Kurang lebih dua jam lamanya Mita berada di dalam salon. Membuat Kira yang tengah menunggunya, terpaksa membeli makanan di mall. Tak lupa juga dia membelikan Mita makanan dan menitipkan makanan itu ke salah satu karyawan salon untuk di bawa ke dalam ruangan. Sembari menunggu Kira berselancar ria di sosial media.
Dua puluh menit kemudian. Mita keluar dari ruangan khusus bersama karyawan salon. Kira yang sedang asik mengscrol aplikasi tik-tok tak menyadari kedatangan Mita yang saat ini berada di dekatnya.
"Ehem."
Dehaman pelan dan rendah berhasil mengalihkan atensi Kira. Dia pun mengangkat wajahnya. Matanya melebar kala melihat wanita dihadapannya. Tanpa sadar ia melemparkan senyuman kepadanya.
"Kira, gimana penampilan Mbak?" Mita melihat Kira tengah berkedip cepat tengah mengamati penampilannya sekarang.
Kira masih terpaku di tempat. Tak percaya dengan perubahan penampilan Mita yang menurutnya sangat cantik melebihi ekspetasinya. Ia berdecak kagum sejenak.
"Kira. Kok malah diam? Nggak cocok ya?" Mita menahan sabar melihat Kira sedari tadi tak merespon pertanyaannya.
"Cocok banget Mbak! Cantik banget, artis di Indonesia lewat semua ini." Kira segera tersadar. Dia pun memutar badan Mita seketika. Merasa ada yang kurang.
Mita mengerutkan dahi, melihat kelakuan Kira sekarang. Menerka-nerka apa ada yang salah dengan penampilannya.
"Kenapa?" tanya Mita. Membuat Kira menghela nafas kasar.
"Mbak, kayaknya ada yang kurang deh!" sahut Kira dengan semangat.
"Apa Kira?" Mita semakin terheran-heran. Menunggu jawaban dari Kira.
"Hm, nanti Kira kasi tau. Sekarang Kira mau bayar dulu." Bergegas Kira berjalan menuju kasir, meninggalkan Mita yang mengaruk kepalanya sekarang.
Setelah menyelesaikan pembayaran di kasir. Kira mengajak Mita keluar dari salon. Dan melangkah pergi ke suatu tempat. Di sepanjang langkah Mita melontarkan pertanyaan kepada Kira. Ia penasaran Kira akan membawanya ke mana lagi.
"Loh kok ke sini?" Saat ini Mita dan Kira berada di salah satu butik pakaian khusus wanita.
Kira mengulas senyuman, kemudian berkata,"Waktunya shoping Mbak, udah yuk." Kira berjalan, melihat-lihat pakaian.
"Ha?" Mita melonggo sejenak mendengar penuturan Kira. Dengan cepat ia menyusul Kira.
*
*
*
Sore menjelang' Mita dan Kira sudah pulang dari Mall. Sesampainya di depan pagar rumah. Kira pamit undur diri untuk langsung masuk ke dalam rumah. Tak lupa Mita mengucapkan terimakasih kepada Kira. Sebab hari ini Kira lah membayar semua belanja mereka tadi. Selama di perjalanan pulang Mita juga mendapatkan saran dari Kira. Kira mengatakan padanya agar bermain cantik jika ingin membalas kan sakit hatinya kepada Bagas dan Nadia. Mendengar hal itu Mita amat bersyukur memiliki seorang tetangga yang baik dan tulus.
Mita melangkah masuk ke dalam dengan pelan, lalu mengetuk pintu rumah.
Tok, tok, tok!
"Sebentar!" Bagas menyahut kemudian berjalan ke ruang depan. Jejak kemarahan nampak jelas diwajahnya tatkala mendapati Mita baru pulang sore hari. Dia tak menyangka gertakannya di sms tak digubris Mita sama sekali. Sebab karena Mita, ia tak bisa bertemu Nadia. Alhasil ia pun sibuk menjaga Marisa di rumah.
Ceklek!
Kedua mata Bagas melebar, melihat penampilan Mita sangat berbeda. Yang pastinya lebih cantik dan menawan. Melihat ekspresi Bagas, Mita bergegas masuk ke dalam rumah.
"Mita!" panggil Bagas kala Mita malah melewati tubuhnya begitu saja dan tak menegurnya sama sekali.
Enggan menyahut. Mita sibuk meletakkan barang belanjaannya di atas meja kemudian berjalan ke ambang pintu kamar Marisa. Ingin melihat keadaan anaknya itu.
"Mita! Kamu dengar aku nggak?!" Bagas mencengkal pergelangan tangan Mita. Membuat Mita memutar tubuhnya.
"Apa?" tanya Mita dengan wajah datar.
"Kamu kemana aja ha? Malah keluyuran, aku ngak bisa survei ke lapangan gara-gara kamu!? Terus apa ini?! Kenapa kamu warnain rambut kamu ?!"
Mita menaikkan alis matanya kemudian menyentak kasar tangan suaminya. Bagas meradang karena sikap Mita berubah drastis terkesan melawan dirinya.
"Mita! Kau tuli atau apa?!!" Bagas menarik pundak Mita.
