nebak?...

...Btw jangan lupa pencet tombol like, sesajen atau vote ya. Maaf kalau author baru bisa update 1 bab, soalnya lagi ngerjain dua novel on going sekaligus🙏...

Terpopuler

Comments

Arie Chrisdiana

Arie Chrisdiana

jadi laki2 kok ndak tegas blas ganti pakai rok aja sana

2023-10-01

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-07-22

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

Bagas ini dibutakan cinta ya ...
cemen banget ... lemah ... letoy ... gak tegas ... mau aja disuruh-suruh Nadia ...
kalo emang udah curiga .. ya selidikin donk ... beneran gak tuh Nadia hamil gegara cebonk elo ?
payah ..

2023-01-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!