Mita mendengus sejenak. "Aku nggak tuli, Bagas. Kan aku sudah bilang kalau aku ada urusan di luar. Kamu yakin survei ke lapangan?" Ia menatap dingin mata Bagas yang terlihat gusar.
"Tentu saja aku ke lapangan! Kenapa kamu nggak percaya?!" Bagas meninggikan suaranya menjadikan Marisa yang berada di dalam kamar terbangun dari tidurnya.
Mita tersenyum tipis menanggapi perkataan suaminya itu. Jelas dia tahu apa yang membuat Bagas marah.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Sekarang cepat katakan padaku dari mana kau mendapatkan uang untuk ke salon dan membeli pakaian?!" Bagas mengepalkan kedua tangannya. Menerka jika Mita telah menduakannya dan mendapatkan uang dari selingkuhannya itu. Sebab ia tidak pernah memberikan uang lebih pada Mita.
Mita menghela nafas pelan ketika melihat muka Bagas merah padam.
"Cepat ja–" Perkataan Bagas terjeda kala mendengar suara pintu terbuka lebar.
"Papa! Mama!" Marisa menyembul seketika di depan Mita. Rambut panjangnya nampak acak-acakan. Ia tengah mengucek-ucek matanya sembari menguap lebar. Bagas dan Mita menoleh ke arah Marisa.
"Anak mama sudah bangun ya." Mita tersenyum tipis lalu mengusap pelan rambut anaknya.
"Hoam, iya, Marisa bangun gara-gara Papa teriak-teriak, Papa nggak boyeh bentak Mama, Marisa nggak suka tau!" Marisa melipat tangan di dada sembari menatap tajam Bagas.
Di penglihatan Bagas. Marisa terlihat imut dan menggemaskan. Gejolak amarah yang tadinya berkobar dihatinya redup seketika.
"Maafin Papa, ya Nak. Papa lagi bercanda kok tadi," katanya dengan melemparkan senyuman kepada Marisa.
Mita yang mendengarkan perkataan Bagas sedikit terenyuh dengan sikap Bagas pada Marisa. Akan tetapi ia tetap dengan pendiriannya akan bercerai dari Bagas meski ia masih menyayangi Bagas.
"Mita, urusan kita belum selesai." Bisik Bagas di telinga Mita yang saat ini menggendong Marisa.
Malam pun tiba. Selepas menidurkan Marisa. Bagas menunggu Mita di dalam kamar.
"Sudah tidur Marisa?" Begitu melihat Mita masuk ke dalam kamar. Bagas tersenyum penuh arti.
Mita menoleh, lalu berkata,"Udah." Bergegas ia berjalan menuju meja riasnya kemudian memakai skincare malam.
Bagas memicingkan mata melihat aktivitas baru Mita. Kalau boleh jujur, dari pukul empat sore ia sudah menahan diri untuk tidak menerkam Mita. Sebab ia baru menyadari Mita sangat lah cantik seperti dahulu kala. Ketika mereka masih pacaran. Namun Bagas masih menaruh kecurigaan jika Mita menduakannya. Apalagi perubahan sikap Mita sangat kentara.
"Mita! Kamu belum jawab pertanyaanku? Dari mana kamu mendapatkan uang?"
Mita telah selesai menaruh cream di wajah. Ia pun beranjak dari kursi lalu memutar tubuhnya.
"Memangnya harus aku jawab?"
"Harus! Oh, aku tahu kamu dapat uang itu dari selingkuhan kamu kan?!"
Mita tercengang sekaligus berdecak kesal karena Bagas memutar balikan fakta.
"Selingkuh?" Mita berdecih sejenak. "Jangan asal nuduh! Aku punya uang tabungan sendiri, sah-sah aja kan aku mau mempercantik diri! Kamu kali yang selingkuh!"
"Bagus ya kamu! Malah nuduh balik, nggak usah bohong kamu! Kamu selingkuh kan?!" Bagas beranjak dari tempat tidurnya. Berjalan cepat mendekati Mita.
"Aku nggak selingkuh!" kata Mita dengan lantang tepat di depan wajah Bagas.
"Dasar pembohong, maling mana ada yang mau ngaku!"
"Kamu nggak punya kaca ya?!" Tanpa sadar Mita melototkan matanya sebab Bagas menuduhnya tanpa bukti yang jelas. Padahal Bagas lah yang berselingkuh.
Plak!!!
Mita meringis sejenak seraya menyentuh pipi sebelah kanannya yang di tampar Bagas barusan.
"Dasar istri nggak tahu diri kamu ya?! Siapa selingkuhan kamu itu ha? Cepat jawab! Dasar pel@cur kamu!" bentak Bagas membuat hati semakin remuk redam apalagi Bagas sudah menampar dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
gila bener..kamu yg berbuat dosa g mikir nyakitin istri..br lht pnmpln istri brbh aja sdh nething dan kebiasaan pke ngata2in hina gt..g ngaca sndirinya gmn. lha kok y mau sm nadia yg jla2 plcur
2023-09-01
0
Dewa Dewi
maling teriak maling lu Bagas ....dasar bajingan🤬🤬🤬🤬
2023-08-21
0
fifid dwi ariani
trus Semangat
2023-07-22
0